SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Minimnya pelabuhan yang representatif di Kepulauan Meranti, khususnya Kota Selatpanjang menjadi persoalan tersendiri yang harus diselesaikan. Sehingga penertiban pelabuhan-pelabuhan tikus bisa dilakukan secara maksimal.
“Kalau kita bicara pelabuhan, untuk di Meranti sendiri bisa sama-sama kita lihat, masih sangat minim,” ungkap Kepala Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Usman YS kepada Riau Pos, Ahad (3/9).
Menurutnya saat ini banyaknya pelabuhan tikus akibat tidak tersedianya pelabuhan itu sendiri. Sehingga mau tak mau kapal yang ingin mendapatkan pelayanan bongkar muat memilih membongkar di pelabuhan tikus.
“Daerah kita merupakan kepulauan. Jadi pelabuhan menjadi pintu masuk dan keluar. Baik orang, maupun barang. Jika pelabuhan yang ada tidak mampu menampung kapal yang ingin mendapatkan pelayanan bongkar muat, maka pemilik kapal, mau tidak mau terpaksa melakukan bongkar muat di pelabuhan tikus,” sebutnya.
Bahkan agar bisa mengejar waktu, sejumlah kapal ada yang melakukan aktivitas bongkar muat di tengah laut. Terutama kapal pengangkut tepung sagu.
“Pelabuhan masih menjadi kebutuhan kita di Meranti, khususnya Kota Selatpanjang sebagai ibu kota kabupaten. Kebutuhan pelabuhan yang paling urgen adalah pelabuhan bongkar muat barang,” terang Usman.
Saat ini pelabuhan yang ada dan sudah operasional hanya pelabuhan milik Pelindo. Pelabuhan tersebut hanya bisa melayani dua unit kapal saja. Pihak KSOP sudah mengajukan pembangunan pelabuhan bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Meranti ke pusat.(amy)