Paiman (82), pria tua di Ketaping Jaya, Inuman, Kuansing harus mengakhiri hidupnya dengan cara tidak wajar dan mengenaskan. Ia dibakar hidup-hidup oleh massa di Desa Pulau Panjang Hilir, Kecamatan Inuman, Kamis (3/10) lalu.
Laporan JUPRISON, Kuansing
Kamis (3/10) sekitar pukul 15.00 WIB merupakan akhir dari hidup pria yang diduga masyarakat setempat memiliki ilmu hitam alias ilmu santet.
Paiman dituduh bisa membuat manusia kesurupan hingga meninggal dunia, seperti kesurupan yang sering dialami puluhan siswi SMPN 3 Inuman dan meninggalnya kepala sekolah tersebut Anasri SPd sehari sebelum tewasnya Paiman.
Namun semua tuduhan itu baru sebatas dugaan karena belum ada fakta yang terungkap kalau ‘’Si Mbah’’ itu telah melakukan praktek santet yang mengakibatkan meninggalnya Kepala SMPN 3 Inuman.
Dari informasi yang diperoleh Riau Pos, sebelum meninggal, Paiman ingin menyeberangi Sungai Kuantan dengan menggunakan kompang (alat transportasi di Sungai Kuantan) di perbatasan Ketaping Jaya dengan Pulau Panjang Hilir. Namun, karena sang juru kemudi kompang dikabarkan menolak untuk membawa sang dukun, sehingga si Mbah kecewa dan pergi meninggalkan dermaga itu.
Entah bermaksud ingin mencari tempat penyeberangan lain, beberapa meter saja dari kompang itu, tahu-tahu Paiman langsung dihadang massa. Spontan saja, massa langsung beringas dan menghajar pria yang sudah berusia 82 tahun itu, yang kejadiannya itu memang tidak jauh dari tempat penyeberangan tadi. Karena tidak kuat menahan amukan massa, Paiman tergeletak di salah satu tangga beton di tepi sungai itu kendati sempat memberikan sedikit perlawanan.
Tanpa berdaya, dan setengah sadar, Paiman digiring oleh massa ke sebuah pulau yang juga tidak jauh dari lokasi itu. Di situ sepertinya, warga telah menyiapkan tempat pembakaran untuk sang dukun yang diduga telah melakukan praktik ilmu santet di desa itu. Tubuh Paiman yang sedikit mengeluarkan darah digulingkan telentang di sebuah kayu yang lumayan besar dan panjang.
Dengan menggunakan baju kemeja coklat, di atas tubuh lelaki tua ini, mulai dari kayu bakar, pelepah kelapa hingga ban benen pun terlihat menghimpit tubuh tua tersebut.
Massa menyirami tubuh sang dukun dengan salah satu bahan bakar minyak dan langsung dinyalakan api. Si jago merah pun dengan garangnya meluluhkan tubuh Paiman.
Bahkan ketika api sudah terlihat membesar, massa pun sepertinya terus menambah kayu bakar dengan pelepah kelapa.
‘’Itu kronologisnya yang saya dapat, dan korban tidak ada diarak keliling kampung, justru korban di dekat kompang dihajar dan dipukuli oleh massa,’’ kata salah seorang warga Pulau Panjang Hilir Inuman berinisial Isp (30) saat dihubungi Riau Pos, Sabtu (5/10) yang juga mengaku tidak melihat secara langsung pembunuhan sadis itu.
Usai dibakar, lebih lanjut diceritakan Isp, warga setempat membiarkan tubuh Paiman ini terbakar bersama kayu dan bahan bakar lainnya dan banyak juga di antara warga itu yang menyaksikan proses pembakaran ini dari kejauhan.
Diungkapkannya, selama korban menetap di Inuman, selalu ada saja kejadian yang tidak masuk akal dialami masyarakat, terutama para anak gadis. Bahkan tidak jarang, setiap anak gadis lewat di depan rumahnya, seringkali mengalami kesurupan. ‘’Dan dia langsung yang mengobatinya, karena memang dia yang bisa,’’ katanya.
Anehnya, kata Isp, setiap anak yang mengalami kesurupan tidak mau dibacakan kalimat-kalimat Tuhan. Justru, ada pertentangan batin ketika lafadz Tuhan diperdengarkan kepada anak yang kesurupan itu.
‘’Kita suruh ngucap Astaghfirullah, anak itu malah marah dan menjawabnya dengan kata kotor dibarengi wajah marah. Bahkan dengan orangtuanya sekalipun anak itu juga mengeluarkan kata-kata kotor. ‘’Ini saya yang menyaksikannya langsung,’’ lanjutnya.
Paiman sudah tewas dibakar massa. Kendati sudah meninggal, bayang-bayang si Mbah masih menghantui kehidupan masyarakat setempat.
Masyarakat setempat tidak berani lagi beraktivitas pada malam hari. Dan tidak sedikit dari masyarakat yang mengurung diri di rumahnya.
Di luar dan di dalam rumah pada malam hari pascakejadian itu masyarakat dihantui kedatangan arwah si Mbah. Konon, masyarakat setempat mempercayai dengan kehebatan ilmu hitam yang dimilikinya, arwahnya itu akan bergentayangan.
Setiap ada suara kucing atau suara lainnya yang terdengar di dalam rumah, sudah cukup untuk menakuti seisi rumah itu.
‘’Suara kucing pun kami anggap itu si Mbah yang datang, karena arwahnya bergentayangan,’’ ungkap Isp.
Biasanya, usai Salat Maghrib, masyarakat banyak yang duduk sambil bermain domino di warung-warung yang ada di Pulau Panjang Hilir.
Namun sejak kematian si Mbah dengan cara dibakar, diakui Isp, membuat kampung yang biasa ramai pada siang dan malam hari sekarang terasa sunyi.
‘’Malam tak ada lagi yang berani ke luar, masyarakat memilih berdiam diri di rumah,’’ katanya.
Pada siang haripun, katanya, di desa ini juga terasa sepi, juga tidak ada masyarakat yang berani kumpul-kumpul di warung atau di manapun.
Ya, selain dibayangi arwah Mbah Paiman, warga juga tidak mau komentar terkait kejadian pembakaran dukun itu. ‘’Memang tak ada yang berani bercerita,’’ akunya.(bersambung)