EKONOMIKA

Kegundahan dan Galau Memasuki 2019

Riau | Kamis, 03 Januari 2019 - 10:51 WIB

Kegundahan dan Galau Memasuki 2019

Oleh: Irvandi Gustari, Dirut Bank Riau Kepri

KITA baru saja melewati tahun 2018.  Memasuki tahun 2019 penuh dengan teka-teki, apakah cerah gemilang kondisi perekonomian atau masih dalam status waspada terkendalikah? Ya, memang  banyak sekali kita baca atau kita dengar dari berbagai pakar atau pelaku dunia usaha pandangannya tentang situasi 2019. Pada intinya secara sederhana tergambarkan bahwa situasi masih mengambang walaupun dalam konteks terkendali. Jadi? Artinya memang banyak data dan fakta menggambarkan tahun 2019 perekonomian belumlah secerah yang diharapkan. Namun harapan optimisme ada dengan berbagai catatan.
Baca Juga :BRK Syariah Serahkan Bantuan Bencana Banjir di Rokan Hulu

Mengutip istilah yang kerap dipakai Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, tahun 2018 digambarkannya bagaikan air laut kala pasang. Seolah-olah tampak semua bisa berenang dengan baik dan kuat, namun tatkala air laut surut, barulah terlihat banyak orang yang berenang tadi  dalam kondisi berpakaian yang utuh layak. Ada juga yang compang-camping, dan bahkan sudah tidak berpakaian sama sekali terkena derasnya gelombang laut itu. Hal itu digambarkan oleh Menkeu tatkala ekonomi dunia lagi bagus, maka  semua negara juga terlihat kuat dan megah meriah situasi ekonominya. Namun ketika ada perang dagang (akibat ulah Donald Trump), maka negara-negara emerging market yang tidak ada hubungan sama dengan Amerika Serikat (AS) dalam hal hubungan dagang, tetap saja akan terlihat tingkat ketangguhannya, adanya dampak dari terobok-obok dari perang dagang yang terjadi. Terutama hantaman AS terhadap Cina dalam perang dagang itu.

Indonesia sendiri masih belum tangguh dari pengaruh goyangan ekonomi global. Secara sederhana, pasar modal saja masih didominasi oleh investor asing setara dengan 40 persen dari total investasi. Terbukti ketika setiap kali Bank Sentral AS menaikkan suku bunganya, maka rupiah langsung gemulai melemah. Akibatnya para investor asing langsung memindahkan investasinya balik kampung ke negara asalnya. Hal itu tentu keperluan akan dolar AS langsung melonjak tajam dan rupiah terbukti langsung melemah tajam.

Namun kegalauan tersebut bisa kita amati sampai tutup tahun 2018 lalu. Di mana pihak pemerintah yang tidak pernah berhenti mengeluarkan berbagai paket kebijakan ekonomi, dalam kaitan mempercepat perbaikan agar pertumbuhan ekonomi tidak terhambat. Terakhir dikeluarkan oleh pemerintah adalah paket kebijakan ekonomi jilid 16. Paket itu berisikan tentang upaya percepatan penerbitan perizinan berusaha dari tingkat pusat hingga daerah. Di sisi lain pihak Bank Indonesia juga langsung merespons atas adanya kebijakan dari The Fed (Bank Sentral AS).  Terakhir  di akhir November 2018 lalu terlihat cukup ampuh dalam mengendalikan rupiah, dengan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 175 basis poin sejak awal tahun. Kini BI 7 days reverse repo rate berada di level 6 persen.

Kebijakan ini terlihat efektif. Sebelumnya rupiah bertengger tembus Rp15.000 untuk 1 dolar AS, dan cukup lama lebih 2 bulan bertengger di kisaran itu. Ternyata  kebijakan BI atas bunga acuan tersebut, menjadikan rupiah balik lagi  ke posisi awal yaitu di kisaran Rp14.500 untuk 1 dolar AS.  Kesemuanya itu menandakan kondisi perekonomian Indonesia cukup kuat. Yang diperlukan adalah langkah harmonisasi dari variabel-variabel penentu itu untuk dilakukan penyesuaian secara komprehensif, walaupun tentu tidak semua pihak bisa terakomodir atau terpuaskan.

Lalu bagaimana sikap kita memasuki 2019 ini?  Kita semua tahu,  perang dagang memang belum ada yang tahu kapan akan berakhir. Bahkan semua negara besar di dunia sudah menyatakan tetap waspada dan memberlakukan kebijakan  moneter ketat. Hal ini telah mengisyaratkan kepada kita jangan terlalu banyak berharap adanya kenaikan signifikan aliran modal investasi dari para investor yang berasal dari negara-negara besar.

Kita pun pada 2019 ini memasuki tahun politik, namun kekhawatiran adanya tahun politik ini, sebenarnya tidak beralasan bila dijadikan sebagai kekhawatiran yang berlebihan.  Sebab, Indonesia  dalam sejarahnya kejadian politik tidaklah selalu berkorelasi positif dengan kondisi perekonomian yang ada. Fakta sejarah telah menggambarkan perekonomian Indonesia selalu berjalan mengalir begitu saja dan mencari keseimbangan baru, ketika ada peristiwa politik apa pun yang terjadi.

Jadi? Tidak perlu galau dan tidak perlu gundah memasuki dan melalui 2019, tetap optimis dan namun selalu waspadai dinamika terhadap setiap peristiwa maupun situasi perekonomian yang ada.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook