PANDAU JAYA (RP) - Ketenteraman Warga Blok B 7 RT 01/RW 11, Dusun II Pandau Permai, Desa Pandau Jaya terusik.
Beberapa warga tidak lagi merasakan kenyamanan tinggal di rumah, karena air yang menjadi salah satu sumber kehidupan tercemar.
Air sumur cincin beberapa warga tidak layak digunakan, selain berbau busuk, berminyak, warna airnya juga sudah berubah.
Ketua Rukun Warga (RW) 11 Dusun II Pandau Jaya, Syamsul Bahri mengatakan, pencemaran air sumur warga sudah berlangsung beberapa bulan terakhir. Semakin hari, kondisinya semakin parah.
Sehingga beberapa warga yang sumurnya tercemar terpaksa menggunakan air galon untuk keperluan sehari-hari. Bahkan untuk mandi dan cuci juga harus menggunakan air galon.
Ini sangat menyiksa warga. Air itu sumber kehidupan, kalau sudah seperti ini (tercemar, red) bagimana warga bisa hidup nyaman, tegas Ketua RW 11 Dusun II Desa Pandau Jaya, Syamsul Bahri.
Warga menduga pencemaran bersumber dari limbah cair salah satu rumah makan yang ada di lingkungan perumahan Blok B 7.
Dasarnya, lanjut Syamsul Bahri hanya air sumur warga yang satu blok dengan rumah makan tersebut yang tercemar. Ia khawatir jika ini tidak ditangani cepat akan merembet ke sumur warga di blok lain.
Karena itu, warga meminta rumah makan tersebut tutup sementara sampai ada penyelesaian, demi keselamatan warga sekitar.
Dari tinjau ke lapangan, air sumur warga yang tercemar kondisinya sangat mencemaskan. Permukaan air terlihat berbuih dan berwarna kemerah-merahan. Baunya juga menyengat.
Syamsul Bahri menjelaskan warga sudah lama mengeluh, tapi sampai saat ini belum ada perbaikan.
Warga juga sudah mengadukan persoalan ini secara tertulis ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Kampar dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar.
Berdasarkan surat tersebut, tim dari BLH melalui bidang pengawasan turun ke lapangan dan mengambil sampel air sumur warga untuk uji labor.
Kami sudah ambil sampel. Sekarang masih diuji di labor, belum bisa diambil kesimpulan, apakah pencemaran barasal dari limbah rumah makan yang ada di lingkungan itu atau bukan. Kami masih menunggu hasilnya, kata Kepala Bidang Pengawasan BLH Kampar Azwir.(aga)