SELATPANJANG (RIAUPOS.CO)- Kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Kepulauan Meranti makin meluas.
Bahkan sudah merambah ke kecamatan lain dan pulau lainnya di wilayah Kecamatan Rangsang Pesisir. Setidaknya di wilayah Desa Kayuara, terdata seluas 529 hektare lahan masyarakat yang terdiri dari kebun kelapa, sagu dan karet habis terbakar.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Ir Maamun Murod MM MH, Selasa (4/2) mengatakan, timnya bersama pihak Kecamatan Rangsang Pesisir dan aparat desa berada di lapangan sejak pagi. Kebakaran cepat meluas diakibatkan kencangnya angin.
‘’Kebakaran telah terjadi beberapa hari lalu. Dugaan kami dari puntung rokok. Apalagi lahan gambut ditambah dengan musim kemarau dan angin kencang. Akibatnya api makin cepat membakar lahan perkebunan masyarakat,’’ ungkap Murod.
Secara rinci disampaikannya kebun yang paling luas terbakar adalah lahan perkebunan karet masyarakat mencapai 300 hektare, 200 hektare sagu, sisanya kebun kelapa dan semak belukar.
‘’Memang tidak sampai ke pemukiman masyarakat. Namun demikian tim berusaha mencegah dan terus berupaya memadamkan titik api,’’ sebutnya.
Kerugian dari kebakaran di Kayuara mencapai Rp1,85 miliar. Ini dengan rincian seluas 300 hektare lahan karet dikali dengan Rp22,5 juta setiap hektarenya.
Dengan begitu didapat total Rp675 juta ditambah 200 hektar lahan sagu dikalikan Rp45 juta dengan total Rp900 juta.
‘’Harga kebun karet kami rata-ratakan saja. Karena masih cukup banyak yang belum siap disadap alias masih remaja,’’ katanya.
Kadishutbun Kepulauan Meranti itu mengakui jauhnya sumber air menjadi kendala dalam penanganan pemadaman. ‘’Selain itu keterbatasan personel dan peralatan juga menjadi persoalan lain yang harus dihadapi pihaknya,’’ sebut Maamun.
Diduga Puntung Rokok
Kebakaran di Desa Kayu Ara, Kecamatan Rangsang Pesisir juga diakui Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Zahwani Pandra Arsyad SH MSi, melalui Kasat Reskrim AKP Antoni L Gaol SH MH. Menurutnya karhutla di daerah itu terjadi sejak dua pekan terakhir.
‘’Ada kebakaran lahan di Desa Kayuara, Rangsang Pesisir. Sampai saat ini sudah lebih dari 500 Ha perkebunan karet, sagu, dan lain terbakar,’’ kata Antoni.
Sementara itu, kata Antoni pula, mereka sedang melakukan penyelidikan sebab terbakarnya lahan ini. Saat ini kuat dugaan kebakaran disebabkan oleh puntung rokok.
‘’Kami menduga itu akibat puntung rokok. Sebab di sana tidak ditemukan orang membuka lahan. Namun demikian, kami tetap melakukan penyelidikan penyebabnya,’’ kata Antoni lagi.
Di samping itu, aku Antoni lagi, pihaknya tetap akan memanggil pemilik lahan, manakala ada unsur kesengajaan, maupun kelalaian, mereka akan ditindak tegas, apakah itu dengan Undang-undang perkebunan, kehutanan, maupun KUHP.
‘’Jika perlu kami datangkan tim ahli kebakaran dari pihak universitas yang berkompeten. Kami ingin tahu dampak kebakaran itu,’’ ujarnya lagi.
Saat ini tambah Antoni, pihak kecamatan dibantu kehutanan, polsek, dan masyarakat setempat sedang melokalisir api. Ini dilakukan agar tidak meluas dan menjalar ke perkebunan lain, dibantu dengan berbagai peralatan.
Menurut Maamun Murod lagi, Karhutla juga terjadi di tiga Desa di Kecamatan Tasik Putri Puyu, Pulau Padang. Tiga Desa itu di antaranya Desa Putri Puyu, Desa Tanjung Padang dan Desa Lukit.
‘’Kami belum tahu berapa luas lahan yang terbakar di Pulau Padang. Namun kami juga masih melakukan inventarisiasi dan menunggu laporannya,’’ katanya.
Oleh karena itu, dengan banyaknya titik api yang membakar lahan di Kepulauan Meranti. Pihaknya berharap Pemprov Riau turut membantu dalam upaya mengatasinya terutama hujan buatan.
‘’Memang suratnya belum disampaikan. Sebab baru saja ditandatangani bupati. Rencananya besok (hari ini, red) akan kita antarkan langsung. Sehingga provinsi membantu kita,’’ sebutnya.
Sementara itu kebakaran yang terjadi di Desa Kepau Baru dan Teluk Buntal Kecamatan Tebing Tinggi Timur masih terus terjadi. Bahkan upaya pemadaman masih terus dilakukan.
‘’Masih terbakar. Tim berbagai sejumlah institusi masih berada di lapangan,’’ kata camat Tebing Tinggi Timur, Helfandi SE Msi.
Perkebunan Terbakar
Di Kabupaten Bengkalis dilaporkan, kebakaran hebat kembali terjadi. Puluhan hektare lahan masyarakat terdiri dari perkebunan kelapa sawit, buah naga dan akasia di Dusun Kanjau Desa Kelemantan Kecamatan Bengkalis, ludes dilalap si jago merah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemadaman Kebakaran (BPBD-Damkar) Kabupaten Bengkalis, Moch Jalal Selasa (4/2) tidak membantah hal itu bahkan saat itu dirinya sedang berada di lokasi kebakaran.
Menurut dia, ada empat regu pemadam saat ini berada di lokasi. Satu regu dari BPBD-Damkar, satu regu Satpol PP, satu regu dari Kecamatan serta dibantu Masyarakat Peduli Api (MPA) desa setempat. Ke empat regu tersebut tengah berusaha memadamkan api.
‘’Sudah puluhan hektare lahan yang terbakar, saat ini jarak lokasi kebakaran dengan jalan poros desa hanya sekitar 50 meter lagi. Api datang dari berbagai arah, ditambah hembusan angin yang cukup kuat membuat anggota Regdam sangat mengatasi kebakaran,’’ ungkap Jalal.
Kebakaran yang terjadi di Kanjau tersebut sudah terdeteksi sejak malam hari. Pihaknya, kata Jalal sudah menerima informasi dari masyarakat, Senin malam, namun bergerak ke lokasi pagi Selasa kemarin.
‘’Untuk hari ini mungkin kebakaran ini belum bisa kita tangani, karena lahan yang terbakar cukup luas. Tapi kita tidak akan menyerah dan akan terus berusaha melakukan pemadaman,’’ imbuhnya.
Ditanya tentang lokasi kebakaran lainnya, sebut Jalal, kebakaran atau titik api terbaru ditemukan di perbatasan desa Damai dengan Temeran Kecamatan Bengkalis. BPBD-Damkar sendiri sudah menerjunkan satu regu pemadam ke lokasi tersebut.
Sementara itu, lokasi kebakaran di belakang Balai Benih Pertanian jalan Bengkalis-Bantan, hingga saat ini belum berhasil dipadamkan. Hingga siang Selasa kemarin, terpantau dua titik api lagi di lokasi tersebut.
Tidak hanya itu kata Jalal, kebakaran juga terjadi di Rupat Utara, tepatnya di sekitar SMK atau di sekitar rencana pembangunan pondok Az Zaitun.
Namun pihaknya belum bisa mengirimkan Regdam ke lokasi tersebut. Mengingat saat ini semua anggota konsentrasi memdamkan kebakaran yang terjadi sejumlah titik di Pulau Bengkalis.
‘’Kami sampaikan permohonan maaf karena belum bisa menerjunkan anggota ke sana. Saya berharap Regdam Kecamatan Rupat bisa menangani terlebih dahulu,’’ imbuhnya.
Diakui jalal, ketika kebakaran hebat terjadi di sejumlah lokasi seperti sekarang ini, pihaknya sedikit kewalahan. Karena personil yang ada tidak bisa menjangkau seluruh lokasi kebakaran. ‘’Personel kami terbatas. Makanya saya usulkan ke dewan agar ada penambahan,’’ ujarnya.
Api Muncul di Mumugo
Sisi lain, Polres Rokan Hilir (Rohil) mengerahkan 40 personel guna melakukan pemadaman api dan pengendalian, penanggulangan karhutla susulan.
Hal ini menindak lanjuti adanya informasi terjadi karhutla di wilayah kepenghuluan Mumugo, Kecamatan Tanah Putih menyusul masuknya musim kemarau ini.
‘’Kami mendapat informasi ada satu titik api yang terbakar pada lahan warga di daerah Kepenghuluan Mumugo. Kami mengerahkan 40 anggota untuk memadamkan,’’ ujar Kapolres Rohil, AKBP Tonny Hermawan R, SIK, didampingi Kasubag Humas Polres AKP Ali Suhud.
Sementara untuk memadamkan api pada lahan tersebut, jelas Mantan Kabag Binmkar Polda Riau ini, 40 personel itu nantinya akan dibantu warga sekitar, dan tokoh masyarakat disana dengan menggunakan mesin air genset.
‘’Saat ini anggota kami sudah di sana. Dari informasi yang diterima, api sudah mulai bisa dijinakan. Artinya tidak bakal meluas ke lahan warga lainya,’’ ujarnya.
Lima Kecamatan di Siak Siaga
Dari Kabupaten Siak dilaporkan lima kecamatan masing-masing Kecamatan Sungai Apit, Pusako, Bungaraya, Dayun dan Siak berstatus siaga. Hal ini menyusul terjadinya karhutla di wilayah tersebut dalam beberapa hari ini.
Kepala BPBD Siak Wan Abdul Razak SH mengatakan, lima kecamatan ini kondisinya dalam beberapa hari terakhir terjadi kebakaran lahan. Sebelumnya kecamatan lainnya seperti Tualang mengalami juga, namun sudah dilakukkan pemadaman, dan api tak muncul lagi.
‘’Kami konsentrasi dan fokus dilima kecamatan ini,’’ katanya singkat.
Ia menyebutkan, dalam empat hari terakhir ini kebakaran lahan mulai meluas di beberapa kecamatan. Umumnya lahan yang terbakar tersebut lahan tidur, namun juga ada perkebunan milik masyarakat seperti kebun karet dan sawit.
Kendatipun kebakaran terjadi, pihaknya telah mengerahkan petugas pemadam yang dibantu oleh TNI dan kepolisian serta masyarakat dalam memadamkannya. ‘’Alhamdulillah kondisinya saat ini berkurang dari sebelumnya,’’ tambahnya.
Ia menyebutkan, melihat dari kejadian kebakaran ini. Kondisinya seolah-olah seperti dibakar. Hal ini merujuk pada kondisi Siak, di mana terdapat hutan, sementara daerah lain begitu juga. Namun pertanyaanya kenapa di Siak tak terbakar, sementara daerah lainnya terbakar, padahal suhu cuaca sama.
Karena itu, ia menyerukan pada masyarakat agar tak melakukan pembakaran lahan dalam melakukan pengolahan lahan. Karena kondisi saat ini Siak telah diselimuti kabut asap meski belum parah dan membatasi jarak pandang.
34 Hektare Kebun Sawit dan Karet Terbakar
Masih dari Kabupaten Siak, kebun karet dan sawit masyarakat di Desa Tuah Indrapura Kecamatan Bungaraya Senin (4/2) pagi habis terbakar. Sijago merah ini begitu menyebar perkebunan milik masyarakat.
Kejadian ini, diketahui warga setempat, setelah melihat kepulan asap, yang berada di lokasi tersebut. Saat menghubungi petugas pemadaman, api langsung cepat menjalar di areal perkebunan karet dan sawit.
‘’Kami kesulitan untuk memasuki areal untuk memadamkan api, karena jalannya sempit,’’ kata Wan Abdul Razak SH lagi.
Ia menyebut, mobil pemadam harus bolak balik untuk melakukan pemadaman, dikarenakan arealnya yang luas juga kendala akses menuju ke sana.
Petugas pemadaman yang melakukan pemblokiran areal kebakaran, merasa kesulitan untuk memasuki wilayah, tersebab arealnya luas juga. Selain itu, mobil kebakaran mini juga diturunkan.
BPBD Minta Bantu BNPB
Karhutla yang terjadi di beberapa kabupaten dalam sepekan belakangan membuat daerah kewalahan dalam memadamkan api. Karenanya beberapa kabupaten meminta Pemprov Riau turut membantu khususnya dengan membuat hujan buatan.
Sepertinya permintaan kabupaten tersebut sulit dipenuhi, karena Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Riau harus minta bantu pusat dulu karena keterbatasan sarana prasarana.
Meskipun hingga Selasa (4/2), Pemprov Riau melalui Sekretaris BPBD Riau, Kaefi Azmi belum menerima adanya usulan bantuan penanganan dari Kabupaten/Kota ke Provinsi Riau, namun jika hal tersebut memang diperlukan. Maka langkah yang akan diambil BPBD adalah dengan meminta bantuan lagi kepusat.
‘’Sarana dan prasarana tidak memadai untuk melakukan hujan buatan. Sebab dibutuhkan anggaran sampai Rp200 juta sekali menyemai garam untuk proses Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Jadi mau tidak mau harus minta bantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB dulu,’’ katanya menjawab Riau Pos.
Karena selain memerlukan tim ahli dalam proses TMC, Kaefi menambahkan alat yang diperlukan juga tidak dimiliki BPBD Riau. Seperti pesawat atau helikopter yang dipakai untuk membuat hujan buatan.
Demikian pula terkait mekanismenya, bantuan bisa dilakukan di mana minimal tiga daerah dari 12 daerah di Riau atau 20 persen dari satu Provinsi maka baru bisa ditangani Pemprov bersama pusat.
‘’Itupun indeks cuaca benar-benar mengkhawatirkan dan sudah dinyatakan status siaga oleh kepala daerah masing-masing,’’ sambungnya.
Besarnya biaya operasional dan peralatan dalam proses membuat hujan buatan, memang menjadi kendala tersendiri dalam penanganan bencana asap. Dengan kondisi kemarau yang terus melanda, seharusnya daerah diminta mengefektifkan pengawasan terlebih dahulu.
Sebab, Pemprov sudah mengirimkan himbauan kepada seluruh kepada daerah, baik Bupati/Walikota untuk dapat mencegah terjadinya Karhutla atau meminimalisir pembukaan lahan dengan cara dibakar.
Deteksi 50 Hot Spot
Monitoring hot spot Terra Aqua Selasa (4/2) pukul 05.00 WIB, di Riau itu terdeteksi sebanyak 50 hot spot (titik panas). Kondisi ini menyebabkan cuaca di Riau mulai terganggu dengan kabut asap, terjadi pada pagi hari.
Meski tidak menganggu aktivitas penerbangan, namun kondisi ini mulai mengkhawatirkan.
Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru melalaui Staf Analisa Bibin Sulianto menjabarkan, dari 50 hotspot yang terdeteksi oleh satelit Terra Aqua, Bengkalis menjadi Kabupaten terbanyak menyumbang hotspot dengan 17 titik, Pelalawan 12, Kampar 8, Siak 7, Inhil 3, Rohil 2 dan Kuansing 1.
‘’Dari monitoring sehari sebelumnya untuk Riau terdapat 78 titik di update pagi, dan update sore menjadi 18 titik. Untuk Selasa ini, 50 titik itu update pagi, dan update sore nol,’’ jelas Bibin.
Dijelaskannya, yang mengalami kebakaran hutan dan lahan tidak hanya di Provinsi Riau saja, namun di Provinsi tetangga juga mengalami hal sama. Ini disebabkan karena saat ini musim kemarau, dan kondisi lahan mudah terbakar.
Secara keseluruhan titik api di Sumatera terdeteksi sebanyak 117 hot spot, tersebar di Nangroe Aceh Darussalam 32 titik, Kepri 3, Sumbar 8, Sumut 24, dan Riau 50 titik.
Saat ini BMKG Pekanbaru tidak lagi menggunakan satelit NOAA 18 untuk memonitoring hotspot. Dan sudah menggunakan satelit Terra Aqua, dimana dalam sehari itu melakukan dua kali update, pagi dan sore di pukul 5. ‘’Karena lebih detil, dua kali upadate,’’ singkatnya.
Lalu bagaimana bisa, ketika pagi update terlihat dan sore terkadang nol. Dijelaskannya, karena kegiatan pembakaran banyak terjadi sore sampai malam hari. ‘’Jadi siang terpantau sedikit, bahkan kosong,’’ ungkapnya.
Disampaikan juga untuk temperatur suhu maksimum pukul 15.00-16.00 itu mencapai 34 derajat celsius dengan RH (kelembapan udara 44 persen).
‘’Belum ekstrem, masih tergolong normal meski panasnya menyengat,’’ tuturnya.(amy/evi/fad/aal/sda/egp/gus)