Laporan MUHAMMAD FADLI, Ujung Tanjung muhammad-fadli@riaupos.co
Dalam sepekan terakhir, kawasan di Kepenghuluan Sekeladi Hilir, Kecamatan Tanah Putih didatangi kawanan gajah berjumlah tujuh ekor.
Gajah meringsek areal kebun Sawit milik warga dan sesekali mendatangi pemukiman tempat tinggal warga untuk menyasar tanaman pisang.
Datuk Penghulu Sekeladi Hilir, Hamsar, Ahad (3/6) menyebutkan dalam sepekan ini intensitas kedatangan gajah semakin sering terlihat.
“Warga merasa cemas melalukan aktivitas berkebun, kalau-kalau berhadapan dengan bahaya,” ujarnya.
Dusun I Sekeladi Hilir, terang Hamsar, menjadi tempat yang selalu dilalui Gajah karena di dusun tersebut banyak kebun sawit selain juga berdekatan dengan Sungai Rokan. “Dalam sepekan ini cukup banyak sawit yang rusak di areal tanaman seluas 20 hektare. Umbutnya dimakan. Banyak juga yang rusak begitu saja karena terjangan Gajah,” papar Hamsar.
Belakangan, kawanan gajah juga merangsek ke Sekeladi Hulu. Hamsar memperkirakan gajah yang merusak tersebut adalah kawanan yang itu-itu saja, terdiri atas empat ekor gajah anak dan tiga ekor gajah dewasa.
Pada malam hari, kawanan gajah cenderung suka beristirahat di tempat dekat dengan pemukiman.
“Siang harinya mereka sudah hilang, masuk lagi ke hutan. Hal seperti ini terus berulang. Kita sudah koordinasikan dengan BBKSDA Riau, namun hanya dijanjikan untuk turun. Tapi sampai sekarang, belum ada tim yang bergerak. Kalau sudah jatuh korban, baru direspon. Apa guna?” ujar Hamsar.
Ia memperkirakan, daya jelajah Gajah semakin meluas akibat pasokan makanan yang tersedia semakin berkurang di hutan yang sebelumnya ditempati gajah itu.
“Ada warga melaporkan gajah juga kerap terlihat di Bangko Pusako maupun Bagan Batu, Kecamatan Bagan Sinembah. Ini bukti gajah tidak punya tempat dan makanan cukup lagi di tempat asal mereka, lalu merangsek ke areal pemukiman manusia,” kata Hamsar menjelaskan.
Untuk mengantisipasi gajah semakin mendekati rumah, warga biasanya membakar sampah atau membuat api unggun sehingga gajah tidak merasa nyaman di tempat tersebut.
Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSA) Riau, Yanir SH mengatakan, penanggulangan gangguan satwa liar terus dilakukan pihaknya. Namun ia belum dapat memastikan kapan tim turun ke Rohil guna menanggapi laporan yang disampaikan warga. Pasalnya, masih ada hal lain yang perlu ditanggulangi.
Diakuinya, kejadian serupa juga terjadi di beberapa kabupaten lainnya di Riau seperti Kampar, Pelalawan dan Rohul sehingga upaya mengatasi gangguan gajah di Rohil belum dapat tercapai maksimal.
“Namun demikian kita tetap melakukan tindakan penanggulangan,” tukasnya.
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Rohil mesti pro aktif memberikan perhatian atas masalah yang dihadapi warga. Tidak hanya berupa keterlibatan instansi terkait, namun juga menyediakan anggaran sesuai dengan yang dibutuhkan mengingat keterbatasan yang dihadapi di lapangan.
“Kita harapkan instansi seperti Dinas Kehutanan dapat mengajukan dana untuk penanggulangan gangguan satwa liar seperti gajah, buaya, dan harimau yang kerap terjadi. Tanpa didukung pendanaan yang memadai, maka gerak kita terbatas. Apalagi tim tidak hanya mengatasi gangguan satwa liar itu di Rohil saja, tapi juga di tempat lainnya,” tukas Yanir.(muh)