BERHASIL LAKSANAKAN IB TERNAK SAPI

Dinas Peternakan dan Perikanan Inhu Terbaik Nasional

Riau | Kamis, 03 Oktober 2013 - 09:31 WIB

RENGAT (RP) - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Indragiri Hulu berhasil meraih penghargaan terbaik nasional berupa piagam sekaligus hibah alat ultra sono grafi (USG) pada ternak.

Hal itu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi tim dari Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang Bogor, bersama tim Provinsi Riau yang menyatakan Kabupaten Indragiri Hulu cukup berhasil dalam pelaksanaan kegiatan inseminasi buatan (IB) dengan tingkat kebuntingan hingga kelahiran telah mencapai 75 persen.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kemudian berdasarkan hasil rapat teknis tim pusat dan daerah di Hotel Ama Rossa Bogor, tanggal 24 September 2013, telah ditetapkan bahwa Kabupaten Indragiri Hulu sebagai peringkat pertama dari 7 provinsi di Indonesia.

Penilaian itu meliputi keberhasilan pelaksanaan kegiatan optimalisasi kelahiran yang dinilai langsung oleh Direktur Pembinaan Ternak Ruminansia Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yakni Ir Abu Bakar SE SU sekaligus yang menyerahkan penghargaan dan hibah USG.

Penghargaan itu juga diberikan, karena dinilai sukses melaksanakan program swasembada daging sapi/kerbau (PSDSK) melalui kegiatan inseminasi buatan (IB).

Di mana program PSDSK merupakan satu program unggulan nasional melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam mewujudkan swasembada daging sapi/kerbau tahun 2014.

Karena dengan IB tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan populasi ternak sapi sebagai salah satu langkah untuk mewujudkan swasembada daging.

Untuk daerah yang menerima penghargaan itu hanya ada untuk 25 kabupaten/kota di 7 provinsi di Indonesia. Bahkan untuk wilayah Sumatera, hanya diraih oleh Provinsi Riau dan Provinsi Lampung.

Di Provinsi Riau sendiri hanya ada 3 kabupaten/kota yakni Kabupaten Indragiri Hulu, Kuansing dan Rokan Hulu.

‘’Penghargaan itu diserahkan oleh Ir Abu Bakar SE SU dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tanggal 24 September pekan lalu di Hotel Ama Rossa Bogor,’’ ujar Kadisnakkan Kabupaten Indragiri Hulu Drs H Muhammad Sadar didampingi Sekretaris Disnakkan Ir Fenni Darius dan supervisor IB Yon Hendrizal, Rabu (2/10).   

Pelaksanaan IB merupakan penerapan bioteknologi reproduksi yang bertujuan untuk mengatasi ketiadaan sapi pejantan pada suatu kelompok ternak, betina produktif yang berahi dapat dikawinkan menggunakan straw semen beku yang ada.

Pada kelompok sapi betina yang bunting, tahap siklus birahinya tersebar secara acak. Bahkan sekitar 40 persen akan berada dalam folikuler, sisanya 60 persen dalam tahap luteal.

Kemudian pada kondisi normal, 5 persen betina dalam keadaan birahi setiap hari dan sinkronisasi birahi dirancang untuk menjadikan seluruh betina birahi secara serempak.

Sistem sinkronisasi dilakukan untuk menyerentakkan birahi dari masing-masing ternak. Sehingga banyak ternak di inseminasi dalam waktu yang bersamaan.

Dengan demikian, kegiatan sinkronisasi birahi yang dilakukan mampu menghemat waktu dan tenaga yang diperlukan untuk mengawasi birahi dari masing-masing tenak.

Untuk itu melalui kegiatan sinkronisasi birahi ini adalah terjadinya kebuntingan dan kelahiran dalam satu periode. Kegiatan ini pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan ternak yang di inseminasi dalam waktu singkat, memperpendek jarak kelahiran, menghemat waktu dan tenaga inseminator dan hasil IB yang lebih pasti.

Keberhasilan pelaksanaan IB di Kabupaten Indragiri Hulu pada tahun 2013 dapat dilihat dari jumlah populasi ternak sapi sebanyak 31.209 ekor.

Dari jumlah tersebut terdapat sapi betina produktif sebanyak 14.319 ekor, di antaranya sebanyak 3.613 ekor dengan cara akseptor IB.

Kemudian kawin alam sebanyak 10.706 ekor dengan kelahiran sebanyak 9.742 ekor per tahun yang terdiri dari kelahiran IB sebanyak 2.998 ekor dan kelahiran kawin alam sebanyak 6.774 eko per tahun.

Dari angka pemotongan ternak sapi mencapai 6.500 ekor per tahun dapat diimbangi dengan produksi di dalam Kabupaten Indragiri Hulu.

Sehingga belum perlu dilakukan pemasukan ternak dari luar daerah. Namun, berdasarkan kenyataan di lapangan, pelaksanaan IB sampai saat ini masih belum sesuai dengan harapan.

Hal ini terkait dengan banyaknya kendala dan permasalahan teknis yang sering terjadi di lapangan, sehingga perlu penanganan yang lebih serius.

Salah satu upaya yang dilakukan Disnakkan Kabupaten Indragiri Hulu dalam menanggulangi permasalahan yang terjadi di lapangan adalah dengan meningkatkan program optimalisasi kelahiran melalui program sinkronisasi birahi yang disalurkan melalui dana APBN tahun 2013.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan angka kelahiran ternak sapi di Kabupaten Indragiri Hulu. Dari hasil verifikasi lokasi kegiatan yang dilakukan oleh pemeritah pusat melalui Departemen Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah ditunjuk BET Cipelang dan Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Padang Mengatas untuk kerja sama dengan Disnakkan Kabupaten Indragiri Hulu sebagai pelaksana kegiatan sinkronisasi birahi.

Untuk wilayah kegiatan BPTU Padang Mengatas ditetapkan pada Kecamatan Pasir Penyu, Kecamatan Lirik, Kecamatan Sungai Lala dan Kecamatan Lubuk Batu Jaya dengan target sebanyak 150 ekor.

Bahkan saat ini sudah terealisasi sebanyak 131 ekor (87 persen) dan dilakukan IB sebanyak 131 ekor dengan angka kebuntingan sebanyak 63 ekor (48 persen).

Kegiatan yang dilaksanakan oleh BPTU Padang Mengatas ini kurang berhasil. Karena masih banyak permasalahan teknis yang ditemui di lapangan seperti gangguan reproduksi serta sumber daya petani yang masih rendah.

Sedangkan wilayah kegiatan dari BET Cipelang Bogor ditetapkan pada Kecamatan Rengat dan Kecamatan Kuala Cenaku dengan target 150 ekor.

Sementara saat ini telah terealisasi sebanyak 163 ekor (108 persen) dan dilakukan IB sebanyak 110 ekor dengan angka kebuntingan sebanyak 83 ekor (75 persen).

Untuk tahun 2014 mendatang ditargetkan sebanyak 500 ekor di wilayah Kecamatan Seberida dan Kecamatan Batang Cenaku.

Peningkatan Produktivitas Ternak Sapi dengan Sistem Perkawinan Inseminasi Buatan (IB) Peternak sapi di Indonesia sebagian besar masih dalam usaha tani ternak sapi secara tradisional bahkan dianggap sebagai tabungan serta usaha sampingan.

Di sisi lain produktivitas ternak sapi potong maupun sapi perah beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun.

Keadaan seperti ini bila tidak dilakukan upaya untuk meningkatkan populasi dan produksi, maka tidak akan dapat memenuhi permintaan kebutuhan daging dan susu sapi dalam negeri.

Oleh karena itu diperlukan upaya memotivasi peternak dalam pemeliharaan ternak yang lebih maju dan menguntungkan melalui pembinaan yang dapat meyakinkan.

Pemeliharaan ternak bukan lagi hanya dianggap sebagai tabungan atau pekerjaan sampingan, melainkan sudah dikelola dengan baik menuju ke arah yang lebih maju dangan harapan peternak dapat mengerti dan menyadari arti pentingnya produktivitas ternak.

Untuk menyikapi hal tersebut, salah satu upaya untuk meningkatkan  populasi dan produktivitas ternak sapi dapat dilakukan melalui kawin suntik yang dalam bahasa ilmiahnya adalah artificial insemination atau inseminasi buatan (IB).

Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi buatan (IB) atau dalam istilah ilmiahnya  disebut artificial insemination (AI) merupakan  sistem perkawinan pada ternak sapi secara buatan yakni suatu cara atau teknik memasukkan sperma atau semen ke dalam kelamin sapi betina sehat dengan menggunakan alat inseminasi yang dilakukan oleh manusia (inseminator) dengan tujuan agar sapi tersebut menjadi bunting.

Semen adalah mani yang beradal dari sapi pejantan unggul yang dipergunakan untuk kawin suntik atau inseminasi buatan.

Inseminator

Inseminator merupkan petugas yang  telah dididik dan lulus dalam latihan ketrampilan khusus untuk melakukan inseminasi buatan atau kawin suntik serta memiliki surat izin melakukan inseminasi (SIMI).

Selain inseminator dari  pemerintah ada juga inseminator mandiri yang berasal dari khalayak peternak atau masyarakat yang telah memperoleh pelatihan ketrampilan khusus untuk melakukan inseminasi buatan atau kawin suntik.

Tujuan Inseminasi Buatan (IB)

Tujuan perkawinan sapi dengan sistem inseminasi buatan adalah:

Meningkatkan mutu ternak lokal

Mempercepat peningkatan populasi ternak

Menghemat penggunaan pejantan

Mencegah adanya penularan penyakit kelamin akibat perkawinan alam

Perkawinan silang antar berbagai bangsa/ ras dapat dilakukan.

Keuntungan Inseminasi Buatan (IB)

Sistem perkawinan sapi dengan IB adalah salah satu strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan tercapainya program swasembada daging 2010 dan kecukupan susu nasional, dapat dilakukan melalui percepatan peningkatan populasi dan produktivitas ternak sapi dengan menyediakan bakalan dalam rangka penggemukan sapi potong dan bibit sapi perah, melalui penyediaan bakalan atau keturunan dari hasil kawin suntik dengan menggunakan semen dari sapi pejantan unggul yang memenuhi syarat teknis reproduktif, maupun kesehatan, atau telah lulus dari uji ferformans dan uji zuriat oleh instansi yang berwenang.

Melalui kegiatan kawin suntik atau inseminasi buatan, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta memudahkan peternak untuk mendapatkan keturunan ternak sapi yang berkualitas genetik tinggi dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas ternak sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Dalam kegiatan kawin suntik pada ternak sapi ini memberikan beberapa keuntungan antara lain, (1) Menghemat biaya pemeliharaan pejantan, biaya relatif murah untuk mendapatkan bibit sapi yang bagus /unggul dalam bentuk semen, jadi tidak perlu membeli sapi pejantan yang harganya relatif mahal.

(2) Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik.

(3) Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina.

(4) Dapat memanfaatkan kemajuan teknologi yang baik sehingga sperma/semen dapat disimpan dalam jangka waktu lama.

(5) Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun  kemudian walaupun pejantan telah mati.

(6) Cepat menghasilkan pedet jantan yang dapat dimanfaatkan untuk bakalan sapi potong atau pedet betina sebagai bibit sapi perah.

(7) Menghasilkan generasi baru anak bakalan penghasil daging yang berkualitas  (sapi potong)  dan meningkatkan produksi susu pada sapi perah betina.

(8) Perbaikan mutu genetik lebih cepat. (9) Dapat memilih jenis/bangsa ternak sapi  yang diinginkan, limousin, simental, peranakan ongole, brahman, brangus, FH, bali dan lain-lain.

(10) Berat lahir lebih tinggi dari pada hasil kawin alam. (11) Pertumbuhan berat badan lebih cepat. (12) Meningkatkan pendapatan petani.

Kunci Keberhasilan Program IB

Kunci keberhasil program IB tergantung dari 3 unsur yaitu:

1) Kinerja Inseminator

Kinerja  inseminator sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan program IB di lapangan, untuk itu seorang inseminator perlu menjiwai tugas dan tanggung jawabnya  yaitu,

(1) Melakukan identifikasi akseptor IB (sapi betina produktif) dan mengisi kartu peserta IB.

(2) Membuat program/rencana birahi ternak akseptor berdasarkan siklus birahi (kalender reproduksi) di wilayah kerjanya.

(3) Melaksanakan IB pada ternak.

(4) Membuat pencatatan (recording) dan laporan pelaksanaan IB dan menyampaikan kepada pimpinan satuan pelayanan IB melalui pemeriksaan kebuntingan  setiap bulan.

(5) Melaksanakan pembinaan kelompok tani ternak atau Kelompok Peternak Peserta Inseminasi Buatan  (KPPIB) dan kader inseminator.

(6) Membentuk kegiatan pengorganisasian pelayanan IB/ Unit Layanan Inseminasi Buatan (ULIB).

(7) Berkoordinasi dengan petugas pemeriksaan kebuntingan  dan asisten teknis reproduksi (ATR).

2) Kondisi Akseptor

Agar program kawin suntik atau IB dapat berhasil dengan baik, kondisi akseptor (sapi betina produktif peserta IB) perlu diperhatikan. Adapun kondisi akseptor yang baik adalah:

- Sehat, fisik besar dan kuat.

- Ambing besar dan elastis

- Puting sempurna (4 buah) dan letaknya simetris dan agak panjang.

- Perut besar

- Tulang pinggul lebar

- Vulpa besar, licin, mengkilat, cembung dan tidak berbulu,

Umur minimal 18 bulan

Untuk sapi yang berbadan kecil seperti sapi bali, IB  sebaiknya  dilakukan setelah kelahiran anak pertama hasil perkawinan  secara alami. Untuk sapi yang telah melahirkan, perkawinan selanjutnya dilakukan setelah 2-3 bulan kemudian.

3) Peternak

Untuk mendukung terlaksananya program IB, peran para peternak sapi  sangat diperlukan terutama dalam hal:

- Deteksi birahi/ pengenalan terhadap tanda-tanda birahi

- Sistem pelaporan yang tepat, terutama laporan birahi kepada inseminator

- Perawatan akseptor dan pedet hasil IB

4) Kelompok Peternak Peserta IB (KPPIB)

Keberadaan KPPIB dalam pelaksanaan program IB sangat diperlukan guna mempermudah arus informasi dan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana IB seperti kandang penanganan (kandang jepit) dan lain sebagainya.

Saat ini kegiatan kawin suntik pada ternak sapi telah banyak dilakukan secara swadaya, sehingga untuk mendapatkan pelayanan kawin suntik pada ternak sapi, peternak dapat membiayai sendiri.

Pelaksanaan kawin suntik pada ternak sapi sebaiknya dilakukan secara terorganisir dalam kelompok untuk memudahkan pelaksanaan secara efisien dan efektif. Untuk menyikapi hal ini, sebelum pelaksanaan kawin suntik pada ternak sapi harus menyinkronkan birahi sapi-sapi yang akan dikawin suntik dapat dilakukan lebih dahulu dengan penyuntikkan hormon prostaglandin, reprodin atau semacamnya  pada ternak sapi yang dapat mendorong dan menyinkronkan birahi sapi secara serempak sehingga dapat dilakukan kawin suntik pada ternak sapi di kelompok tani ternak secara bersamaan.

Untuk memudahkan petani peternak mengetahui ternak sapinya birahi dan segera dapat melaporkan ke inseminator atau penyuluh untuk mendapat pelayanan kawin suntik secara tepat, ada beberapa tanda-tanda birahi yang perlu diketahui oleh peternak antara lain: (1) Sering menguak. (2) Gugup dan agresif.

(3) Menaiki sapi lain. (4) Kurang nafsu makan dan kurang menghasilkan susu. (5) Lebih awal bangun dari sapi-sapi lainnya. (6) Alat kelamin betina basah, bengkak, merah, hangat (abuh, abang, angat yang disingkat 3 A)  dan mengeluarkan lendir yang transparan.

Peran penyuluh pertanian dalam menyukseskan program kawin suntik atau inseminasi buatan, antara lain, (1) Memotivasi peternak agar terorganisir dalam kelompok, untuk memudahkan baik penyuntikan hormon prostaglandin/ reprodin  pada ternak sapi yang dapat mendorong dan menyinkronkan birahi sehingga  dapat dilakukan pelaksanaan kawin suntik pada ternak sapi secara bersamaan.

(2) Memberikan informasi cara-cara beternak sapi potong dan sapi perah yang baik termasuk pemberian pakan yang bermutu sesuai  kebutuhan. (3) Memberikan informasi cara penanganan kesehatan anak dan induk sapi untuk mengoptimalkan pertumbuhan/ pertambahan berat badan pada ternak sapi potong dan produksi susu pada ternak sapi perah betina.

Waktu Inseminasi Buatan (IB)  yang tepat pada umumnya, lama birahi pada sapi adalah rata-rata 18 jam dan untuk mendapatkan hasil yang baik, sebaiknya dilakukan IB pada pertengahan masa birahi.

Untuk itu Disnakkan Kabupaten Indragiri Hulu turut mendukung program swasembada daging sapi/kerbau (PSDSK) tahun 2014 yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam rangka menyukseskan program ketahanan pangan dan program disertifikasi pangan nasional.

Langkah-langkah operasional yang ditempuh dalam program swasembada tersebut salah satunya dengan optimalisasi IB dan intensifikasi kawin alam.(adv/a)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook