PASIRPENGARAIAN (RP)-Warga Desa Pematang Barangan, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, Ahad (5/2) dihebohkan dengan ditemukannya bekas jejak harimau di sekitar halaman Masjid Khairunnas Pematang Berangan, di komplekS Jalan Gaharu.
Bekas jejak harimau Sumatera itu, berdiameter 7 sentimeter dan 3,5 sentimeter. Atas penemuan jejak binatang pemangsa itu membuat masyarakat setempat heboh, risau dan ada yang beranggapan ini adalah jejak binatang lain, anjing atau musang.
Sebab jika binatang itu benar harimau, sangat berani berada di daerah pemukiman padat, di mana Desa Pematang Barangan merupakan pusat dari ibu kota Kabupaten Rohul, yang padat penduduknya, sehingga menjadi keraguan masyarakat terhadap penemuan jejak harimau tersebut.
Seperti yang diungkapkan Yusrisyam, salah seorang warga Jalan Gaharu, Desa Pematang Barangan, Kecamatan Rambah, kepada Riau Pos, Rabu (8/2) menyebutkan, dengan ditemukannya bekas jejak harimau ini, menurut masyarakat setempat yang pernah berladang dan memotong karet di daerah ini, bahwasanya dulunya memang ada harimau di sini.Tetapi sudah lama kampung ini berkembang, baru kali ini ditemukannya jejak harimau.
Yusrisyam yang juga sebagai Entomologis Kupu-kupu Sumatera di Rokan Hulu, dan Kontributor Foto Biodiversitas Indonesia (Fobi), mengaku dengan adanya penemuan bekas jejak harimau ini, ia dengan inisiatifnya sendiri langsung memotret jejak kaki harimau itu, dan mengirimkannya ke Fobi dan Sumatran Tiger Sonservation Forum di Bogor.
Dari konsultasinya ke H A Wahyudi selaku Executive Officer Sumatran Tiger Sonservation Forum di Bogor melalui email, telah lanjutnya, mendapat jawaban.
‘’Untuk foto jejak ini cenderung ke harimau Sumatera, tetapi masih anakan. Semoga dengan keberadaannya di dekat pemukiman, tidak memicu masalah mengingat jika ada induk dan anak harimau berada di dekat pemukiman, ada kecenderungan sedang mengajari berburu.Ternak milik masyarakat perlu dijaga ekstra hati-hati. Akan tetapi semoga saja harimau tersebut hanya melintas saja,’’ ujar Yusrisyam menjelaskan hasil konsultasinya ke Sumatran Tiger Sonservation Forum di Bogor.
Dia menjelaskan, dari jejak harimau itu, masyarakat jangan resah dan panik. ‘’Kalau dilihat dari frekuensi kemunculan di dekat daerah pemukiman Yusrisyam. Jika hanya sekali saja dan kemudian tidak nampak lagi, berarti hanya melintas,’’ ujar Executive Officer tersebut.
Dari informasi para ahli tersebut, harimau Sumatera (Panthera tigeris Sumatrae) mulai tertekan habitatnya, merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN.
Menurut Wahudi Homerange Harimau Betina sekitar 100 KM persegi. Sangat mungkin individu tersebut kembali ke tempat semula.
Walau telah diyakini dengan hal tersebut, lanjut Yusri, timbul opini di masyarakat kompleks Gaharu bahwa ini adalah peringatan terhadap kampung di mana penduduk kompleks Gaharu sedang berpecah belah, di mana selama 3 bulan sudah beroperasi biliar, perpecahan pengurus masjid, hal ini kaitan yang sangat kebetulan.
Ada lagi opini masyarakat, bahwasanya kompleks Gaharu berdekatan dengan Masjid Islamic Center Pasirpengaraian dengan tempat biliar.
‘’Memang kenyataan bahwa biliar yang beroperasi di tengah penduduk kompleks Gaharu menunjukkan kelemahan instansi terkait, di mana masyarakat Gaharu sudah menyurati Polres, camat, Satpol PP, dan sudah ditindaklanjuti oleh Satpol PP malah bertambah satu meja lagi, sebuah tamparan yang kuat bagi instansi terkait,’’ terangnya.(epp)