PENUTURAN KELUARGA PELAKU PEMBUNUH KAPOSPOL

"Kalau Anak Saya Hidup, Mungkin Lebih Tersiksa"

Riau | Jumat, 04 Mei 2012 - 08:44 WIB

"Kalau Anak Saya Hidup, Mungkin Lebih Tersiksa"
Ibu tersangka pelaku pembunuh Kapospol, Inun (baju merah), terlihat sedih usai mendapat kabar anaknya terbunuh saat ditangkap polisi, Kamis (3/5/2012). (Foto: fadli mu'allim/riau pos)

Laporan Fadli Mu’allim, Bagan Batu

fadlimuallim@riaupos.co

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Gurat kesedihan masih membayang di wajahnya, Inun (32). Dia tidak menyangka sama sekali jika anaknya Candra (17) menjadi aktor tunggal pembunuhan tragis yang menimpa Kepala Pos Polisi (Kapospol) Pondok Kresek, Polsek Pujud, Aipda SP Girsang, Selasa (1/5) malam.

Kesedihan Inun berlipat, tak hanya menyadari kenyataan bahwa memang anaknya sanggup melakukan perbuatan sadis tersebut.

Ia juga harus merelakan kenyataan sang anak telah menghembuskan napas terakhir dalam upaya penangkapan yang dilakukan kepolisian, Rabu (2/5) di persembunyiannya di Dusun I, Kepenghuluan Pondok Kresek, Kecamatan Pujud.

Kepada wartawan yang menemuinya di kediaman, Jalan Bagan Hulu Kelurahan Bagan Hulu Kecamatan Bangko, Inun mengaku tidak tahu harus melakukan apa, atau mengambil langkah apa terkait peristiwa tersebut.

Ia masih binggung. Sebelum pembunuhan, tukas Inun, sang anak sempat pulang ke rumah.

“Ia langsung menuju dapur, saya pikir mau makan. Kemudian terlihat membawa parang, karena tidak curiga sedikitpun saya tidak bertanya untuk apa parang itu,” kata Inun.

Segera, beberapa jam setelah pengambilan parang, Inun mendapati kabar bahwa anaknya telah membunuh Girsang di kantor Pospol.

Inun adalah warga Bagan Siapiapi Kecamatan Bangko, dan berdiam di belakang pasar tradisional Bagan Hulu. Ia membawa Candra ke Pujud sebulan silam setelah menikah untuk kedua kalinya dengan Nanda (42) di Pujud.

Meski mengaku berduka atas apa yang dialami korban, Inun juga menyebutkan kondisi jasad sang anak tak kalah mengenaskan. Menurutnya, terdapat bekas luka tembakan serta robek di tubuh sang anak.

“Anak saya juga tragis. Mungkin ada dua tembakan dan bekas luka,” kata Inun lagi. Ia mengaku hanya bisa pasrah dengan takdir yang dihadapinya.

“Ya sudahlah, saya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kalaupun anak saya hidup, mungkin lebih tersiksa lagi di penjara,” kata Inun.

Polres Rohil masih melakukan penyelidikan untuk mendalami kasus tersebut, dan menghimpun keterangan dari sejumlah saksi. Demikian dikatakan oleh Kapolres Rohil, AKBP Auliansyah Lubis Sik MH melalui Kasub Bag Humas Polres, AKP Ali Suhud, Kamis (3/5) kepada wartawan.

“Kita masih lakukan penyelidikan atas kasus ini dan belum memanggil pihak keluarga korban. Sebab, kedua keluarga sedang berduka,” kata AKP Ali Suhud.

Sementara Kepala Puskesmas Bagan Batu, dr Josafat Silalahi menerangkan, dari visum yang dilakukan di Puskesmas Bagan Batu, di mana korban dibawa, ditemukan sejumlah luka.

“Korban Aipda Girsang sesuai hasil visum yang dilakukan dokter, ditemukan lukas bekas sayatan benda tajam sebanyak 14 kali di bagian kepala, dada, serta lengan kiri-kanan termasuk tapak tangan. Sedangkan korban Candra, ditemukan luka benda tumpul sejenis peluru, sebanyak dua tempat di bagian dada dan dekat lengan sebelah kanan. Di samping, ada sayatan menyerupai bekas benda tumpul di bagian lengan kanan,” kata Josafat.

Ia menambahkan, pengangkatan proyektil peluru, sesuai dengan permintaan keluarga korban maupun kepolisian tidak dilakukan.

“Tidak ada permintaan untuk pengangkatan proyektil, apalagi jika diangkat bisa melukai atau menyebabkan robek di tubuh korban,” tukas Josafat.

Lurah Bagan Batu Kota, H Maris Siregar dihubungi Riau Pos mengaku berduka atas musibah yang menimpa salah satu warganya tersebut. “Pemakamannya siang tadi,” kata Maris singkat.(muh)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook