Laporan EVI SURYATI, Bengkalis evi-suryati@riaupos.co
Peristiwa ironis terjadi di Kabupaten Bengkalis di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Sudah empat bulan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 54 di Kota Bengkalis belajar di atas lantai.
Persoalannya bukan karena tidak ada anggaran, melainkan permasalahan tertundanya proyek pengadaan meja dan kursi. Dan anehnya belum ada solusi yang diambil oleh Dinas Pendidikan.
Sementara itu lokasi SDN 54 itu justru berada di tengah Kota Bengkalis, tepatnya di Jalan Antara Ujung arah simpang ke Jalan Bantan dan Jalan Pramuka, tidak jauh dari rumah dinas bupati dan wakil bupati.
Malahan sekolah ini berada di samping rumah dinas Ketua DPRD Bengkalis serta kompleks perkantoran pemerintah.
Informasi ini terkuak ketika orang tua salah seorang murid yang meminta namanya tak disebutkan memberitahukan ke wartawan yang ada di Bengkalis, bahwa anaknya sudah empat bulan belajar di atas lantai sekolah.
Ketika hal tersebut dikonfirmasi kepada kepala sekolah SDN 54 Zamzunir SPd, Selasa (1/4), dia membenarkan kondisi yang terjadi di sekolahnya tersebut.
Dikatakannya, sampai saat ini belum ada serah terima pemakaian meja dan kursi dari Dinas Pendidikan ke sekolah yang dipimpinnya itu. Ia mengaku tidak tahu persis masalahnya, karena merupakan kewenangan dinas dengan rekanan pelaksana kegiatan, sementara meja dan kursi menumpuk di sekolah tersebut.
‘’Benar, sudah beberapa bulan belakangan siswa di tiga lokal terpaksa belajar di lantai. Saya tidak tahu ada masalah apa dengan pengadaan meja dan kursi ini. Namun karena belum ada serah terima, kami tidak berani menggunakannya,’’ ungkap Zamzunir, yang memohon kepada wartawan untuk tidak mengambil foto siswa yang sedang belajar di lantai.
Ditanya apakah pihak sekolah sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, ia menyebutkan sudah dilakukan. Jawaban dari pihak Dinas Pendidikan malahan menyarankan agar jam belajar siswa dipindahkan dari pagi hari ke siang hari dengan memakai lokal yang sudah ada kursi dan mejanya.
Persoalannya, sambung Zamzunir, pada siang hingga sore hari, mayoritas siswa mengikuti kegiatan di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA). Kalau dipaksakan belajar sore, sebagian besar siswa jelas tidak bisa mengikuti kegiatan belajar-mengajar, karena harus fokus juga ke MDA.
‘’Akibatnya mau tidak mau, siswa terpaksa belajar di lantai dengan disiapkan karpet sehingga siswa tidak duduk langsung di lantai. Kita juga mengimbau kepada orang tua murid untuk ikut berpartisipasi membantu meja dan kursi, agar siswa ini dapat belajar seperti biasa,’’ ujar Zamzunir menceritakan kondisi di sekolahnya.
Ditambahkannya, meskipun ada siswa yang belajar di lantai, kegiatan belajar sepenuhnya tidak menjadi terganggu. Ia berharap agar persoalan ini segera terselesaikan oleh pihak terkait secepat mungkin, karena menyangkut masa depan pendidikan di Bengkalis.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis Herman Sani mengatakan pihaknya telah melakukan evaluasi terhadap seluruh perangkat yang melaksanakan kegiatan pengadaan ini. Bahkan kontraktor yang mengerjakan kegiatan ini telah di-blacklist.
‘’Kita telah melakukan evaluasi, selain dari pihak swasta, kita juga telah menindak pihak dari Disdik sendiri yang telah lalai melaksanakan tugas dan fungsinya,’’ ujar Herman Sani.
Di tempat berbeda, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Supardi, mengakui kondisi di SDN 54 tersebut. Diutarakannya, pertemuan antara dinas dengan pihak sekolah sudah dilakukan untuk mencari solusi dari persoalan ini.
‘’Dari solusi yang kita tawarkan sampai sekarang belum ada titik temu. Seperti perubahan jadwal belajar, kemudian pemindahan siswa dengan menumpang belajar di MDA juga mengalami kendala dan tidak bisa dilaksanakan,’’ jawab Supardi.
Sedangkan soal pengadaan meja dan kursi itu sendiri, ia mengemukakan pihak dinas tidak bisa membayarkan pekerjaan pengadaan meja dan kursi kepada rekanan, karena direalisasikan setelah tahun anggaran 2011 berakhir.
Hal itu menyebabkan proyek tersebut tidak bisa diterima oleh pihak dinas sekaligus rekanan tidak dibayarkan.
‘’Kita akan upayakan menyelesaikan masalah pengadaan itu pada tahun anggaran 2012 ini. Juga diingatkan kepada sekolah pada awal tahun ajaran untuk menerima siswa baru sesuai dengan daya tampung sekolah, sehingga tidak akan terjadi kekurangan meja dan kursi,’’ jabar Supardi sambil mengingatkan pihak sekolah.
Herliyan: Kita Minta Dipercepat
Adanya siswa SD yang belajar di lantai membuat berang Bupati H Herliyan Saleh. Diutarakan Herliyan, saat ditemui usai peringatan Hardiknas Rabu (2/5), bisa saja karena sekolah tidak punya profil sekolah, sehingga Pemkab Bengkalis tidak mengetahui kekurangan-kekurangan meubiler di sekolah masing-masing.
‘’Sejak 2011 saya sudah kumpulkan semua kepala sekolah agar mereka membuat profil sekolah. Ini sangat diperlukan untuk kita ketahui kekurangan meubiler di sekolah masing-masing. Apakah itu meubiler, laboratorium, ruang belajar dan lainnya bisa disampaikan di profil sekolah tersebut. Dan ini akan diolah dan dibandingkan sesuai dengan kondisi standar yang ada,’’ ujar Herliyan.
Namun untuk SDN 54, ucap Bupati, dia belum mengetahui persis apakah pihak sekolah sudah pernah menyampaikan profil sekolahnya baik kepada UPTD atau Dinas Pendidikan. Kalau memang sudah pernah menyampaikan profil sekolahnya, Bupati berjanji akan mengecek satu-satu.
‘’Saya sudah tekankan betul kepada semua kepala sekolah, bahwa kita bekerja sesuai dengan aturan. Artinya harus ada perencanaan yang benar. Bekerja itu tak bisa seperti bangun tidur lantas bisa langsung bangkit, namun sesuatunya harus dengan perencanaan. Dan di profil sekolah itulah kuncinya,’’ ungkap Herliyan.
Ketika kepada Bupati disebutkan bahwa meubiler untuk lokal yang siswanya saat ini terpaksa belajar di lantai, sebenarnya sudah ada di sekolah tersebut dari pengadaan meubiler yang dilakukan pihak Dinas Pendidikan Bengkalis tahun 2011, namun belum bisa dimanfaatkan karena belum ada serah terima dari rekanan ke Dinas Pendidikan begitu pula ke pihak sekolah karena keterlambatan waktu serah terima hingga berakhirnya tahun anggaran, Bupati menyebutkan jika masalah itu karena faktor lain, keterlambatan waktu.(muh)