Laporan MAHYUDI, Jakarta dan ALFIADI, Siak redaksi@riaupos.co
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) memprediksi produksi minyak di Provinsi Riau tinggal menyisakan beberapa tahun lagi. Hal ini seiring dengan habisnya cadangan minyak yang masih tersimpan saat ini di Bumi Lancang Kuning.
‘’Cadangan minyak di Duri dan Minas yang saat ini memproduksi sebesar 360 ribu barel per hari tinggal menyisakan 12 tahun lagi, jika tidak ada temuan lapangan dan cadangan baru,’’ ujar Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana kepada Riau Pos di Jakarta, Senin (5/3).
Tidak hanya di Riau kata Gde, di daerah-daerah yang memiliki ladang minyak di Indoensia juga demikian. Diperkirakan paling lama 15 tahun ke depan cadangannya sudah habis.
‘’Cadangan terbukti minyak nasional kita hanya 3,9 miliar barel. Setiap tahun terguras sekitar 330 juta barel. Jadi, jika tidak ada penemuan cadangan baru maka hitungan matematik cadangan yang ada sekarang ini hanya bertahan 12 tahun lagi,’’ kata dia lagi.
Namun demikian lanjut Gde, pihaknya bersama pemangku kepentingan lainnya akan terus berusaha dan bekerja keras mencari lapangan-lapangan baru yang memiliki potensi minyak, sehingga Indonesia bisa memproduksi minyak lebih lama lagi.
‘’Kita akan terus gencarkan kegiatan eksplorasi. Tarakhir kita menemukan cadangan cukup besar yakni di blok Cepu, Jawa Timur yang saat ini sedang digarap. Diperkirakan produksinya bisa mencapai 165-170 ribu bph pada tahun 2014 mendatang,’’ terang Gde seraya menyatakan bahwa upaya lain adalah dengan memanfaatkan potensi energi lainnya untuk memenuhi kebutuhan energi.
‘’Untuk transportasi kita punya gas yang cukup banyak. Kebutuhan listrik kita memiliki energi baru terbarukan sebagai bahan bakarnya, seperti panas bumi, air dan lainnya,’’ terangnya.
Namun ungkap Gde, jumlah tersebut termasuk cadangan minyak yang ditemukan di blok Cepu masih jauh kalah dari lapangan Minas dan Duri. ‘’Memang cukup besar, tapi jika dibandingan lapangan Minas dan Duri hanya sepertiganya saja pada saat puncaknya yang memproduksi sekitar 250 bph dan 400 bph,’’ ucapnya.
Ditanya, sudah seberapa besar pengurasan cadangan minyak yang ada di Minas yang dilakukan sejak tahun 1950-an tersebut, begitu juga di Duri yang dimulai sekitar tahun 1980-an, Gde mengaku tidak mengetahui jumlah pastinya. ‘’Tapi yang jelas lapangan Minas dan Duri dari awal produksinya hingga sekarang memberikan 30-40 persen terhadap produksi minyak secara nasional,’’ papar Gde.
Kejar Target Lifting
Aksi pengurasan terhadap cadangan minyak di Riau menurut Kepala Badan Pelaksana (BP) Migas Sumbagut Julius Wiratno akibat mengejar target lifting yang diberikan pemerintah.
Target masing-masing KKKS harus melaksanakan itu yang mengacu pada Inpres Nomor 2 Tahun 2012 tentang peningkatkan minyak nasioaanl yang dikeluarkan 10 Januari 2012 ini.
Dalam Inpres tersebut sangat jelas jika tak tentu ada sanksinya mulai dari terkecil sampai terbesar dan juga administrasi.
Misalkan, jika KKKS dikenakan sanksi tak mendapat izin pengelolaan suatu blok, kemudian yang menyangkut keuangan, cost recovery-nya tak dibayar pemerintah, dan lainnya.
Diakui dia, saat ini terjadi penurunan jumlah produksi merata di masing-masing KKKS. Penyebab penurunan ini bermacam-macam di antaranya lapangan marginal, eksplorasi belum menemukan hasil yang ekonomis, konflik lahan untuk lapangan migas untuk melakukan eksplorasi dan lain sebagainya.
Adapun yang terjadi kondisi saat ini adalah laju pengurasan itu belum sebanding dengan cadangan yang tersedia. Ini yang menjadi pemicu penurunan laju produksi. Beda dengan negara luar seperti Arab dan lainnya.
Di sana sudah jelas ratio cadangannya lebih besar dari jumlah produksi akibatnya mereka surplus. Sementara di Indonesia, cadangan yang ada belum tentu sebanding apalagi melebihi dengan rasio produksi.
‘’Terhadap hal ini tentu, KKKS melakukan eksplorasi untuk mencari cadangan,’’ sebut dia.
Apakah ini menandakan Migas akan habis? Allahu a’lam, hanya Yang Maha Kuasa yang tahu. Karena siapapun tak bisa secara empiris mengkalim Migas akan habis. Ini dilihat Migas tersebut berada dalam lapisan bumi.
Diakui Julius, memang saat ini Migas masih primadona. Akibat dari primadona itu, tentu jadi incaran dan juga dambaan semua orang. Perhatian orang tertuju kesana karena Migas ini sangat relevan dalam berbagi sektor. Belum ada produk serupa yang dapat menyainginya.(ila)