TELUKMERANTI (RIAUPOS.CO) - Petani di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti menjadi takut pergi memanen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, pascakejadian dugaan penyerangan harimau yang memangsa pekerja pemanen kayu akasia di area perkebunan hutan tanaman industri (HTI) PT Satria perkasa Agung (SPA) di Distrik Simpang Kanan, Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Inderagiri hilir (Inhil), Senin (7/2).
Kehadiran satwa ganas yang dikenal dengan bahasa latin Panthera tigris sumatrae ini dikhawatirkan mengancam keselamatan warga tempatan yang berada tidak jauh dari lokasi penyerangan harimau tersebut.
“Kehadiran harimau ini membuat kami takut untuk berkebun. Apalagi binatang berbadan belang yang diperkirakan lebih dari satu ekor itu telah memangsa manusia yang sedang melakukan penebangan kayu akasia. Kami berharap pemerintah melalui BKSDA segera mengevakuasi harimau ini. Sehingga tidak menimbulkan konflik harimau dan warga,” terang Samsul, salah seorang warga Desa Pulau Muda ketika dikonfirmasi Riau Pos, Senin (7/2).
Diungkapkannya, berdasarkan pengakuan warga yang melihat, hewan ini telah menampakkan diri dua hari sebelum kejadian penyerangan tersebut atau tepatnya pada Kamis (2/2) malam lalu sekitar pukul 20.30 WIB. Di mana saat itu, harimau sumatra ini, muncul tepatnya di depan alat berat jenis eskavator yang tengah beraktivitas.
Karena kemunculan binatang buas tersebut, maka operator alat berat itu akhirnya terpaksa menghentikan aktivitas alat yang dikemudikannya. Meski hanya berdurasi singkat, namun kehadiran harimau yang menghilang masuk ke dalam semak belukar, membuat sang operator perusahaan SPA yang merupakan grup PT Arara Abadi Distik Merawang ini, menjadi sangat ketakutan.
“Dua hari sebelum kejadian, harimau sudah menampakan diri. Tapi, belum bisa dipastikan apakah karnivora itu yang menyerang dan memangsa pekerja yang diketahui bernama Tugiat. Namun yang pasti, kami masih takut untuk turun ke kebun memanen kepala sawit kami yang berdekatan dengan lokasi kejadian,” paparnya.
Dikatakan Samsul, penampakan harimau di Kecamatan Teluk Meranti, khususnya di Desa Pulau Muda, sudah sering terjadi. Pasalnya, desa yang berbatasan dengan Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung dan Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ini, diduga menjadi daerah perlintasan kawanan harimau.
Menurut Samsul, hewan liar tersebut diduga berasal dari hutan Suaka Margasatwa di Kecamatan Kerumutan. Di mana lokasi ini, menjadi salah satu kantong harimau di Riau. Bahkan, BBKSDA pernah menyebut lokasi ini didiami enam ekor harimau dengan wilayah jelajah masing-masing. Salah satunya Desa Pulau Muda menuju Pelangiran dan Gaung Kabupaten Inhil.
“Kami warga Desa Pulau Muda meminta dan berharap agar BKSDA dapat melakukan evakuasi hewan ganas ini dengan membuat tempat khusus seperti penangkaran. Sehingga tidak berkeliaran masuk ke kebun hingga pemukiman masyarakat yang tentunya mengancam keselamatan warga,” ujarnya.
Humas PT Arara Abadi Distrik Merawang, Suparlan, masih belum memberikan jawaban yang memuaskan setelah dikonfirmasi melalui selulernya terkait upaya antisipasi serangan susulan, pascaserangan.
“Terima kasih atas konfirmasinya. Untuk saat ini, aktivitas PT Arara Abadi Distrik Merawang, Alhamdulillah masih kondusif,” ujarnya mengakhiri komunikasi melalui pesan singkat via Whatsapp.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, Fifin Arfiana Jogasara yang sebelumnya mendapat informasi serangan yang diduga harimau tersebut, langsung menurunkan tim ke lokasi. Di mana pihaknya sudah merencanakan penanganan konflik harimau dan manusia di Teluk Meranti tersebut.
"Dengan kejadian ini Balai Besar KSDA Riau langsung menurunkan tim bersama pihak perusahaan pada hari ini (kemarin, red) untuk melakukan penanganan lebih lanjut. Kami akan melakukan rapat bersama lebih dulu, untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan segera," sebut Fifin.
Menjelang itu, Fifin mengimbau kepada para pekerja kebun dan masyarakat sekitar agar waspada dan mengurangi aktivitas di kawasan tersebut. Dirinya juga mengingatkan, selain dilindungi harimau sumatera juga berbahaya dan terbukti mengancam nyawa manusia.(amn)