Tradisi Jangan Menyimpang dari Syariat

Riau | Senin, 08 Juli 2013 - 10:18 WIB

PEKANBARU (RP) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau, H Mahdini menilai tradisi menyambut bulan suci Ramadan tidak dilarang agama. Hanya saja, tidak boleh keluar dari syariat Islam.

‘’Selagi itu dilakukan sebagai wujud rasa syukur dalam menyambut bulan suci Ramadan tidak masalah. Asal jangan dilakukan dengan tindakan yang negatif,’’ paparnya kepada Riau Pos, Ahad (7/7) melalui telepon selulernya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Selain sebagai wujud syukur, menurutnya, kegiatan tersebut memiliki sisi positif sebagai ajang meningkatkan rasa silaturahmi. Ini terlihat dengan rasa kebersamaan dalam melaksanakan tradisi tersebut.

Hanya saja, dia mengharapkan beberapa kegiatan yang memberikan dampak negatif dapat dihindari. Seperti hura-hura, kebut-kebutan di jalan dan melakukan kegiatan negatif lainnya.

‘’Kalau sudah beramai-ramai jangan melakukan hal-hal yang tidak baik. Tetaplah pada koridor yang ada, agar tidak menyalahi nilai-nilai islami,’’ ungkap Mahdini.

Dia menilai, bulan suci Ramadan sejatinya disambut dengan dengan kegiatan positif. Dia juga mengharapkan kesucian bulan suci Ramadan tidak boleh tercemar dari kegiatan-kegiatan yang kurang memberikan manfaat.

‘’Yang pasti isilah dengan kegiatan positif. Jangan keluar dari aturan agama, itu intinya,’’ papar Mahdini.

Seperti diketahui, setiap tahunnya di beberapa daerah di Riau dilaksanakan tradisi menyabut bulan suci Ramadan.

Misalnya, di Pekanbaru dengan petang megang, di Kampar dengan mandi balimau dan beberapa tradisi lainnya di Riau.

Petang Megang Sambut Ramadan

Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru telah mempersiapkan upacara tradisi petang megang untuk menyambut bulan suci Ramadan tahun ini. Beberapa agenda disiapkan seperti ziarah di makam para pendiri Kota Pekanbaru dan prosesi berakhir di Sungai Siak Pekanbaru.

Tradisi petang megang menurut Wali Kota (Wako) Pekanbaru H Firdaus MT merupakan budaya Melayu Pekanbaru. Agenda mandi untuk membersihkan diri menyambut bulan suci Ramadan tersebut, bakal dihadiri seluruh pejabat isntansi pemerintah Kota Pekanbaru, tokoh masyarakat, budayawan, ulama, wisatawan serta warga yang ingin turut dalam ritual tersebut.   

Jika telah ditetapkan harinya, maka acara itu akan diawali di Masjid Raya Pekanbaru, kemudian menuju makam para tokoh pendiri Kota Pekanbaru yaitu ke pemakaman Senapelan melaksanakan ziarah.

Dilanjutkan ke makam tokoh agama dan makam tokoh pendidik. Setelah salat Asar berjamaah di Masjid Raya Kota Pekanbaru tersebut, barulah diteruskan menuju ke Sungai Siak yang berada di sekitar Jembatan Siak satu untuk melangsungkan acara puncaknya yakni petang megang.

Wako menegaskan, kegiatan petang megang bukan merupakan sebuah ritual fanatik, melainkan sebatas niat untuk menyucihkan diri dalam menyambut bulan Ramadan.

Seperti tahun sebelumnya, prosesi petang megang sendiri diwakilkan kepada anak-anak yang tinggal dekat dengan Sungai Siak tersebut.

Untuk orang dewasa tidak dianjurkan untuk mandi bersama dan larangan membuka aurat. Karena panitia tidak melarang warga setempat berjualan, maka secara langsung kegiatan petang megang tersebut selain bertujuan mengembangkan dan memperkenalkan budaya Melayu agar lestari, sekaligus meningkatkan perekonomian warga sekitar.

Berbagai kegiatan lomba bakal dibuat panitia untuk meramaikan kegiatan petang megang itu, seperti perlombaan pacu itik dan menangkap itik.

Kegiatan lomba ini memang rutin dilaksanakan. Sebelum acara berakhir maka terlebih dulu dilanjutkan dengan saling memaafkan.(rio/ilo)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook