IN MEMORIAM DJATI SUSSETYA

Dikenal sebagai Sosok yang Disenangi Semua Orang

Riau | Selasa, 09 Oktober 2012 - 10:17 WIB

 Dikenal sebagai Sosok yang Disenangi Semua Orang
Suasana rumah duka keluarga Djati Susetya, Senin (8/10/2012). (Foto: defizal/riau pos)

Laporan HENDRAWAN, Pekanbaru

H Djati Sussetya bin Idris Sastro Harjono, kelahiran Bantul 23 Januari 1956, telah kembali menuju sang khalik maha pencipta untuk selamanya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Djati menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 08.10 WIB pagi, Senin (8/10) kemarin, setelah sempat dirawat di RS Awal Bros Pekanbaru.

Salah seorang pendiri Politeknik Caltex Riau (PCR) ini dimakamkan tadi malam di Pemakaman YKPI Rumbai, Pekanbaru sekitar pukul 21.00 WIB.

Kepergian Djati meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, apalagi saat tidak ada pertanda apapun sebelum dia meninggal dunia. Istri almarhum, Dian Pramanasari (47) yang mendampinginya sejak tahun 1990, bahkan menyebutkan Sabtu (6/10) mendiang masih sempat menyaksikan pertandingan sepakbola.

‘’Tidak ada firasat sama sekali. Ahad pagi dia dinyatakan koma dan masuk rumah sakit,’’ cerita Dian. Namun menurut Dian, beberapa teman-teman almarhum yang sudah lama tidak bertemu, beberapa hari sebelum meninggalnya, banyak yang terbayarkan niatnya untuk bertemu.

Di kalangan kolega dan teman-temannya, Djati Sussetya terkenal sebagai sosok yang sangat disukai oleh orang banyak. Hal ini juga diakui oleh salah seorang koleganya, Sudarman Umar yang sudah bekerja bersama Djati sejak 1986 silam.

Menurut Sudarman, Djati merupakan sosok yang disenangi semua orang, dalam berteman dan menjalin relasi, Djati tidak pernah membedakan orang berdasarkan pangkat, jabatan, agama dan suku.

‘’Beliau paling bagus dalam berelasi, menjembatani manajemen Chevron dengan pemerintah, sangat berpengalaman soal ini. Beliau bisa diterima semua pihak dan disenangi hampir semua orang,’’ cerita Sudarman.

Budayawan Riau, Al azhar menilai almarhum adalah teladan yang indah bagi orang-orang yang berhasrat menembus batas-batas praktis, untuk kemudian membiarkan dirinya (bahkan menikmati) hidup terperangkap dalam cinta: pada ruang sekitarnya, pada waktu yang mengalir, pada sesama manusia yang tulus-ikhlas saling menyapa. Djati tidak pernah ‘takabur’,  mendikotomikan yang profesional dan yang personal.

‘’Suatu malam dalam kesibukan PON saya numpang mobil Onggo, dan hampir di sepanjang perjalanan dari Stadion Utama saya bicara tentang Mas Djati dan perannya bagi CPI dan ke-Riau-an kontemporer. Tadi pagi saya sadar (ketika menerima kabar wafatnya, red), kami sebenarnya sedang menenun obituari beliau. Saya sedih dan seperti sahabat-sahabat, saya amat kehilangan,’’ imbuhnya.

Djati Sussetya dinyatakan mengidap hipertensi sejak lama. Menurut pihak keluarga, Djati sudah pernah tiga kali kena serangan stroke yang terjadi pada 2004, 2009 dan yang terakhir 2012 yang membuat almarhum tidak bisa diselamatkan lagi.

Bersama istri Dian Pramanasari, Djati meninggalkan tiga anak masing-masing Rangga (21), Mayang (19) dan Senapati (17).(fed)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook