RENGAT (RIAUPOS.CO) - Wakil Bupati Indragiri Hulu (Inhu) H Khairizal SE MSi berharap pencanangan pembangunan pabrik hilirisasi batubara menjadi demetil eter (DME) atau sejenis gas oleh PT Bukit Asam (BA) di Kecamatan Peranap hendaknya dapat terealisasi. Karena hal yang sama sudah dimulai digaungkan sejak tahun 1980 silam.
Selain itu bersadarkan hasil penelitian ahli dari Jepang, sebut Wabup, cadangan batubara di Kecamatan Peranap terbesar di Sumatera bahkan bisa saja di Indonesia. “Tahun 2000 lalu juga sudah sempat dilaksanakan lelang mulut tambang, namun pada akhirnya juga tidak berjalan sebagai mana mestinya,” ujar Wabup pada acara pencanangan pembangunan pabrik hilirisasi batubara menjadi DME, Kamis (7/2).
Walaupun pembangunan hilirisasi batubara di Kecamatan Peranap dapat terealisasi, tentunya harus memberi dampak positif bagi warga tempatan. Dimana warga tempatan hendaknya dapat merasakan keberadaan pabrik batubarara yang dikelola PT BA bersama PT Pertamina dan Air Product, terutama dalam peningkatan perekonomian serta kepedulian melalui CSR dan lainnya.
Dalam pada itu Dirut PT BA Afian Arifin menyatakan keseriusan dalam pengelolaan batubara menjadi DME. “Pengelolaan batubara di Kecamatan Peranap ini sudah diawali dengan penandatangan MoU bersama PT Pertamina dan Air Product,” sebutnya.
Pengelolaan batubara menjadi gas salah satu langkah untuk menjawab kekurangan gas elpiji selama ini. Selain itu juga pengelolaan batubara menjadi gas yang diharapkan lebih murah dan dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Usai pencanangan ini, sesuai rencana dilanjutkan dengan berbagai persiapan dan berlangsung hingga tahun 2020 sesuai proyek. Kemudian pada tahun 2023 baru akan beroperasi serta dimulai produksi. “Pengelolaan batubara menjadi DME merupakan pertama di Indonesia dan sesuai rencana pengelolaan batubara sebanyak 1,4 ton per bulan atau 10 ton per tahun,” tambahnya.
Sementara itu Sekda Provinsi Riau H Ahmad Hijazi mengatakan, di tengah menurunnya harga minyak, pengolahan batubara menjadi DME harus didukung penuh. “Ini merupakan langkah awal dan keseriusan hilirisasi batubara menjadi DME,” ujarnya.
DME yang dihasilkan dari pengelolaan batubara ini sambung Sekdaprov, hendaknya dapat bersaing harga dan ramah lingkungan. “Hendaknya DME dapat menjadi pengganti gas elpiji oleh masyarakat dan tidak kalah pentingnya keberadaan pabrik batubara ini dapat menyejahterakan masyarakat tempatan khususnya Riau,” terang Sekdaprov lagi.(kas)
(Laporan Kasmedi, Rengat)