Laporan JUPRISON, Kuansing juprison@riaupos.co
Paiman, seorang pria tua yang diduga memiliki ilmu hitam tewas dibakar oleh massa di Desa Pulau Panjang Hilir, Kecamatan Inuman, Kuansing Kamis (3/10) lalu. Ia tentu punya hak untuk hidup, sama dengan manusia lainnya.
Tindakan pembunuhan sadis yang dilakukan masyarakat itu menimbulkan keprihatinan bagi Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kuansing H Erizon Efendi SAg. Ia sangat menyayangkan terjadinya aksi pembakaran itu yang dinilainya tidak manusiawi.
“Yang pasti kita tidak membenarkan tindakan masyarakat itu. Tapi bagaimana lagi, itu sudah terjadi, tentu kita sangat menyayangkan tindakan masyarakat yang main hakim sendiri itu,” kata Erizon Efendi saat dihubungi Riau Pos, Ahad (6/10).
Sedangkan Kapolres Kuantan Singingi AKBP Bayu Aji Irawan SH SIK melalui Kapolsek Cerenti yang membawahi wilayah Inuman, AKP Jannes Purba, belum bisa memastikan apa motif pembakaran terhadap Paiman.
Namun kuat dugaan, massa menduga Paiman ini memiliki limu hitam yang bisa membuat masyarakat kesurupan dan meninggal.
Jannes Purba juga belum bisa memastikan, apakah korban meninggal sebelum dibakar atau memang meninggal karena dibakar. “Belum bisa kita pastikan, termasuk kronologis sebelum pembakaran,” katanya.
Diakuinya, jarak TKP sangat jauh dan sulit dijangkau dengan waktu yang cepat. Sehingga pada saat pihaknya berada di TKP ketika kejadian, tidak ada satupun warga yang didapatinya, dan tidak ada satupun warga yang mau dimintai keterangan. Bahkan jasad Paiman, kata Jannes, pihaknya yang mengangkat langsung untuk dikuburkan, karena tidak ada masyarakat yang bersedia.
Ditegaskannya, kalau tindakan membakar yang menghilangkan nyawa seseorang ini tidak manusiawi lagi. Oleh karena itu, pihaknya akan serius memproses kasus ini kendatipun banyak menemui kendala di lapangan. Misalkan, masyarakat yang tertutup dan terkesan tidak mau memberikan informasi terkait kejadian itu. “Ini yang membuat kita sulit mengungkap siapa pelakunya, namun kita akan berusaha terus mendalami kasus ini,” katanya.
Paiman, pria 82 tahun itu tewas di Desa Pulau Panjang Hilir Inuman. Desa ini terletak di bagian selatan Kabupaten Kuantan Singingi. Jaraknya sekitar 60 kilometer dari ibukota kabupaten, Teluk Kuantan, yang berada di seberang Sungai Kuantan, sehingga untuk menjangkaunya itu harus menggunakan kompang (alat transportasi di Sungai Kuantan). Mayoritas penduduknya menggantungkan hidup di sektor pertanian.
Lebih kurang satu tahun Paiman menetap di Ketaping Jaya Inuman, desa tetangga Pulau Panjang Hilir. Kesehariannya, Ia bekerja menjaga kebun salah seorang warga di desa itu, Prinson.
Selain bekerja menjaga kebun, pria yang memang tidak memiliki keluarga di desa itu dikenal oleh masyarakat setempat sebagai paranormal, dukun atau orang pintar yang bisa mengobati orang kesurupan dan berbagai penyakit lainnya.
Dan tidak jarang pula ada sejumlah warga dikabarkan pernah belajar ilmu kebatinan kepada si Mbah ini.
Selain menjaga kebun, bermodalkan kepandaian, pria tua ini memanfaatkannya mencari penghasilan lain dengan cara menjadi dukun di desa tersebut, sehingga dirinya dikenal sebagai dukun hebat.
Namun di tengah kehadirannya di desa itu, Paiman dikenal tidak begitu bergaul dengan masyarakat setempat. Justru dengan kehadirannya di desa itu, masyarakat setempat mulai merasakan sesuatu yang aneh dan di luar kepatutan banyak dialami masyarakat.
Sehari sebelum si Mbah ini meregang nyawa di sebuah pulau tepi Sungai Kuantan, Kepala SMPN 3 Inuman, Anasri yang dikabarkan tidak ingin lagi melihat para siswanya kesurupan kembali mendatangi si Mbah, pada Rabu sore.
Ntah apa yang terjadi, setelah pulang dari rumah Paiman, Anasri ditengah jalan terjatuh dan dikabarkan juga mengalami kesurupan yang juga sempat memanggil-manggil “Mbah”.
Anasri dibawa ke Puskesmas terdekat di Inuman untuk mendapat pengobatan, namun sayang, nyawa sang kepala sekolah ternyata tidak bisa diselamatkan. Anasri SPd meninggal dunia Rabu malam (2/10). Diduga atas kematian Anasri inilah, emosi masyarakat memuncak.
“Jadi, memang sejak kehadirannya memang sangat meresahkan, karena banyak kejadian yang tidak masuk akal terjadi di desa,” kata Isp, salah seorang warga di desa tersebut.***