PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Gempa dengan kekuatan magnitude (M) 4,3 terjadi di Kuantan Singingi, Jumat (4/8) pukul 16.15 WIB. Pusat gempa berada di darat dan membuat heboh masyarakat di Kota Pekanbaru dan wilayah Riau lainnya.
Apalagi, selama ini wilayah di Riau dikenal paling aman karena tak pernah diguncang gempa.
Menurut Kepala Stasiun Geofisika Padang Panjang Dr Suaidi Ahadi ST MT melalui Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Ramlan kepada Riau Pos, Sabtu (5/8), gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi sehari sebelumnya pada pukul 16.15 WIB merupakan gempa tektonik. Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak dengan kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter dengan magnitudo 4,3. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0.36° LS ; 101.39° BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 17 Km arah Barat Laut Kuantan Singingi, Riau pada kedalaman 10 km.
Gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Solok dengan skala intensitas III-IV MMI dengan getaran yang dapat dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan truk berlalu. Namun hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.
Pusat gempa berada di darat 17 km barat laut Kuantan Singingi dan gempa ini dirasakan masyarakat. Gempa dirasakan dengan skala MMI pada wilayah Solok dengan skala III-IV. Skala MMI yang dirasakan adalah IV yang artinya gempa dirasakan oleh beberapa orang, tetapi tidak menyebabkan kerusakan atau kecelakaan. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar.
Meskipun begitu, sejumlah wilayah Provinsi Riau termasuk Kota Pekanbaru masih aman terhadap guncangan gempa bumi, karena tidak memiliki patahan lempeng tektonik seperti yang ada di wilayah lainnya di pulau Sumatra.
“Secara umum Riau dan Kota Pekanbaru aman dari gempa, tapi untuk wilayah yang berbatasan langsung dengan Sumatra Barat yang kerap diguncang gempa sangat rawan terhadap potensi gempa susulan,” katanya.
Dijelaskan Ramlan lagi, gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antarlempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan batuan.
Gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi merupakan gempa bumi dangkal yaitu gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
Hiposentrum (pusat gempa) ini merupakan titik atau garis dalam litosfer yang menjadi tempat terjadinya gempa. Adapun episentrum adalah titik atau garis di permukaan Bumi sebagai tempat gelombang gempa dirambatkan ke wilayah di sekitarnya. Letak episentrum adalah tegak lurus terhadap hiposentrum.
“Sebenarnya Provinsi Riau ini hampir minim gempa. Yang terjadi itu gempa lokal yang dihasilkan karena letak episentrumnya berada di Bukit Barisan. Kuansing ini dekat dengan Bukit Barisan. Jadi di sekitar sana banyak yang berpotensi gempa. Namun Riau daratan sampai pesisir sangat aman terhadap gempa,” tuturnya.
Apalagi, jika dilihat dari hasil peta yang dikeluarkan oleh BMKG Padang Panjang, kawasan Sumatra Barat memiliki garis sumber gempa yang masuk di kawasan Kabupaten Kuantan Singingi. Sedangkan wilayah lainnya di Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru tidak memiliki garis merah tersebut.
Bahkan BMKG Padang Panjang mencatat terjadi beberapa kali gempa susulan usai gempa yang terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi. Di mana kekuatan gempa berada di 2 magnitude dan lokasinya tidak berada di titik yang sama dengan gempa sebelumnya.
“Info Gempa Mag:3.3, 04-Aug-23 19:26:01 WIB, Lok:0.36 LS,101.40 BT (16 km barat laut Kuantan Singingi Riau), kedalaman: 10 Km: BMKG-PGR VI. Ini gempa susulan yang dapat kami sampaikan dari BMKG Padang Panjang,” tuturnya.
Ramlan juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir dan tetap tenang serta tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Masyarakat dapat menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa, serta melakukan pemeriksaan terhadap bangunan tempat tinggal yang dirasa cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” tuturnya.(ayi)
Laporan prapti dwi lestari, Pekanbaru