Laporan Kasmedi, Rengat
Sejak dibangun sekitar 1815 silam oleh Sultan Ibrahim hingga saat ini, Masjid Raya Ar Rahman, Kabupaten Inhu sudah tiga kali direnovasi.
Namun hanya mimbar khatib yang tidak berubah dan masih tetap asli dari sejak dibangun.
Mungkin hanya segelintir orang, bahkan banyak yang tidak tahu tentang bahan yang digunakan untuk pembangunan mimbar berukuran sekitar 1,5 x 2 meter itu. Sebab, bentuknya seperti coran semen biasa tetapi sebagian orang menyebutkan mimbar khatib itu bukan berbahan baku semen.
Kondisinya saat ini masih terlihat kokoh dan tidak terlihat adanya retak ataupun pecah.
Saat Riau Pos bertandang ke Masjid Raya Ar Rahman di Jalan Hang Lekir, Kelurahan Kampung Besar Kota (Kambesko), Kecamatan Rengat, telihat pada sisi kiri dan kanan bangunan masjid diapit oleh dua menara yang menjulang tinggi.
Masjid Raya ini juga memiliki sebanyak tujuh pintu masuk yang terdiri dari dua pintu bagian depan, tiga pintu pada samping kiri dan dua pintu pada bagian belakang.
Salah seorang pengurus Masjid Raya H Daud didampingi sejumlah pemuka masyarakat Rengat di antaranya H Mazuar Fery ketika mengatakan sejak masjid berdiri sudah tiga kali dilakukan renovasi.
‘’Renovasi terakhir dilakukan pada 1996 dan saat itu pula, Masjid Raya diberi nama Ar Rahman dan di SK-kan sebagai masjid Pemkab Inhu,’’ ujarnya.
Pengurus masjid bersama pemuka masyarakat yang ada saat itu juga tidak mengetahui secara persis kapan dua kali renovasi sebelumnya. Karena menurutnya tidak ada pembukuan atau catatan resmi di Masjid Raya tersebut.
H Daud hanya memastikan sejak tiga kali direnovasi itu, hanya mimbar khatib yang merupakan bangunan asli di Masjid Raya.
‘’Bentuk bangunan atap tetap seperti semula tetapi bahannya sudah diganti dengan bahan yang baru,’’ ungkapnya.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, mimbar khatib tersebut dibangun oleh salah seorang tukang keturunan Tionghoa.
Di mana bahan bangunan mimbar tersebut dibuat dari campuran pasir dengan putih telur.
Beberapakali direnovasi, hanya sekali mimbar khatib digesar untuk ditinggikan kedudukannya dari semula.
Saat mimbar itu diangkat secara bersama-sama, banyak yang berpredeksi akan pecah. Namun nyatanya tidak pecah dan tidak terdapat retak sedikitpun. ‘’Mimbar itu dinaikan dua tangga atau sekitar 60 cm dari posisi awalnya,’’ bebernya.***