Dialog Budaya Melayu Lahirkan Hasil yang Bernas

Riau | Selasa, 04 Desember 2012 - 10:40 WIB

PEKANBARU (RP) - Dialog budaya Melayu yang dihelat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), 3-5 Desember 2012, di Hotel Premier Pekanbaru, bisa melahirkan hasil yang bernas.

Terutama bagi perkembangan kebudayaan Melayu di wilayah negara-negara serumpun. Ini disampaikan Mukhlis Paeni, H Tenas Effendi, Drs Al azhar nara sumber dan pakar budaya nasional dan serta Riau, Phaosan Jehwae dari Thailand dan Direktur Sejarah dan Nilai Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Endjat Djaenuderadjat, Senin (3/12) usai pembukaan dialog kebudayaan Melayu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Mukhlis Paeni menyebutkan, sebagai kalangan budaya di tanah air, diaolog tidak saja untuk memberikan ruang untuk pencitraan menghindari benturan-benturan yang semakin terasa.

Gambaran ini, menurutnya bisa dilihat dibebeberapa negara tetangga ada gesekan budaya yang dianggap bersama.

Karena itu, dalam dialog materi yang harus dibahas bagaimana mengelola budaya yang sama itu. Karena itu, perlu negara-negara serumpun ini, masyarakat Melayu ini perlu berbicara bagaimana mengelola warisan bersama ini.

Sehingga menjadi kreatifitas industri yang bisa digarap bersama.

Menurutnya, sering kali aset itu tidak dipelihara tapi justru marah ketika warisan bersama itu digarap negara lain.

Gesekan ini akan semakin terasa kalau dianggap sebagai intensitas politik, dan bernilai kalau dilihat dari sudut kebudayaan.

Sementara dua tokoh budayawan Melayu Riau, H Tenas Effendy dan Al azhar mengatakan, kalau budaya mengandung nilai-nilai dan budaya.

Sementara budaya Melayu hasil ke Islami. mengacu pada aset budaya Melayu ini harus diambil titik-titiknya yang bermanfaat.

‘’Orang Melayu hidup boleh di laut dan di darat, tapi nilainya tetap sama,’’ ucapnya.

Begitu juga dengan Al Azhar yang menyebutkan kalau kebudayaan Melayu tidak pernah menghambat. Tetapi menyuling mana yang sesuai atau tidak.

Mengambil manfaat apapun yang datang pada kebudayaan Melayu. Dia tidak menjadi sebuah kebudayaan yang tertutup tapi terbuka untuk mengambil manfaat.

Di Thailand sendiri, khuusnya di Thailand Selatan, menurut Phaosan, budaya Melayu salah satu kebudayaan yang sangat kuat di Thailand Selatan. Kebudayaan Melayu menjadi benteng masuknya kebudayaan luar.

Helat ini, disampaikan Direktur Sejarah dan Nilai Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Endjat Djaenuderadjat memang untuk membuka ruang kebudayaan Melayu secara geografis.    

Melayu mengandung nilai yang sangat tinggi. Dalam rangka membangun kebudayaan Melayu sebagai bagian kebudayaan Indonesia, Kemendikbud menggelar dialog budaya Melayu di Pekabaru Riau, yang menghadirkan tokoh, budaya Melayu di Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Brunai Darussalam, Philipina yang merupakan bagian dari negara serumpun.

Dialog ini adalah untuk membuka ruang intelektual revitalisasi kearifan budaya kini dan masa depan dan mengundang berbagai nara sumber dari berbagai negara dan Indonesia.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Riau, H Said Sarifudin SE MP yang hadir mewakili Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE menyambut baik dengan helat dialog kebudayaan Melayu.(dac)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook