Bupati Ajak Mengingat Sejarah

Riau | Senin, 07 Oktober 2013 - 09:41 WIB

ROKANHILIR (RP) - Bupati Rokan Hilir (Rohil) H Annas Maamun mengajak  masyarakat mengingat sejarah pembentukan Kabupaten Rohil. Membentuk suatu daerah otonom tingkat II yang kini dikenal dengan Kabupaten Rohil bukanlah pekerjaan yang mudah.

Para pejuang kabupaten melakukan berbagai upaya, baik mengorbankan waktu maupun materil. Kendala yang sangat dirasakan pada waktu itu terutama berkaitan dengan kesulitan akses jalan yang ada, sehingga untuk pergi dari satu tempat ke tempat lainnya dalam rangka penggalangan massa guna merumuskan kesepakatan bersama memerlukan waktu yang lama.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hal ini disampaikan Annas Maamun saat memberikan sambutan pada sidang paripurna hari jadi Rohil ke-14, Jumat (4/10).

Ia menggambarkan contoh kesulitan yang dihadapi tokoh pembentukan Kabupaten Rohil misalnya terpaksa mendayung perahu.

Untuk mendatangi satu tempat ke tempat lainnya guna konsolidasi, para tokoh melakukan perjalanan dari Tanah Putih menuju ke Bagansiapi-api selama lebih kurang 22 hari pakai perahu dayung saat itu.

Bandingkan, masa kini jarak tempuh antar wilayah tersebut hanya sekitar tiga jam saja. ‘’Saya sampaikan sekilas sejarah perjuangan Kabupaten Rohil yang baru 14 tahun, untuk mendirikannya bukan usaha yang mudah, ditempuh dengan halangan dan rintangan,’’ kata Annas.

Serangkaian upaya yang dilakukan oleh tokoh masyarakat, lanjut Annas terutama dimotori oleh Husein Rambah (almarhum) dan kawan-kawan.

Guna menata gerakan yang lebih kuat pernah dilakukan musyawarah pembentukan panitia perjuangan penuntutan daerah swatantra tingkat II Bagansiapi-api yang terkenal dengan Front Nasional, diketuai Huasein Rambah dan sekretaris Rahmat Lubis dari utusan Gerakan Pemuda Ansor.

Perjuangan Front Nasional 1963 merupakan gerakan yang lebih terorganisir melalui kepanitiaan yang dibentuk masyarakat, baik dari kalangan politisi, cerdik pandai dan para pengusaha melakukan perjuangannya di Bagansiapi-api.

Gerakkan yang dilakukan sudah mengarah pada sosialisasi ide pembentukan kabupaten kepada masyarakat luas.

Struktur susunan pengurus panitia perjuangan daerah Swatantra tingkat II Bagansiapi-api merupakan kumpulan berbagai golongan masyarakat yang terdiri dari tokoh agama, cerdik pandai, politisi dan pengusaha yang berjumlah 19 orang dari berbagai daerah di eks-kewedanaan Bagansiapi-api.

Kepengurusan kepanitiaan perjuangan daerah Swatantra tingkat II antara lain, penasehat dipimpin Wedana Bagansiapi-api (Auzar), Ketua dari golongan cerdik pandai (Husein Rambah), Wakil Ketua dari golongan PSII (M Junus Nur) dan dari golongan PKI (Syafri Sani), Sekretaris dari golongan NU/Ansor (Rahmat Lubis), Wakil Sekretaris dari golongan Front Nasional (A Arifin Lubis), bendahara dari golongan cerdik pandai (Hasnan Imam), Wakil dari Bendahara dari golongan Partindo (Ongkok Seng), serta dibantu beberapa anggota dari golongan Front Nasional (Sofyan Ismail, A Matwafa, Sekretaris Pokja di Pekanbaru), dari Kecamatan Tanah Putih (H Husein Abdul Majid, Fakih Abdul Wahab) dan dari Kecamatan Kubu (Djuned Fattah).

Dengan terbentuknya kepanitiaan, maka pada 19 Desember 1963 atas nama panitia melayangkan surat yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri di Jakarta, Gubernur Kepala Daswanti I Riau di Pekanbaru.

Untuk memenuhi kelengkapan administrasi surat ini diiringi tembusan kepada Bupati Bengkalis, pihak pers dan radio serta dilengkapi dengan lampiran susunan panitia perjuangan pembentukan daerah Swantantra Tingkat II Bagansiapi-api dan dilengkapi dengan tanda tangan dukungan berbagai pihak, baik dari ormas dan organisasi politik lengkap dengan stempel kelembagaan masing-masing.

Upaya ini ternyata mendapat respon positif. Terlihat dari kedatangan Tim DPR-GR dan beberapa anggota TNI dari Jakarta melakukan survei dan meninjau dari dekat terhadap keinginan masyarakat secara keseluruhan.

Hasil tim peninjau dibawa ke Jakarta, guna diproses lebih lanjut. Dukungan anggota DPR-GR di lembaga legislatif ternyata tidak mendapat dukungan suara.

‘’Upaya pertama belum mendatangkan hasil. Kemudian pada 1998 dibentuk panitia perjuangan diketuai Amran Rambah, anak Husein Rambah, waktu itu mendagri Syarwan Hamid dan saya masih anggota DPRD lalu menjadi Ketua DPRD Bengkalis. Alhamdulillah pada perjuangan itu terbentuklah Kabupaten Rohil dengan UU Nomor 53/1999, bersamaan dengan empat kabupaten lainnya Siak, Pelalawan, Rohul dan Kuansing. Jadi cukup banyak perjuangan pembentukan Kabupaten Rohil ini dengan tekad pakai sampan dayung, apalagi sekarang sudah bisa pakai mobil tentu harus lebih semangat lagi,’’ katanya.

Plt bupati pertama dijalankan oleh Wan Syamsiryus, lalu digantikan Plt Wan Thamrin Hasyim. Wan selanjutnya menjadi bupati pertama Rohil pada pemilihan yang dilaksanakan oleh DPRD.

Memasuki periode kedua pada pemilihan umum 2006, Annas Maamun terpilih sebagai bupati untuk periode 2006-2011. Annas juga terpilih kembali sebagai bupati periode 2011-2016.

Annas pada kesempatan itu mengajak terutama bagi generasi muda dapat mengenang sejarah perjuangan Rohil, untuk bekerja sungguh-sungguh mengisi pembangunan menuju masyarakat yang sejahtera.

‘’Alhamdulillah hari ini bersama paripurna bagaimana semoga kita semua mendapat bimbingan Allah, hingga dapat melanjutkan pembangunan Rohil yang kita cintai ini,’’ ujarnya.

Berkaca dari keteladanan yang ada maka para pemimpin saat ini seharusnya menurut Annas mesti bersemangat berjuang demi masyarakat. ‘’Harus berani turun ke lapangan, jangan di kantor saja,’’ tuturnya.(adv/b)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook