PEKANBARU dan SIAK (RIAUPOS.CO) - Belum ada jawaban tegas soal solusi konflik berdarah yang berulang antara harimau sumatera dan manusia di Landscape Semenanjung Kampar. Baik itu dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, maupun dari Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen LHK).
Padahal Landscape Semenanjung Kampar, terutama yang berada di kawasan Desa Teluk Lanus di Siak serta Desa Pulau Muda dan Desa Serapung di Pelalawan, merupakan kantong atau habitat asli harimau sumatera yang terancam punah. Konflik muncul ketika teritori spesies harimau terakhir di Indonesia tersebut tumpang tindih dengan sejumlah perusahaan.
Setelah terjadi serangan berdarah berulang dalam rentang waktu yang begitu dekat, terakhir terjadi pada Ahad (4/9) yang mengakibatkan satu orang luka parah di Serapung, belum ada jawaban tegas dari pihak-pihak yang berwenang. Padahal, belum genap tiga pekan atau pada Jumat (18/8) lalu, satwa dari jenis yang sama menewaskan satu pekerja perusahaan di kantong harimau yang sama, Desa Pulau Muda. Itu belum dihitung serangan-serangan sebelumnya yang berulang terjadi di Teluk Lanus.
BBKSDA Riau masih tetap melakukan kebijakan rutinitas, berupa upaya memperingatkan karyawan untuk berhati-hati. Lalu melakukan himbauan untuk melakukan hal-hal yang dapat mencegah serangan itu berulang. Padahal, setidaknya untuk kasus Landscape Semenanjung Kampar, tidak efektif dengan berulangnya terjadi serangan.
Hal ini tambah sulit ketika harimau yang terkenal sebagai hewan penyendiri itu, tidak terlacak pergerakannya. BBKSDA Riau sudah memasang kamera trap di Pulau Muda sebelumnya, yang hasilnya nihil. Upaya yang sama juga akan dilakukan di lokasi kejadian di Serapung.
"Untuk memantau pergerakan dan keberadaan harimau sumatera (di Pulau Muda, red) telah dilakukan pemasangan camera jebak sejumlah 10 unit," ungkap Genman S Hasibuan, Kepala BBKSDA Riau, Senin (5/9).
Ketika ditanya soal apakah akan ada upaya evakuasi terhadap harimau atau sejumlah harimau tersebut, BBKSDA Riau belum menjawab dengan tegas. BBKSDA Riau baru akan berkoordinasi dengan manajemen perusahaan sekitar habitat harimau tersebut untuk upaya komprehensif konservasi.
Kirim Pesan ke Menteri LHK
Usaha agar Kementerian Lingkungan Hidup tanggap dan peduli atas konflik manusia dengan harimau yang terjadi di Serapung Kabupaten Pelalawan dan Teluk Lanus Kabupaten Siak telah dilakukan dengan mengirim pesan Whatshap kepada Menteri LHK.
Namun, usaha itu belum direspon. Pesan sudah dibaca, tapi belum dijawab. Padahal situasi memang sudah sangat meresahkan. Korban terus saja berjatuhan dari pihak manusia. Terakhir Ahad (4/9) dinihari kemarin.
Demikian dijelaskan Kaur Pemerintahan Kampung Teluk Lanus, Kenang. Menurutnya, harimau kerap menyatroni kampung mereka dan mengintai ternak.
Makanya ketika senja, warga tidak berani ke luar rumah. Khawatir akan keselamatan diri, mengingat antara Serapung dengan Teluk Lanus satu hamparan hanya dipisahkan persawahan dan sungai.
"Kami ingin ada solusi atas konflik ini, sehingga kami dapat hidup tenang. Sebab tidka akan mungkin kami dapat hidup berdampingan dengan binatang buas yang dilindungi,"terangnya. (gem)
Laporan: HENDRAWAN KARIMAN dan MONANG LUBIS (Pekanbaru-Siak)