KEPULAUAN MERANTI (RIAUPOS.CO) - Kebakaran lahan di wilayah Kepulauan Meranti terus meluas. Bahkan api sudah melalap lahan perkebunan sagu di Kecamatan Rangsang dan Kecamatan Tebingtinggi Timur.
Kebakaran di daerah itu tidak hanya terjadi di lahan masyarakat, akan tetapi api juga membakar lahan milik perusahaan.
Total lahan yang terbakar di Kepulauan Meranti mencapai 885 hektare, masing-masing seluas 750 hektare terjadi di Kecamatan Tebing Tinggi Timur dan di Kecamatan Rangsang lahan terbakar seluas 135 hektare.
Sementara jumlah titik api di dua kecamatan itu tersebut hanya tujuh titik api.
Sampai saat ini penanganan kebakaran di tujuh titik api itu terus dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari Dinas Kehutanan, Pemadam Kebakaran (Damkar), Satpol PP, Pemerintah Kecamatan, pihak perusahaan, kepolisian, TNI dan lainnya.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Kadishutbun) Kepulauan Meranti, Ir Mamun Murod MM MH Ahad (2/2) mengatakan, kebakaran yang terjadi di Desa Kepaubaru di atas lahan masyarakat seluas lebih kurang 250 hektare, di lokasi berbeda di Desa Kepau Baru yang berbatasan dengan Desa Teluk Buntal Kebakaran terjadi seluas lebih kurang 300 hektare dan masih di Desa Kepaubaru yang masuk ke wilayah konsesi PT Nasional Sago Prima (NSP) seluas lebih kurang 200 hektare.
‘’Total luas kebakaran di Kecamatan Tebing Tinggi Timur saja mencapai 750 hektare dengan tiga titik api,’’ katanya usai membantu proses pemadaman di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Ahad.
Menurut dia, di Kecamatan Rangsang ada tujuh titik api di lokasi dan wilayah berbeda. Tujuh titik api itu di antaranya 2 titik di Desa Gayung Kiri dengan total lahan terbakar lebih kurang 50 hektare, satu titik di Desa Citra Damai 4-5 hektare, Desa Tanjung Kedabu seluas lebih kurang 10 hektare dan Desa Gemala Sari lebih kurang 30 hektare serta satu titik lagi terjadi di Desa Wonosari lebih kurang 40 hektare.
‘’Kita bersama tim kesulitan memadamkan api karena lahan gambut. Meski begitu kita tetap berusaha dengan seluruh tim,’’ katanya.
Dikatakan Murod, total kerugian dari kebakaran lahan di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Timur mencapai Rp33 miliar lebih.
‘’Karena di Tebing Tinggi Timur hampir seluruh lahan yang terbakar adalah lahan perkebunan sagu, dengan perincian setiap hektare sagu lebih kurang Rp45 juta,’’ katanya.
Sementara di wilayah Kecamatan Rangsang, kerugian belum bisa ditaksir. Pasalnya lahan yang terbakar adalah lahan hutan. Hingga kini, Kadishutbun Kepulauan Meranti itu belum bisa mengatakan penyebab terjadi kebakaran lahan.
Baik yang terjadi di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Timur yang membakar lahan perkebunan sagu, maupun lahan di Kecamatan Rangsang yang merupakan lahan hutan.
‘’Dari informasi diduga kebakaran akibat puntung rokok dan membakar sampah di dalam hutan. Kebakaran sangat mudah meluas akibat musim kemarau,’’ katanya.
Dia juga mengakui kebakaran yang terjadi di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Timur telah terjadi sejak sepekan lalu. Namun untuk Kecamatan Rangsang terjadi sejak sebulan lalu. ‘’Puncak kebakaran yang membuat meluas terjadi Jumat (31/1) lalu,’’ tambahnya.
Menurutnya, dalam kasus karhutla di Kepulauan Meranti, minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh kepala desa menjadi kendala tersendiri, sehingga kesadaran masyarakat menjadi sangat kurang.
Kebakaran di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Timur diakui Camat setempat, Helfandi SE MSi. Ia mengatakan sejak Sabtu (1/2) dirinya bersama jajaran Pemerintah Kecamatan turut membantu memadamkan api.
Memadamkan titik api Kecamatan Tebing Tinggi Timur, ada sebanyak 25 unit alat pemadam kebakaran yang terdiri dari 10 unit alat pemadam milik PT NSP dan 15 unit peralatan pemadam dari pemilik kebun sagu yang lahannya turut terbakar.
‘’Malam tadi (Sabtu, red) kami sampai pukul 24.00 WIB memadamkan api di Kepau Baru. Bahkan lahan sampai terbakar di belakang rumah warga. Beruntung tidak ada korban jiwa dan rumah yang terbakar,’’ sebutnya.
Saat ini, kata Camat yang akrab disapa Iin itu upaya pemadaman dari tim yang terdiri dari berbagai institusi itu masih terus bekerja di lapangan.
‘’Kita sudah menyurati pihak perusahaan untuk menambah peralatan kebakaran, sehingga upaya pemadaman bisa diselesaikan,’’ katanya.
Sementara itu, Humas PT NSP, Setio Budi Utomo hingga kini belum berhasil dihubungi. Bahkan pesan singkat yang dikirimkan belum kunjung dibalas.
Dikabarkan bahwa pihak perusahaan saat ini masih melakukan upaya pemadaman di lokasi lahan perkebunan sagu milik perusahaan.
‘’Orang NSP semuanya di lapangan. Jadi memang tak bisa dihubungi,’’ kata Camat Helfandi yang sempat berkoordinasi dengan jajaran PT NSP di lokasi kebakaran, Sabtu (1/2) lalu.
Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Zahwani Pandra Arsyad SH MSi melalui Kasat Reskrim, AKP Antoni L Gaol SH MH menegaskan saat dikonfirmasi, Ahad (2/2) bahwa pihaknya baru saja pulang dari lokasi kebakaran lahan di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Timur.
Hingga kini ia belum menetapkan tersangka dalam peristiwa kebakaran lahan di wilayah Kepulauan meranti.
‘’Belum ada tersangka. Sebab belum ada indikasi lahan yang terbakar sengaja dibakar oleh orang. Namun kita akan tetap melakukan penyelidikan sambil berjalan,’’ kata Antoni L Gaol.
Disebutkan Kasat, kebakaran terjadi sudah sejak lama. Bahkan ada yang terjadi sejak sebulan lalu. Namun karena dianggap tidak membahayakan, makanya tidak dilakukan antisipasi dengan pemadaman.
Salah satu petugas pemadam kebakaran, Ozi Wirman yang turut serta diberangkatkan sejak Sabtu (1/2) lalu ke wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Timur mengaku sampai saat ini masih berada di lokasi untuk memadamkan api.
Meski sulit, namun dengan peralatan yang ada pemadaman dilakukan secara bersama-sama dengan pihak lainnya yakni Satpol PP, Dishutbun, Pemerintah Kecamatan, pihak perusahaan, TNI, Polri dan pihak lainnya.
‘’Sangat luas kebakaran yang terjadi. Memang tidak ada api yang membesar lagi, namun tetap saja kami harus waspada dan menjaga agar kebakaran tidak makin meluas,’’ kata Ozi.
Kepala Desa Wono Sari Kecamatan Rangsang, Pawit mengakui khusus kebakaran yang terjadi di wilayah Desanya membakar seluas lebih kurang 40 hektare. Api muncul dipicu oleh puntung rokok yang dibuang tanpa sengaja oleh masyarakatnya.
‘’Hingga kini api sudah tidak muncul lagi, namun tetap saja ada asap-asap yang diduga dari bara api yang berada di dalam lahan gambut. Kami bersama masyarakat, Babinsa dan pihak lainnya yang turut membantu masih terus berusaha menuntaskan pemadaman api secara berjalan,’’ katanya. (amy/evi)