PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -Warga Jalan Merpati di Kecamatan Sukajadi menyerahkan seorang anak berusia sekitar 6 tahun ke Polsek Sukajadi, Senin (2/11) pukul 02.30 WIB. Anak yang tidak bisa berbicara tersebut dilihat warga bermain sepeda di jalan tersebut sejak Ahad (1/11) pukul 20.00 WIB.
Setelah lewat tengah malam, anak tersebut terlihat masih berjalan-jalan di sekitar Jalan Merpati, tapi sepedanya sudah tidak ada.Akhirnya anak tersebut diantarkan warga ke Polsek Sukajadi sekitar pukul 02.30 WIB, karena warga khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Di Kantor Polsek Sukajadi anak tersebut terlihat sangat aktif, sehingga petugas mendatangi kediaman Rovanita Rama, pemilik Sekolah Khusus Autis Anak Mandiri yang rumahnya berdekatan dengan Polsek Sukajadi.
“Polisi datang sekitar pukul 06.30 WIB dan mengatakan di Polsek ada anak 6 tahun. Setelah didatangi, anak tersebut telah tertidur, mungkin kelelahan karena di luar rumah hampir semalaman,”ujar Rovanita Rama yang akhirnya membawa anak tersebut ke Sekolah Khusus Autis Anak Mandiri.
Di Anak Mandiri, anak yang tersebut dimandikan dan diganti bajunya karena sudah sangat kotor. Seperti anak-anak lainnya, bocah 6 tahun tersebut juga sangat aktif dan sulit dikendalikan. Sesuai perjanjian dengan pihak Polsek Sukajadi, anak tersebut akan diantar kembali ke Polsek setelah pukul 15.00 WIB, setelah Anak Mandiri tutup.
“Untungnya sekitar pukul 9.30 orangtua anak tersebut datang ke Anak Mandiri. Mereka mengaku telah mencari anaknya sejak tadi malam hingga ke SKA, karena tidak ditemukan baru melapor ke Polsek yang selanjutnya membawa mereka ke sini,”ujar Nita.
Menurut Hamidi dan Hepi Asmita, orangtua anak tersebut, anak mereka bernama Yoga Hadi Triwijaya. Hamidi yang bekerja menjadi tukang parkir dan istrinya yang menjadi tukang setrika pakaian mengaku Yoga memang autis, tapi belum pernah mendapat penanganan terapi ataupun pengobatan khusus lainnya. Selama ini Yoga cuma dijaga oleh saudara-saudaranya di rumah, terkadang bermain di sekitar rumah mereka di Jalan Betet Ujung, Sukajadi.
Hamidi dan Hepi mengaku tidak memiliki dana untuk memberi terapi yang cukup bagi anaknya. Mendengar hal tersebut Nita menyanggupi untuk memberikan terapi rutin secara gratis bagi Yoga, agar anak tersebut bisa mendapat penanganan yang semestinya. Sebab, jika dibiarkan tanpa mendapat terapi yang tepat, anak-anak autis menjadi sulit untuk dikendalikan, serta tidak akan mampu berkomunikasi dengan orang lain.
“Kami telah meminta kepada orangtuanya untuk mengantar anaknya terapi di Anak Mandiri tanpa dipungut biaya, sama seperti belasan anak dari keluarga tidak mampu lannya yang juga mendapat terapi dan pendidikan gratis di Anak Mandiri,” lanjut Nita.
Dikatakannya, selama ini sebagian besar anak autis yang mendapat terapi gratis di Anak Mandiri memang bermula dari anak-anak yang ditemukan di jalanan, atau dibawa oleh orangtuanya yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar biaya terapi yang memang tidak murah. Kondisi ini menyebabkan Anak Mandiri memberikan subsidi khusus bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu tersebut.(nto/yaq)