Menjahitkan Fintech dan Techfin

Riau | Kamis, 08 November 2018 - 10:28 WIB

Menjahitkan Fintech dan Techfin

Oleh: Dr. H. Irvandi Gustari, Dirut Bank Riau Kepri

SECARA umum kita sering menyamakan fintech dan techfin.  Lho kok repot amat ya di zaman disrupsi? Belum habis pusing kita  tentang sepak terjang fintech, sekarang kita dibingungkan lagi dengan  techfin.  Kalau fintech kita asumsikan, di antara kita semua, tentu sudah banyak yang  tahu. Namun kalau techfin, ya boro-boro paham, sebab membingungkan pula apa hubungannya antara fintech dan techfin itu?
Baca Juga :BRK Syariah Serahkan Bantuan Bencana Banjir di Rokan Hulu

Dalam era disruption ini, kita memang sudah acap kali mendengar istilah fintech (financial technology)  atau dalam bahasa Indonesia disebut tekfin  alias teknologi finansial. Fintech memang sudah jamak terdengar di telinga kita. Apalagi bagi para nasabah perbankan maupun pelaku di dunia perbankan. Fintech atau tekfin memang  secara gambaran singkat saat ini merupakan pelakunya para start up company, yang melakukan pelayanan sistem keuangan seperti yang ada pada bank, dengan mengandalkan kecanggihan teknologinya.

Singkat kata, dalam artikel kita memang tidak dalam sedang memainkan kata-kata, namun mengajak pembaca bisa memaknai  secara mendalam terkait dengan techfin tentunya.  Techfin memang  berbeda secara filosofi dibandingkan dengan fintech. Techfin itu  contoh nyata yang dilakukan para pelaku perbankan untuk peningkatan pelayanan. Misalnya pengembangan digital banking.  Dengan Techfin itu adalah  sistem IT yang ada pada bank dan kemampuan digitalnya selalu dikembangkan untuk menjawab tantangan  kecepatan pelayanan dan keakuratan. Sehingga  bisa dengan mudah diakses oleh nasabah, misalnya mobile banking, SMS banking, e-commerce, e-samsat, dan sebagainya.

Jadi kalau Fintech itu merupakan pengganggu dunia perbankan melalui perusahaan-perusahaan start up yang lagi berkembang pesat saat ini. Sedangkan techfin itu adalah sistem IT perbankan yang menyajikan berbagai kecanggihan teknologi untuk kemudahan dan kecepatan pelayanan bagi para nasabah.

Lalu apa yang kita maknai untuk dua perbedaan ini.  Karena kita tidak sedang dalam berdebat tentang kata-kata yang dibolak balik, maka sejatinya fintech dan techfin adalah bisa diibaratkan sebagai saudara sepupu satu sama lainnya. Kok bisa ya?  Ya, kita memang tidak perlu terlalu larut memperdebatkan perbedaan fintech maupun techfin.

Sebab ada benang merah untuk  menjelaskan keterikatan satu sama lainya dalam dunia keuangan maupun perbankan. Contohnya sejumlah perusahaan start up application (fintech) yang ada di Swiss melakukan kerja sama dengan sejumlah bank-bank di Swiss membuat produk secara konsorsium seperti Swish, yaitu alat pembayaran digital.

Apa benang merahnya?  Nasabah techfin yang notabene nasabah perbankan, memang  memerlukan pelayanan perbankan yang berkelas dan  sebaliknya Fintech kebanyakan nasabahnya memang mengejar kemudahan dan pelayanan, namun  nasabah dari para fintech tidak sama level “bankable” (kelayakan bank) atau lebih rendah dibandingkan dengan nasabah-nasabah bank.

Lalu perbankan dengan techfin-nya, apakah perlu waswas atau kuatir dengan keberadaan fintech kah? Di Indonesia saat ini seperti ada semacam pemahaman bahwa fintech itu ancaman bagi dunia perbankan. Karena memberikan banyak kemudahan yang tidak mungkin dilakukan perbankan. Contohnya memberikan pinjaman dalam jumlah batasan tertentu, bisa tuntas melaluli aplikasi dalam 15 menit.  Namun di  dunia perbankan di Eropa dan AS ternyata fintech bukanlah ancaman.  Kok bisa ya?

Karena pada umumnya perbankan di Eropa dan AS dapat melakukan inovasi yang jauh lebih cepat dari  perkembangan perusahaan fintech itu sendiri.  Justru yang dilakukan sinergisitas sehingga bisa secara lebih memaksimal menjangkau nasabahnya, contohnya  peer to peer landing.

Lalu bagaimana sikap kita? Nggak usah ikutan  pusing. Sebab, nikmati saja adanya kemudahan yang dirasakan sebagai nasabah bank, bila fintech dan techfin, bertaut satu sama lainnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook