PEKANBARU (RP) — Untuk mengantisipasi dan mengatasi dampak kabut asap di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau membangun Grown Partikulate Generator (GPG) di bandara ini.
Diharapkan dengan keberadaan alat tersebut meminimalisir terjadinya delay keberangkatan dan terganggunya pendaratan pesawat di bandara akibat kabut asap.
‘’Jadi sistem kerjanya dengan menyemprotkan air seperti blower (kipas angin). Untuk efektivitas dibangun beberapa tower di beberapa titik di kawasan Bandara SSK II Pekanbaru,’’ kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau Said Saqlul Amri kepada Riau Pos, Senin (2/9) di Pekanbaru.
Dia menambahkan, GPG juga bagian dari teknologi modifikasi cuaca. Jumlah tower yang dibangun ada sebanyak empat tower sederhana. Lokasi perangkat tersebut ditempatkan di beberapa areal yang dinilai strategis dalam meminimalisir dampak kabut asap.
‘’Ya, kami sudah koordinasikan dengan BNPB. Insya Allah dapat bekerja maksimal. Ini juga kerja sama dengan BPPT pusat,’’ urai mantan Kepala Dinas Sosial Provinsi Riau itu.
Lebih jauh dijelaskannya, pengoperasian GPG ini adalah dengan persemaian melalui empat unit blower (kipas angin) dengan tinggi menara 10-15 meter. ‘’Kami menggunakan larutan calsium chlorida (CaCl) yang diarahkan ke atas bawah awan sehingga nanti akan terjadi hujan buatan, ‘’ ulasnya.
Mengenai kondisi kabut asap di Riau, dia mengatakan kondisi sudah memperlihat gambaran positif. Pasalnya, titik api di Riau berangsur-angsur turun, bahkan mendekati titik nol.
Dia juga menegaskan, tim BNPB dan BPBD terus melakukan koordinasi dan monitoring untuk kondisi karhutla di Riau. Bahkan, helikopter Kamov yang baru didatangkan dari Rusia sudah mulai melakukan pemantauan untuk titik-titik api di Riau.
Saqlul menambahkan upaya penanganan dampak kabut asap masih menjadi perhatian hingga bulan Oktober mendatang. Apalagi, bulan September diprediksi puncak musim kemarau yang berdampak meningkatnya intensitas kabut asap.
‘’Yang pasti kita terus bekerja. Baik di posko komando, maupun di lapangan terus bekerja sesuai tupoksi. Mudah-mudahan kabut asap di Riau tidak lagi meningkat,’’ imbuh Saqlul.
Lebih rinci Said menyebutkan, 26 Agustus lalu adalah frekuensi tertinggi, yaitu 264 titik panas dan dengan upaya pemadaman yang dilakukan pihaknya terjadi penurunan signifikan menjadi 192, 37, 4 dan hari ini Selasa (3/9) tinggal 2 titik api.
‘’Diharapkan perubahan menurunnya titik api secara signifikan melalui satelit NOAA 18, akan bisa tuntas dalam pekan ini. Kita imbau masyarakat dan dunia usaha tidak lagi membakar hutan dalam pemanfaatan hutan dan lahan,’’ imbau Said.
Lebih jauh, Said mengatakan, menurunnya titik api akibat kebakaran hutan dan lahan di Riau tersebut, kata Said, tak lepas dari berbagai langkah pemadaman api seperti operasi pemadaman udara/Tekni Modifikasi Cuaca (TMC). Bahkan terhitung sejak 22 Juni hingga 5 Juli hingga saat ini operasi pemadaman udara dengan pesawat Cassa BPPT dan Cassa TNI AD oleh tim/personel Posko, Transisi Darurat Karlahut Riau 2013.
Dikatakan Said, sejak 1-28 Agustus lalu, pihaknya juga telah melalukan operasi pemadaman udara (water bombing) dengan pesawat Cassa oleh tim/personel TMC Posko, Transisi Darurat Karlahut Riau 2013.
Sementara pada masa transisi darurat ke pemulihan operasi darat kata Said tetap dilakukan dengan Posko ke wilayah/daerah masing-masing kabupaten/kota se-Riau dengan kekuatan personil pemadaman titik api.
Para personil pemadaman titik api tersebut terdiri dari TNI/Polri, Masyarakat Peduli Api, Manggala Agni, Relawan yang tergabung dalam FKPPI, Senkom Polri, Pramuka, PMI, Satpol PP, Basarnas, Resimen Mahasiswa dan masyarakat setempat.
Said menambahkan, berdasarkan Keputusan Gubernur Riau Nomor : Kpts.545/VII/2013 tentang penetapan status transisi darurat ke pemulihan bencana kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan di provinsi Riau, pihaknya juga telah memberikan rekomendasi permasalahan penanganan kabut asap akibat bencana kebakaran lahan dan hutan di Riau tahun 2013.
Diantaranya dengan mengoptimalkan lahan perkebunan dan pertanian masyarakat setempat, dengan program terpadu. Selain itu juga memperkuat sarana dan prasarana dalam memadamkan api dengan peralatan-peralatan yang baik untuk di lahan gambut.(rio/yud)