Laporan AGUSTIAR dan MARRIO KISAZ, Pekanbaru redaksi@riaupos.co
Riau kembali dilanda kabut asap tebal sepanjang hari ini. Akan tetapi menurut Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Ferry Sitorus melalui staf analisa, Warih Budi Lestari asap tebal ini bukan dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau.
Dia menyebutkan, kabut tebal yang terjadi di Pekanbaru dan sekitar adalah campuran dari kabut asap dan kabut biasa. Dan ini merupakan kiriman dari Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi.
Dikatakannya, berdasarkan hasil monitoring satelit NOAA 18 beberapa hari teakhir ini, untuk Riau sendiri titik panas (hot spot) minim, sementara di wilayah Sumsel dan Jambi banyak. Di dua daerah itu banyak terjadi kebakaran hutan dan lahan.
‘’Yang terjadi ini adalah campuran kabut asap dan kabut biasa sehingga menyebabkan pengkaburan. Pagi hari terlihat sangat tebal, namun jarak pandangnya masih normal 2 ribu meter hingga pukul delapan pagi. Menjelang siang sudah 5 ribu. Akan tetapi sampai sore memang Pekanbaru dan sekitar masih berkabut,’’ jelas Warih kepada Riau Pos, Selasa (4/9).
Untuk curah hujan masih minim dan jika pun terjadi bersifat ringan dan lokal. Meski begitu, di Provinsi Riau tetap terpantau sejumlah hotspot sebanyak 19 titik, terdapat di Pelalawan dua, Inhu delapan, Inhil enam, dan Kuansing tiga. ‘’Untuk titik api di Riau jumlahnya terus menurun dari hari sebelumnya,’’ tutur Warih.
Penanganan Kabut Asap Jadi Prioritas
Menjelang pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON), Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE MP menginstruksikan instansi terkait memberikan prioritas untuk penanganannya. Penekanan ini disampaikan, karena kondisi tersebut dapat mengganggu kenyamanan dan upaya menyukseskan iven olahraga berskala nasional tersebut.
Dia mengaku sedikit terganggu dengan kondisi Riau yang mulai diselimuti kabut asap. Parahnya lagi, asap itu merupakan ‘’kiriman’’ akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di beberapa provinsi tetangga.
‘’Ini harus dapat diantisipasi. Memang berdasarkan laporan dari Kadishut, asap yang ada di Riau terjadi di provinsi tetangga kita. Tadi kita juga sudah melihatnya, di Provinsi Jambi saat ini sedang terbakar. Ini juga merisaukan kita semua,’’ papar Gubri kepada Riau Pos, Selasa (4/9) di Kantor Gubernur Riau.
Saat ditanyakan mengenai langkah penanganan yang akan dilakukan, dia mengatakan salah satu solusi yang dilakukan adalah dengan menggelar apel siaga.
‘’Lusa (6/9) kita akan menggelar apel siaga dengan pemerintah pusat (BNPB). Ini dilakukan untuk dapat terus mengantisipasinya terjadinya kebakaran hutan di Riau,’’ imbuh Gubri.
Langkah penanganan lain yang dilakukan adalah dengan penyemaian bibit hujan dan sudah berjalan terus hingga saat ini. ‘’Kita harapkan juga kebakaran yang terjadi di provinsi tetangga bisa dapat segera diatasi,’’ ulasnya.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Syamsurizal membenarkan sebanyak 202 titik api berada di wilayah Sumatera bagian selatan.
Paling banyak berada di Sumatera Selatan dengan jumlah hot spot 102 titik. Untuk Riau sendiri berjumlah 22 titik api. Jumlah ini menurun dari hari sebelumnya yang mencapai 44 titik.
Dia menerangkan, dari 22 titik api yang ada di Riau yang paling banyak berada di Pelalawan, dengan jumlah sembilan titik api. Untuk menangani masalah karhutla dan asap ini, pihaknya dibantu BNPB dengan sebuah pesawat Cassa 212 dan dua unit halikopter, telah disiapkan untuk melakukan pemadaman dari udara.(muh)