MELIHAT KIPRAH SISWA SMKN 1 PANGKALANKERINCI

Hasilkan Energi Alternatif Briket Cangkang Sawit

Riau | Minggu, 04 Maret 2012 - 07:05 WIB

 Hasilkan Energi Alternatif Briket Cangkang Sawit
Siswa SMKN 1 Pangkalankerinci memanfaatkan cangkang sawit jadi energi alternatif.

Laporan Mashuri Kurniawan  Pelalawan mashurikurniawan@riaupos.co,id

Limbah cangkang kelapa sawit selama ini hanya dimanfaatkan untuk pengerasan jalan tanah. Padahal, bila dilakukan pengolahan, limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak untuk memasak.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hal itulah yang dilakukan oleh SMKN 1 Pangkalankerinci.

Limbah sawit berupa cangkang sawit banyak ditemukan di Pangkalankerinci. Limbah ini dibiarkan berserakan merusak lingkungan. Berawal dari permasalahan itulah, siswa jurusan kimia SMKN 1 Pangkalankerinci membuat briket secara tradisional.

Dibantu dengan para guru, siswa melakukan inovasi teknologi  pembuatan briket arang dari cangkang sawit. Caranya dilakukan dengan sederhana. Dimulai dengan penumbukan cangkang kelapa sawit sehingga menjadi bentuk kecil atau halus.

Kemudian dikeringkan setelah itu bahan baku tersebut dibakar di dalam wadah dan disiapkan perekat dari lem kanji. Perekat tersebut dicampur dengan bahan baku yang telah di bakar diatas tungku untuk kemudian dicetak sesuai kehendak dan siap dikemas.

Selain itu, briket arang ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan arang konvensional. Terutama pada bentuk ukurannya seragam karena dicetak khusus dan besar kecilnya sesuai kehendak.

Selanjutnya, briket ini mempunyai panas pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan arang biasa. Apinya juga sama seperti kompor gas berwarna biru.

Plh Kepala SMKN 1 Pangkalankerinci, Muhammad Syafi SPd MSi didampingi Ketua Jurusan Kimia, Yulidia Fitri SSi MPd, memaparkan, cangkang sawit baik digunakan sebagai bahan bakar atau arang karena termasuk bahan berlignoselulosa, berkadar karbon tinggi .

Kemudian, mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada kayu yang mencapai 1,4 g/ml.  Karakteristik ini memungkinkan bahan tersebut baik untuk dijadikan arang yang mempunyai energi panas tinggi sebesar 20.093 kJ/Kg.

‘’Bahan-bahan tersebut  mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, namun jika diabaikan dan dibiarkan berserakan akan membuat lingkungan menjadi rusak. Jika dibakar didalam incinerator akan menyebabkan pencemaran udara. Memanfaatkannya untuk kepentingan lingkungan yang kami lakukan sekarang ini dari cangkang sawit,’’ ungkapnya kepada Riau Pos , akhir pekan lalu, di Pangkalankerinci.

Menurut dia, cangkang kelapa sawit ini adalah bagian terkeras pada kelapa sawit. Cangkang sawit memiliki banyak kegunaan serta manfaat bagi industri, usaha dan rumah tangga.

Beberapa diantaranya adalah produk bernilai ekonomis tinggi, yaitu karbon aktif, asap cair, fenol, briket arang.

Muhammad Syafii mengungkapkan, briket cangkang sawit sangat berfungsi sebagai bahan bakar hemat energi memasak bagi ibu rumah tangga. Siswa dari Jurusan Kimia, sambungnya, melakukan inovasi untuk membuat briket secara tradisional, termasuk kompor.

Yang mana, bahan baku kompor terbuat dari limbah kaleng cat.

‘’Keunggulan kompor arang briket cangkang sawit, apinya berwarna biru dan tidak mengeluarkan asap serta ramah lingkungan. Kami ingin terus berinovasi untuk bisa ramah lingkungan dalam bidang teknologi,’’ ujarnya.

Sementara itu Ketua Jurusan Kimia SMKN 1 Pangkalankerinci, Yulidia Fitri SSi MPD, menjelaskan, dalam membuat briket arang ini sebelumnya sediakan cangkang secukupnya. Kemudian, dijemur sampai kering.

Cangkang yang sudah di jemur itu dibajar hinga menjadi arang. Setelah itu, siapkan tepung kanji dan campur dengan air hingga berbentuk lem.

‘’Bila sudah berbentuk lem aduk bersama dengan arang aktif yang sudah di ayak, dari hasil pembakaran cangkang sawit. Cetak atau bentuk seperti dilinder. Hasil cetakan dijemur terlebih dahulu selama lebih kurang tiga hari dibawah panas terik matahari. Setelah dijemur briket cangkang sawit sudah bisa untuk digunakan,’’ sambungnya.

Dari penuturan Yulidia, untuk pembuatan kompor arang sediakan kaleng bekas pertama berukuran 35 centimeter x 30 centimeter. Siapkan plat besi berbentuk lingkaran berdiameter lebih kecil dan lubangi pada bagian tengahnya sebanyak 13 buah.

 Lalu, dimasukan kedalam kaleng pertama dorong ke bawah hinga berhenti ditengahnya.  

Selanjutnya, masukan kaleng cat berukuran 5 kilogram dalam kaleng yang pertama hingga terletak di atas plat besi. Kemudian, bentuk kaleng lebih kecil dari pertama dan kedua yang bercampur semen dengan perbandingan 10:1.

Lalu masukan diantara kaleng pertama serta kedua. Di antara ke dua kaleng tersebut dibuat parit melingkar yang di isi pasir secukupnya. Ini dipergunakan untuk landasan sangkup mematikan api.

 Menurutnya, briket arang adalah arang yang diperoleh dengan membakar bio massa kering dengan sedikit udara (karbonisasi). Biomassa adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan.

Contoh biomassa adalah dedaunan,rerumputan, ranting, gulma dan limbah-limbah perkebunan maupun pertanian yang mengandung bahan organik.

‘’Api kompor briket dari limbah kaleng cat, tidak kalah dengan kompor gas. Warnanya biru sama seperti kompor gas. Pada peralatan memasak tidak ada hitam seperti memasak mempergunakan kayu,’’ ujarnya.

SMKN 1 Pangkalankerinci, sambungnya, ingin mengembangkan sumber potensi alam yang terbuang untuk energy alternative. ‘’Mencintai lingkungan dengan menciptakan inovasi terbarukan untuk kepentingan masyarakat secara luas,’’ katanya lagi.

Yulidia  memaparkan, briket juga dapat dibuat dari sampah, rumput, ilalang, cangkang kelapa sawit dan masih banyak bahan-bahan organik lainnya.

Saat ini, terangnya, pembuatan  briket dari cangkang kelapa sawit ini masih dalam pengembangan skala laboratorium. Meskipun demikian, apabila pemerintah serius mensosialisasikan briket ini, produksi secara industri dapat terwujud dan kebutuhan pasok energi pengganti minyak dapat dikurangi.

Pembuatan briket juga sangat murah, dibanding minyak tanah. Meskipun briket tandan dari limbah sawit itu belum dipasarkan secara bebas dan diperjual belikan secara komersial, namun usaha ke sana terus dilakukan sekolah ini. Dengan pertimbangan semakin berkurangnya sumber-sumber energi pada masa depan.

‘’Untuk mencapai itu, perlu  kerja keras menemukan sumber-sumber energi baru untuk generasi penerus bangsa,’’ pungkasnya.

Wakil Bupati Pelalawan, Marwan Ibrahim, menyebutkan, pemerintah sekarang sedang mensosialisasikan pengunaan briket sebagai pengganti minyak tanah. Briket dari limbah sawit didesain memiliki bentuk selinder mirip kaleng susu, berwarna hitam dengan ketinggian rata-rata 8 Cm.

Dikatakannya, briket ini diolah dari cangkang sawit sawit yang telah dihaluskan, dicetak di suatu percetakan. Dengan bantuan perekat yang memperkuat ikatan-ikatan antarmolekul serbuk briket.

Kemudian briket dikeringkan agar permukaan briket menjadi lebih kuat. Sebagai bahan bakar, faktor keamanan bagi lingkungan turut diperhatikan.

Menurut dia, briket cangkang kelapa sawit ini telah melewati beberapa pengujian standar yang biasa dilakukan terhadap bahan bakar umumnya. Misalnya pengujian kadar gas nitrogen, kadar karbon monoksida, kadar gas sulfur dan hasil yang diperoleh masih dalam batas ambang kewajaran yang aman bagi lingkungan.(ndi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook