Laporan Desriandi Candra Pekanbaru
Berbagai alternatif untuk mendapatkan bahan baku pembuatan pupuk yang berkalsium tinggi, terus digali. Salah satunya dengan memanfaatkan sisa tulang-tulang sapi yang tidak lagi dimanfaatkan.
Mungkin tidak banyak yang tahu, kalau tulang-tulang sapi yang dibuang begitu saja, memiliki kalsium tinggi yang cocok untuk berbagai tanaman produk pertanian. Bahkan, pupuk hasil campuran kalsium tulang sapi ini bisa merangsang pertumbuhan yang cepat bagi tanaman.
Dulu, Rumah Potong Hewan (RPH) yang ada di Jalan Cipta Karya, Panam Pekanbaru, banyak menghasilkan tulang-tulang sapi yang tidak dimanfaatkan lagi. Dan itu ada peminatnya. Tidak saja dari Riau, tapi juga berasal dari beberapa provinsi tetangga, seperti Sumatera Barat (Sumbar).
Tapi sekarang, RPH Cipta Karya ini terlihat sepi. Apalagi di tempat kandang ternak milik pedagang yang bekerjasama dengan pemerintah. Itu terlihat ketika Riau Pos pergi berkunjung, Kamis (1/11) pekan ini.
Hanya ada sekitar 6 ekor sapi yang ada di kandang sapi pedagang lokal. Sementara di kandang di belakang gedung pemotongan, ada belasan hingga 20 ekor sapi dengan tubuh tegap dan besar. Sapi-sapi ini bukan sapi lokal, melainkan sapi yang di datangkan dari Provinsi Lampung.
Siang itu, hanya ada dua orang petugas pemotongan sapi. Butiar dan Sapar petugas pemotongan di RPH Cipta Karya ini nyaris saja meninggalkan tempat.
Menurut kedua petuga pemotongan yang sudah bekerja hampir lima tahun ini, menceritakan, kalau hanya dua ekor sapi dipotong setiap hari di rumah potong hewan, Jalan Cipta Karya Panam, Pekanbaru. Jumlah itu mengalami penurunan di musim hari raya Idul Adha.
Pada musim hari raya Idul Adha ini, pemotongan hanya satu ekor per hari. Semua dagingKdaging sapi yang di potong itu dibawa ke pasar tradisional-pasar pusat Pekanbaru untuk diperjual belikan. Begitu juga dengan tulang belulang dari sapi -sapi itu, dibawa untuk diperjual belikan. Karena ada peminat tulang-tulang ini untuk komsumsi makanan.
Soal tulang-tulang sapi yang tidak lagi diperjual belikan, kedua pekerja di rumah potong hewan ini menyebutkan, dulu ada peminatnya dari Sumatera Barat yang mencari. Sisa tulang itu, sebutnya bisa digunakan untuk campuran pupuk. Karena kaya akan kalsium.
Sehingga bagus untuk pupuk tanaman seperti padi. Tapi jumlah yang dihasilkan hanya beberapa karung per hari. Itu dulu ketika pemotong sapi cukup banyak per hari.
Tapi sekarang, tidak ada lagi peminatnya. Karena per harinya hanya satu atau dua ekor yang dipotong. Sisa tulang itu hanya dibakar begitu saja.
Saat ini, petugas hanya mengumpulkan, kotoran sapi yang dikumpulkan untuk pupuk tanaman seperti sawit. Kotoran sapi sangat cepat membantu pertumbuhan tanaman sawit. Satu karungnya dijual Rp17.000,-. Sapi-sapi didatangkan rata-rata dari Lampung. Per minggu rata-rata 10 ekor dibawa ke rumah potong hewan.
Kabid Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, drh Sri Mulyati mengatakan, RPH Cipta Karya, salah satu RPH yang besar yang ada di Pekanbaru. Pihaknya hampir selalu melakukan pemantauan kondisi RPH. Terutama melakukan pemeriksaan kesehatan hewan. Karena sebagain besar daging yang dijual dipasaran di wilayah Kota Pekanbaru sebagian besar didatangkan dari lokasi ini.
Setiap harinya, ada sekitar 30-40 ekor sapi yang dipotong di RPH. Itu sudah bergabung antara ternak milik pedagang yang bekerjasama dengan RPH, maupun yang ada di RPH sendiri. Daging itu kemudian dipasarkan ke pasar-pasar tradisional dan supermarket yang ada di Pekanbaru.
Untuk jenis sapi, sebagian besar memang didatangkan dari Lampung. Hanya sebagian kecil yang berasal dari lokal Riau. Sri Mulyati tidak mendapatkan informasi banyak tentang adanya peminat yang mencari tulang-tulang yang tidak lagi dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kalsium bagi tanaman. “Hanya saja menurut informasinya memang ada yang mencarinya,” ujarnya.
Namun kalau untuk kotoran sapi untuk pupuk, memang dikumpulkan petugas di RPH ini dalam karung. Dinas Peternakan Provinsi Riau, sebelumnya sudah melatih sejumlah petugas di RPH untuk pemanfaatan sisa tulang sapi untuk pembuatan bebrbagai kerajinan. Misalnya saja untuk pembuatan gantungan kunci dari tulang.
“Dan ini sepertinya hanya berjalan sebentar. Sekarang tidak lagi,” paparnya. Padahal, itu bisa memberikan nilai tambah. Dinas Peternakan Provinsi Riau, selalu menganjurkan, agar sisa pemotongan itu bisa dimanfaatkan untuk nilai tambah lainnya.***