Laporan HARJONO, Pasirpengaraian harjono@riaupos.co
Sebanyak 53 orang karyawan PT Eka Dura Indonesia (EDI) dan keluarga di Afdeling Ningsih Kecamatan Kunto Darussalam, Ahad (7/10) sore terpaksa dirujuk dan dirawat di Rumah Sakit Awal Bros Ujungbatu karena muntah mencret (mumen).
Mereka keracunan makanan empek-empek yang dijual oleh pedagang keliling pada Sabtu (6/10) sore sekitar pukul 17.00 WIB.
Pantauan Riau Pos di Rumah Sakit Awal Bros Ujungbatu, sebanyak 47 dari 53 pasien karacunan makanan jajanan itu masih dirawat intensif di Rumah Sakit Awal Bros.
Para pasien itu sudah dirawat sejak pagi dan ada sebagian yang mengalami perkembangan positif sehingga diperbolehkan rawat jalan.
Namun ada juga yang sempat drop dan lemah, sehingga masih perlu perawatan lebih lanjut. Seperti yang disampaikan salah seorang pasien, Djoko (16).
Siswa SMPN 04 Koto Raya, Kecamatan Kunto Darussalam ini menyampaikan, Sabtu (6/10) sore itu seorang pedagang empek-empek keliling melintas di depan perumahan mereka.
Karena merasa tertarik, ia bersama keluarganya membeli makanan jajanan itu. Untuk satu piring, pembeli dikenakan biaya Rp7.000.
“Hampir sekitar 60 orang yang makan empek-empek tersebut, dan hampir semuanya menderita muntah dan mencret, serta harus dirawat inap di rumah sakit,” kata Djoko.
Djoko menuturkan, setelah makan empek-empek sore itu, tidak ada tanda-tanda yang dirasakan atau dialaminya. Semuanya berjalan normal dan biasa saja.
Namun pada malam hari sekitar pukul 21.30 WIB, ia merasa mual dan mulas. Ketika merasa mual dan mulas, ia belum menaruh curiga kepada makanan.
“Saya merasa mual dan mulas serta pusing. Saya sempat muntah dan mencret beberapa kali sehingga saya dilarikan ke klinik PT EDI. Ternyata di klinik tersebut sudah ada puluhan warga yang mengalami sakit yang sama sehingga kami akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Awal Bros Ujungbatu,” katanya.
Sementara korban lainnya, Saminan, (25/10) mengatakan, setelah makan ia sudah merasakan ada yang aneh pada perutnya. Ia kerap merasakan mulas dan mual. Namun ia baru mengalami muntah dan mencret pada malam hari sekitar pukul 22.00 WIB.
“Saya merasa mual dan mulas luar biasa. Apa yang saya makan dan minum semua keluar lagi. Bahkan BAB saya keluar tanpa saya sadar,” ujarnya.
Sedangkan Yani (21) mengatakan, ia membeli empek-empek karena baru kali itu berjualan di perumahan mereka.
“Kalau selama ini yang melintas paling tukang sate, mie ayam dan jajanan lainnya. Makanya banyak yang tertarik dan membeli. Lagi pula, rasa empek-empek tersebut enak dan tak ada yang aneh,” jelasnya.
Salah satu korban lainnya, Yani yang masih duduk SMA ini mengaku, ia baru merasakan dampak makanan setelah makan lebih dari lima jam.
“Saya beli empek-empek sekitar pukul 17.30 WIB dan baru mulai mual dan muntah sekitar pukul 22.00 WIB. Saya langsung dibawa orangtua ke klinik dan berobat,” jelas Yani yang masih terbaring lemah di RS Awal Bros.
Dokter Umum Rumah Sakit Awal Bros, Dr Hesti ketika dikonfirmasi Riau Pos, Senin (8/10) menjelaskan, korban yang dirujuk ke Rumah Sakit Awal Bros sebanyak 53 orang dan yang dirawat inap sebanyak 47 orang.
“Pasien keracunan makanan ini dirawat sejak pukul 15.30 WIB pada Ahad (7/10). Sementara mereka mulai merasakan mual dan mulas sejak Sabtu (6/10) malam,” kata Hesti. Hesti menambahkan, rata-rata pasien mengalami demam, mencret mual dan muntah.
“Penanganan medis yang kita lakukan, semua pasien diinfus untuk menggantikan cairan mereka,” jelasnya.
Menurut Hesti, sebagian pasien sudah ada yang pulang. Namun kebanyakan masih dirawat inap dan diinfus, karena kondisi mereka masih lemah.
Yang jelas, kata Hesti, pasien tersebut mengalami infeksi. Tapi belum jelas bakteri apa penyebabnya. Sebab, pihak rumah sakit tengah melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap BAB pasien.
“Rata-rata dalam satu hari habis 6 botol infus untuk satu pasien. Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita sudah dapat apa bakteri yang menyebabkan korban terinfeksi,” ujar Hesti.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu, Dr H Wildan Asfan Hasibuan MKes, ketika dikonfirmasi Riau Pos, Senin (8/10) membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, korban mengalami keracunan makanan dan kini tengah dilakukan tes laboratorium dari sampel muntah korban.
“Kita sudah utus anggota untuk memantau langsung kejadian, baik di PT EDI maupun di Rumah Sakit Awal Bros. Bahkan kita juga sudah kirim sejumlah dokter dan perawat untuk pasien yang ada di kamp PT EDI yang kita dirikan sejak kejadian,” jelas Wildan.
CEO PT EDI, Dayat menyarankan kepada karyawan dan keluarga, agar jangan sembarangan membeli dan memakan jajanan. “Yang jelas ada sekitar 50 lebih korban akibat keracunan makanan itu. Mereka ada yang sekadar rawat jalan di klinik PT EDI, dan ada yang harus dirawat inap di RS Awal Bros,” jelasnya.
Ketika ditanya mengenai penyeb kejadian yang dicurigai dari makanan ringan empek-empek, Dayat mengaku akan menyerahkan kepada pihak berwenang.
“Mengenai kasus keracunan, kita tetap tanggungjawab dan mengobati pasien. Sementara mengenai kasus hukum apabila terbukti sengaja, kita minta polisi yang menyidik,” katanya.
Sedangkan Kapolres Rokan Hulu, AKBP Yudi Kurniawan SIK MSi melalui Kapolsek Kunto Darussalam, AKP Ramadani, membenarkan kejadian keracunan yang dialami puluhan masyarakat Afdeling Ningsih PT EDI Kecamatan Kunto Darussalam.
“Untuk memudahkan penyelidikan, kita sudah amankan pedagang empek-empek yang bernama Syafuddin alias Syaiful Empek-empek (40) warga Desa Ujungbatu Timur Kecamatan Ujungbatu. Sebab, dari keterangan korban, mereka yakin keracunan setelah makan empek-empek,” kata Ramadani.
Selain itu, kata Ramadani, pihaknya juga telah mengambil sampel muntah korban keracunan untuk diperiksa di labor.(muh)