Prostitusi Masih Marak di Berbagai Tempat di Pelalawan Dikeluhkan

Riau | Rabu, 04 Januari 2012 - 10:00 WIB

PANGKALANKERINCI (RP) - Praktek pelacuran masih marak di Pangkalankerinci. Sudah menjadi rahasia umum di sejumlah titik warung remang-remang tidak saja menyediakan makanan cepat saji, tapi juga menyediakan wanita penghibur.

Namun sayangnya aparat terkait terkesan cuek terhadap menjamurnya praktek maksiat tersebut.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Rahasia umum bang, sejumlah lokasi di Pangkalankerinci menyediakan pelacur. Silakan cek bang kalau suka jajan di luar,’’ terang salah seorang warga inisial R (36) yang mengaku sudah melakukan investigasi ke sejumlah warung remang yang menyediakan wanita muda yang bisa dicicipi tubuh mereka, Senin (2/1) malam kemarin.

R pun bertutur, beberapa lokasi yang memang sudah diketahui publik, namun tidak tersentuh oleh aparat terkait seperti di Jalan Lintas Timur, persisnya di Tanjung Raya arah Mapolres Pelalawan menuju Jembatan Sungai Kampar.

‘’Di lokasi ini sedikitnya ada 10 warung remang-remang yang menyediakan wanita malam. Ya kalau mau begituan memang tidak bisa di warung tersebut, tapi negonya di warung sambil minum. Harga minumannya pun minta ampun, bisa 3, 4 kali lipat dari harga normal.

Setelah deal di warung dengan suara musik keras yang juga menyediakan miras ya kita bawalah kemana saja, entah hotel di Pangkalankerinci atau tempat lainnya,’’ paparnya sambil menunjukkan sejumlah wanita dengan pakaian seksi dengan usia mulai belasan hingga puluhan tahun.

''Lihat saja, katanya, perempuan pakaian seksi dan pakaian ketat itu menunggu tamu. Tiap warung pasti ada perempuan tiga sampai empat orang malah ada yang lebih. Kalau hanya jualan kopi dan mie rebus mana mungkin lah. Aku tahu betul karena sudah berpertualang,’’ imbuh R lagi sembari menunjukkan warung remang yang menyediakan pelayanan ganda malam kemarin.

Katanya, di warung remang Jalan Lintas Timur, kebanyakan wanita malamnya asal Sumatera Selatan.

Tak saja, di Jalan Lintas Timur yang notabenenya sangat dekat dengan markas aparat. R, bersama temannya dan wartawan lalu memutar stir mobil menuju Jalan Lingkar Kelurahan Pangkalankerinci Timur.

‘’Kalau khusus jalan lingkar memang sudah berkurang karena sering dirazia, namun tetap ada. Jadinya, para pebisnis lendir ini pindah ke jalan menuju Desa Lalang Kabung, meski jalan dari Pangkalankerinci ini belum tembus ke Lalang Kabung, tapi jangan terkejut kalau disini jumlah warungnya juga cukup banyak. Cewek di sini lebih berani lagi, ya kita bisa minum-minum di pinggir jalan, bahkan di sini tiap warung ada kamarnya lagi,’’ ujar R sambil menunjukkan warung remang yang dihiasi lampu temaran dan music keras hingar binger.

Kalau para wanita di sini, berasal berbagai provinsi. Ada dari Jawa, juga ada dari Sumatera Utara. Mana ada razia, buktinya tetap marak berkembang, apalagi ini bukan jalan lintas yang tak bisa dilihat orang ramai lalu lalang.

Dia juga menyebutkan keberadaan wanita penghibur juga bisa ditemukan di Jalan Langgam II dan beberapa titik lagi.

‘’Anehnya sekarang ini sangat jarang razia bang. Tak seperti dulu, hampir tiap pekan ada razia gabungan. Sebenarnya para wanita ini juga pernah terjaring razia, tapi tak kapok-kapok. Buktinya setelah ditangkap mereka hanya buat perjanjian tertulis, ya akhirnya balik lagi,’’ kata R sambil mengaku belum pernah terjaring aparat, karena memiliki jaringan khusus kalau ada razia bisa kabur secepatnya.

Tidak saja praktek maksiat lanjut R, minuman beralkohol juga sangat mudah didapat di Pangkalankerinci. Beberapa toko dan  warung kecil pinggir jalan dengan bebas menjual minuman yang dilarang tersebut. ‘’Minumannya memang dilarang, tapi siapa yang melarangnya. Buktinya kan dengan mudah kita beli. Cewek-ceweknya pun melambai-lambaikan,’’ ujarnya.

Bahkan katanya, lokasi tersebut baru seputar Pangkalankerinci belum lagi di sepanjangan Jalan Lintas Timur, Pangkalan Kuras, Pangkalan Lesung hingga Ukui.

Ditempat terpisah Ketua Majlis Dakwah Islamiyah (MDI) Kabupaten Pelalawan H Edi Iskandar SAg MPd yang juga menerima laporan dari masyarakat terkait keberadaan lokasi maksiat yang tak tersentuh aparat berharap adanya kerja sama yang solid antara umara dan ulama serta masyarakat. Karena jika dibiarkan akan menimbulkan kekhawatiran dan dampak buruk bagi masyarakat daerah ini.

‘’Inilah saatnya peran umara, ulama dan tokoh masyarakat untuk kembali memperhatikan dan berusaha mempersempit ruang gerak kemaksiatan yang akhir-akhir ini marak. Mulai dari kenakalan remaja, miras hingga prostitusi yang berada di depan mata,’’ kata Edi.

Kalau maksiat dipelihara, lanjut Ketua MDI Pelalawan, kemungkaran tersebut dapat mengundang bencana.

‘’Bencana dimaksud bukan saja berupa malapeta tetapi juga berupa ketidak berkahan dan hilangnya kenyamanan sebuah negeri termasuk kita yang berada di Kabupaten Pelalawan ini. Solusinya, pemerintah, para ulama dan tokoh masyarakat dan pemuda hendaknya memberikan perhatian serius dan mengambil langkah nyata pencegahan. Apalagi dari data Diskes sudah lima warga yang meninggal dunia karena HIV AIDS, tentu ini sangat mengkhawatirkan, karena praktek maksiat ini saling terkait,’’ urai mantan Kepala KUA Pangkalankerinci.

Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar Pelalawan H Nipto Anin SSos belum berhasil dikonfirmasi terkait maraknya prostitusi dan penyakit masyarakat lainnya di Kabupaten Pelalawan khususnya di Pangkalankerinci.(amr/rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook