MELIHAT KONDISI JEMBATAN SULTAN SYARIEF HASYIM (SSH) PERAWANG

Khawatir, Masyarakat Minta Tonase Kendaraan Diawasi

Riau | Selasa, 06 Maret 2012 - 09:15 WIB

Laporan M Fathra Nazrul Islam, Perawang

Berkembangnya informasi terjadi retakan di Jembatan Sultan Syarief Hasyim (SSH) Perawang, Kabupaten Siak mengundang perhatian cukup luas.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Tak hanya kalangan pemerintah daerah, pemerintah pusat melalui Kementerian PU pun ikut terus memantau. Bagaimana kondisi jembatan yang dibangun dengan dana sekitar Rp191 miliar itu?

Peristiwa runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara 26 November 2011 lalu menjadi peringatan bagi keberadaan banyak jembatan di Indonesia. Kekhawatirannya, kalau hal serupa terjadi di Riau.

Terlebih semacam warning datang dari Kementerian PU, yang menyebut dua jembatan di Riau dalam pengawasan khusus, yaitu Jembatan Siak III di Pekanbaru dan Jembatan Rumbai Jaya, di Kabupaten Indragiri Hilir.

Yang mengejutkan, pekan lalu satu lagi jembatan, yaitu Jembatan Sultan Syarief Hasyim (SSH) Perawang di Desa Meredan, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, dikabarkan mengalami retak pada bagian pilar 11-12.

Selain itu terjadi renggangan disambungan jembatan. Menyikapi hal ini Kementerian PU melalui Kasubdit Jembatan, Iwan Zarkasi memberikan jaminan bahwa jembatan di Perawang itu aman untuk dilalui.

Untuk melihat perkembangan di lapangan, Riau Pos berkunjung ke Jembatan SSH, Senin (5/3) kemarin. Seperti biasa masyarakat tetap menjalankan aktivitas sehari-hari mereka, mulai dari operasional warung kopi didekat pondasi jembatan hingga melintas di bawahnya.

Hal yang sama juga tampak pada angkutan perusahaan yang beroperasi seperti biasa melewati kolong jembatan yang memiliki ketinggian sekitar 30 meter itu.

Sejumlah warga di sekitar jembatan yang coba dihubungi seperti enggan untuk berkomentar walaupun hampir setiap hari mereka berhubungan dengan jembatan tersebut. Mulai dari melintasi jalan desa yang berada persis di kolong jembatan dan ada yang membuka usaha warung dengan jarak sekitar 15 meter saja dari Jembatan SSH.

Keretakan Jembatan SSH sendiri terjadi pada bagian bawah sambungan, antara pilar 11-12. Pada sambungan badan jembatan juga tampak ada renggangan serta tapak pilar bagian atas miring.

Sementara pada sambungan lainnya, renggangan tidak selebar itu, hanya sekitar 25-30 Cm.  Kepala Desa Meredan, Sunani menceritakan, retak dan renggangan Jembatan SSH Perawang itu berasal dari salah seorang pendatang yang memancing di Sungai Siak, Desa Meredan yang disampaikan kepada camat.

Keesokan harinya pihak kecamatan bersama Desa langsung melakukan peninjauan, dan keretakan jembatan yang memiliki panjang 1.474 meter dan lebar 12,7 meter itu disampaikan ke pemerintah kabupaten.

‘’Bapak Bupati, Kapolres dan dari PU langsung melakukan peninjauan. Informasi terakhir yang kami terima, segera akan diperbaiki. Sekarang di bawah jembatan juga sudah ada tangga untuk melakukan perbaikan,’’ kata Sunani, Senin (5/3).

Sebagai Kepala Desa di Meredan, saat ditanya tentang kondisi arus lalu-lintas kendaraan di jembatan itu, terutama yang bertonase berat, diakui Sunani pada malam hari di atas pukul 23.00 WIB, masih sering dilewati oleh dump truck bertonase di atas 20 ton yang mengangkut CPO. Dan, hal itu sudah pernah disampaikannya kepada Camat Tualang.

Ia juga berharap instansi terkait ikut meningkatkan pengawasan terhadap kendaraan tonase berat yang melintas. ‘’Pernah kita usulkan dibuatkan portal, tapi akan menghambat kendaraan besar dengan tonase ringan seperti bus,’’ ungkapnya.

Kades juga menyinggung masalah jalan di bawah jembatan yang dilewati oleh angkutan perusahaan menuju dermaga penyebarangan. Menurut Kades, hal itu sudah pernah dibahas dalam rapat bersama Dinas PU Provinsi, tapi hingga saat ini belum ada solusi dan jalan itu masih menjadi akses menuju dermaga penyebarangan.

‘’Solusinya dermaga perusahaan harus dipindah, sehingga angkutan tonase berat tidak lagi lewat di kolong jembatan yang mengalami keretakan, karena menurut PU hal ini ikut mempengaruhi,’’ kata Sunani.

Apakah dengan kondisi retaknya Jembatan SSH menimbulkan keresahan di tengah masyarakat? Menjawab hal ini, Sunani tidak menampik bahwa informasi yang berkembang menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat. Namun ia meminta agar penangganan cepat dilakukan.

‘’Kekhawatiran masyarakat tetap saja ada, makanya kita minta cepat diperbaiki,’’ harap Sunani.

Saat meninjau langsung Jembatan SSH, Sabtu (3/3) pekan kemarin, Kepala Dinas PU Provinsi Riau Ir SF Harianto, menyatakan, keretakan yang ada di Jembatan SSH tidak perlu dikhawatirkan. Karena kekuatan jembatan itu terletak pada sambungan kabel yang berada di dalamnya.

Untuk menanggani keretakan tersebut, lanjut Harianto, dia telah memerintahkan pihak terkait untuk segera melakukan injeksi dan perbaikan yang memerlukan waktu sepekan.

‘’Untuk mengecek kontruksi jembatan di Riau, kita bersama ahli jembatan dari ITB akan meninjau berapa jembatan termasuk Jembatan Perawang dan Teluk Masjid. Kepada masyarakat juga diminta kepedulian jika ada kerusakan pada jembatan untuk melaporkan,’’ jelasnya.

Menurutnya, keretakan jembatan hanya terlihat antara pilar 11-12, yakni terdapat tekanan pada bagian atas jembatan dan bagian bawah jalan yang digunakan sebagai jalan mobil besar bermuatan tonase besar. Tekanan ini dinilai berdampak pada bangunan jembatan, meskipun kekuatannya terdapat pada kabel di dalam bangunan.

SF Herianto juga setuju untuk pemeliharaan lebih lanjut, lintasan jalan di bawah jembatan harus dialihkan ke tempat lain, guna mencegah keretakan. Untuk hal ini, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pihak PU dan perusahaan yang bersangkutan.

Pemerintah Pusat melalui Kasubdit Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Iwan Zarkasi menjamin Jembatan SSH Perawang aman dilalui dan tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan masyarakat.

Ia menambahkan hasil pemantauan, diketahui bagian segmental jembatan ada yang renggang. Tapi pada dasarnya tidak mempengaruhi konstruksi jembatan secara keseluruhan.

 ‘’Jembatan bentang panjang terdiri dari beberapa segmental yang didesain khusus. Ini yang kita lihat sedikit merenggang, sehingga harus sedikit diperbaiki. Pada dasarnya proses perbaikan ini tidak memerlukan waktu yang lama, dan dilakukan dengan memberikan glue (lem) yang sesuai standar konstruksi, sehingga renggangan tidak terjadi,’’ kata Iwan Zarkasi.

Menurutnya, kemungkinan keruntuhan jembatan sangat kecil karena ada besi baja di dalam segmental jembatan.(ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook