KAMPAR (RP) - Konflik masyarakat dengan perusahaan kembali terjadi di Kampar. Kali ini berujung bentrok antara karyawan PT Riau Agung Karya Abadi (RAKA) dengan sekelompok warga Desa Danau Lancang, Kecamatan Tapung Hulu, Kampar, Senin (7/5), sekitar pukul 10.00 WIB.
Akibat insiden itu, enam orang dari pihak PT RAKA mengalami luka tembak dan seorang lagi menderita luka karena lemparan batu. Sementara dari pihak warga diklaim ada 30 orang terluka. Diduga, pemicu masalah ini adalah konflik lahan yang terjadi antara warga dan perusahaan.
Adapun ketujuh korban dari pihak karyawan PT RAKA adalah; Ari Saputra (27), alamat Jalan Bangau No 95 Pekanbaru dengan luka tembak pada dada sebelah kiri. Edwar Jandri Sitinjak (32), alamat Libo Desa Pauh. Ia mengalami luka tembak pada paha kaki kanan.
Pardamean Manik (30), alamat Jalan Meranti Batu Rumbai dengan luka tembak bahu belakang sebelah kanan. NK Simatupang (42), alamat Kandis, Siak. Korban mengalami luka robek di kening sebalah kiri akibat kena lemparan batu.
Rivai Tobing (35), alamat Libo Kandis, Siak dengan luka tembak pada telapak kaki kanan dan kiri. Kornelius Napitupulu (35), alamat Libo Kandis, Siak, mengalami luka tembak pada paha sebelah kiri dan Chondar Aritonang (41), alamat Libo Kandis, Siak.
Ia mengalami luka tembak jari telunjuk kanan akibat senapan angin.
Pantauan Riau Pos di RS Santa Maria Pekanbaru, para korban dirawat sejak Senin (7/5) siang sekitar pukul 14.30 WIB. Dua di antara korban itu sudah berada di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tampak penasehat hukum PT RAKA juga berada di sana.
Beberapa anggota polisi serta rekan-rekan kerja korban terlihat mondar-mandir di pelataran IGD. Sekitar pukul 15.15 WIB, sebuah ambulans dari Klinik Tissa dengan kecepatan tinggi masuk dan berhenti di depan IGD.
Tak berselang lama, dua korban diturunkan dari ambulans tersebut. Korban pertama menderita luka pada bagian kaki kanan hingga harus dibungkus perban. Meski dibungkus, pada pinggiran luka tetap terlihat darah segar mengalir.
Korban tampak pasrah dan hanya bisa memicingkan matanya. Lalu disusul korban kedua yang juga diturunkan. Tampak jelas bekas tembakan pada paha yang sudah diperban.
Penasihat hukum PT RAKA, Hilmar Silalahi dan Johansen Simanihuruk kepada wartawan mengatakan, awal permasalahan ini terjadi akibat pengerusakan yang terjadi, Rabu (28/3) lalu. ‘’Selang berapa lama baru kita adukan di Polres Kampar,’’ jelas Johanes Simanihuruk.
Karena merasa laporannya tidak direspon, mereka lalu melapor ke Polda Riau. ‘’Karena kita rasa lamban, lalu kita adukan ke Polda Riau tanggal 19 April. Sudah kita bawa saksi-saksi. Bahkan kepolisian sudah olah TKP, dan kita kecewa seperti ini. Jika ditanggapi lebih cepat, tentunya hal ini tidak akan terjadi,’’ jelas Johansen.
Versi Warga
Sementara itu dari versi warga Aruan Siregar kepada Riau Pos menjelaskan, mereka memang sudah menduduki lahan milik perusahaan sejak dua bulan yang lalu. ‘’Kami minta hak kami sebagai warga yaitu 1.400 hektare lahan ini, dan kami hanya mengklaim yang ada suratnya saja,’’ ujarnya.
Warga merasa kesal karena selama ini pihak PT RAKA tidak bersedia memberikan lahan tersebut kepada warga sehingga akhirnya mereka menduduki lahan tersebut. Saat itu ada sekitar 80 orang warga yang tidur di lahan tersebut.
‘’Lalu pada pukul 11.00 WIB tiba-tiba saja datang preman dari perusahaan sebanyak 200 orang yang membawa senjata tajam, dan mereka mengusir warga dengan senjata tajam serta batu,’’ ujarnya.
Warga yang melihat banyaknya preman akhirnya mencari pertolongan dengan menelepon teman-temannya dan warga lain sehingga gelombang massa berdatangan ke lokasi. ‘’Tiba-tiba saja ada bom molotov yang dilempar ke arah warga. Kami kaget dan segera menyelamatkan diri, beberapa warga melempari dengan batu,’’ ujarnya.
Ketika ditanya bagaimana dengan penembakan? Aruan menjawab mereka tidak tahu menahu dengan penembakan. ‘’Kami tidak tahu, karena yang punya senjata mereka, warga tidak punya senjata apapun selain batu. Mungkin mereka menembak diri mereka sendiri,’’ ujarnya.
Menurut versi warga, korban yang terluka karena lemparan batu sebanyak 30 orang. Sampai berita ini diturunkan Aruan mengaku suasana belum terkendali.
Kapolda Riau, Brigjend Pol Suedi Husein SH kepada wartawan melalui Kabid Humas, AKBP S Pandiangan mengatakan, tidak terjadi tembak menembak di sana. ‘’Tidak ada tembak menembak, yang terjadi itu penyerangan dan penembakan,’’ ujar AKBP Pandiangan meluruskan informasi yang ada.
Dijelaskannya, persitiwa itu terjadi saat karyawan PT RAKA menimbun parit untuk dibuatkan jalan. ‘’Terjadi penyerangan oleh sekelompok masyarakat, pada saat penyerangan itu terjadi penembakan. Akibatnya, tiga orang terluka serius dan empat orang luka ringan. Dari empat orang ini, satu bukan karena tembakan tapi karena lemparan batu,’’ ungkapnya.
Dikatakannya lagi, tiga orang yang mengalami luka serius akan diopname dan dilakukan tindakan lebih lanjut. ‘’Mengenai yang luka kita masih menunggu tindakan dari dokter. Tim kita juga masih menunggu, kalau dioperasi baru diketahui peluru yang digunakan,’’ lanjutnya.
Sementara itu, kondisi di lokasi kejadian sendiri saat ini sudah mulai kondusif. ‘’Polisi sudah ada di sana, dari Polsek Tapung dan Polres Kampar. Kita juga sudah kirim bantuan dan saat ini sudah sampai di sana sebanyak 60 orang personil Brimob. Yang jelas kondisi di lokasi sudah bisa dikendalikan, warga sudah bergeser dari TKP,’’ jelas Kabid Humas.
Untuk mengetahui siapa pelaku penembakan ini, Pandiangan mengatakan, anggota polisi masih berada di lapangan untuk melakukan penyelidikan. ‘’Kita masih menyelidiki, siapa pelaku, apa jenis senjata, serta peluru apa yang digunakan,’’ katanya.
Kapolres Kampar AKBP Trio Santoso saat dikonfirmasi, mengatakan dirinya masih di lokasi dan belum bisa memberikan keterangan pers. ‘’Saya belum bisa memberikan informasi apa-apa, karena masih menunggu suasana di TKP kondusif,’’ ujarnya singkat.
Informasi lebih rinci diberikan Kasat Reskrim Polresta Kampar, AKP Antoni Lumban Gaol SH MH. Menurutnya, sampai pukul 22.30 WIB kondisi sudah aman. Pengamanan di lokasi dilakukan oleh 60 personil dari Brimobda Riau dan 40 personil dari Polres Kampar.
Selain itu, ada personil dari Polsek Kunto Darusalam Rohul. ‘’Pengamanan dilakukan Gabungan Brimob dan Polres serta Koramil Tapung,’’ kata Antoni.
Sementara, untuk hari ini, menurut Antoni mereka akan masuk ke lokasi bedeng-bedeng yang dihuni warga tersebut. ‘’Kita akan temui pihak masyarakat dan meminta keterangan dari mereka dan apa solusi yang mereka inginkan,’’ kata Antoni.
Temukan Proyektil Besar
Hasil olah TKP yang dilakukan Polres Kampar mendapatkan proyektil yang besar, namun belum diketahui jenis senjata apa yang dipakai oleh pelaku penembakan. ‘’Arah tembakan berasal dari kelompok masyarakat. Tadi ada proyektil besar ditemukan di TKP, ini sepertinya bukan amunisi dari senjata yang biasa dipakai oleh militer atau polisi,’’ kata Antoni.
Antoni juga mengatakan, sampai saat itu mereka masih melakukan penyelidikan siapa pelaku penembakan dan dari mana asal senjata. ‘’Nanti akan kita cari siapa pelakunya dan ada berapa senjata yang ada di masyarakat,’’ kata Antoni.
Meski kondisi sudah kondusif, namun warga kata Antoni tetap tidak mau meninggalkan lokasi. ‘’Menurut warga, mereka tetap akan berada di sana dan menguasai lahan di TKP sampai ada penyelesaian perkara ini,’’ imbuhnya.
Ditanya apakah penyelesaian yang diinginkan masyarakat? Antoni mengatakan mereka ada sebanyak 275 kepala keluarga dan mengklaim memiliki 1.200 hektare.
‘’Dari dua bulan lalu mereka sudah menduduki lokasi dan mengatakan mereka tidak punya rumah lagi,’’ kata Antoni.
Humas PT RAKA Abdul Halex kepada Riau Pos, mengatakan, kerusuhan ini dimulai dari pihak warga. ‘’Warga sendiri sudah menduduki lahan perusahaan sejak sebulan yang lalu,’’ ujar Halex.
Alasan warga menduduki lahan dengan alasan punya hak atas lahan seluas 2.000 hektare. Sementara itu warga sendiri tidak bisa memperlihatkan bukti kepemilikan yang sah.
‘’Kita sudah tanyakan bukti mereka secara hukum, namun mereka tidak bisa menunjukkannya,’’ ujar Halex.
Selama menduduki lahan perkebunan tersebut warga yang diyakini Halex bukan warga asli Danau Lancang, namun warga pendatang. Mereka memanen hasil sawit dan membuat pagar parit besar.
Pagi Senin beberapa pekerja mencoba melakukan pekerjaan di lahan tersebut namun dihadang warga, aksi dorong mendorong pun tak terelakkan dan tak terkendalikan. Beberapa warga melempari batu dan terjadilah bentrok.
‘’Lalu ada tembakan yang mengenai karyawan kita. Tembakan itu dari warga dan korbannya 9 karyawan kita,’’ ujarnya.
Sedangkan Kepala Desa Danau Lancang Azwirizal mengaku malah tidak di desa. Menurutnya, pagi kemarin ia baru mengikuti rapat dengan Kapolres dan Camat soal pengamanan. ‘’Tiba-tba kami mendapat kabar bentrok, dan rapat akhirnya bubar. Saya sendiri belum tahu bagaimana situasinya,’’ ungkapnya.
Azwirizal menambahkan, informasinya masih simpang siur, karena banyak versi. Hanya yang pasti menurutnya suasananya memang belum kondusif. ‘’Makanya, saya tidak tahu mau pulang atau ke Pekanbaru, karena suasana memang tidak aman,’’ imbuhnya.
Hal yang sama juga disampaikan Camat Tapung Hulu Eri Afrizal. Ia kebetulan tidak berada di lokasi. Rencananya besok (hari ini, red) baru akan ke lokasi. ‘’Sekarang biarlah pihak keamanan dulu, karena suasananya memang tidak aman,’’ ujarnya. Namun ia akan terus memantau.(rdh/ali/rul)