KETIKA BANJIR MENERJANG PEMUKIMAN MASYARAKAT

Aktivitas Lumpuh, Infrastruktur Porak-poranda

Riau | Selasa, 03 Januari 2012 - 10:33 WIB

Aktivitas Lumpuh, Infrastruktur Porak-poranda
Kondisi jembatan di Desa Pualu Deras, Kecamatan Pangean, Kuansing kondisinya memprihatinkan, terlebih lagi setelah dihantam banjir, foto diabadikan, baru-baru ini. (Foto: Juprison/Riau Pos)

Laporan JUPRISON, Teluk Kuantan

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Ungkapan itulah yang tepat dialamatkan kepada sebagian besar masyarakat yang terkena dampak banjir di Kabupaten Kuantan Singingi.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Di Kabupaten Kuantan Singingi, hujan yang berkepanjangan di penghujung 2011 kemarin menyisakan duka yang begitu mendalam bagi mayoritas masyarakat yang berada di sepanjang Sungai Kuantan.

Akibat itu, debit air meninggi begitu cepat, hingga akhirnya meluap dan merendam hampir 7 ribu rumah di 10 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuantan Singingi.

Tepat, Senin (26/12) 2011 lalu, banjir memang tidak mau kompromi dan dengan ganasnya terus mengamuk hingga melanda setiap sudut di pemukiman masyarakat. Akibat itu tidak sedikit rumah dan segala infrastruktur lainnya di masyarakat menjadi sasaran amukan banjir.

Hingga Selasa dan Rabu berikutnya, banjir tak jua memperlihatkan tanda-tanda bakal surut. Justru kali ini banjir semakin menggila hingga akhirnya berhasil melumpuhkan aktivitas puluhan ribu jiwa yang tersebar di sembilan kecamatan, mulai dari Kecamatan Hulu Kuantan, Kuantan Mudik, Gunung Toar, Kuantan Tengah, Benai, Pangean, Kuantan Hilir, Inuman hingga Kecamatan Cerenti.

Di Kecamatan Pangean, Kuantan Singingi, menurut Camat Pangean Novrion SSos, dari 14 desa, 12 desa terkena dampak banjir. Menurutnya ada sekitar 1.815 rumah yang terendam.

Dari pantauan Riau Pos, mulai Senin hingga Rabu, aktivitas masyarakat lumpuh total, karena sejumlah akses menuju ibukota kabupaten dan kecamatan terputus, akibat tingginya kedalaman air.

Begitupula di Kecamatan Benai, lima desa di kecamatan tersebut tidak bisa diakses lewat darat. Menurut Camatnya, Andika Pratama ada sekitar 615 lebih rumah yang terendam.

Tidak hanya itu di Kuantan Hilir sdikitnya merendam sekitar 2.505 rumah dari 16 desa yang terendam.

Seterusnya di Inuman dan Cerenti. Lalu, di Kecamatan Kuantan Mudik, akses jalan juga terputus di Desa Sangau dan Kenegerian Pucuk Rantau serta di Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan.

Selama tiga tahun terakhir, bisa dikatakan, banjir di penghujung 2011 tergolong banjir terparah.

Karena tidak hanya merendam pemukiman warga, juga melumpuhkan aktivitas warga karena selama dua hari dua malam akses transportasi darat terputus, disebabkan kedalaman air yang mencapai 1,50 meter.

Disamping itu, banjir menggilas ribuan hektare area persawahan masyarakat yang sudah ditanami, dan ratusan hektare lahan persemaian yang siap ditanami para petani.

Tetapi harapan padi tumbuh subur belum ada jaminan, karena selama empat hari air menenggelamkan padi dan benih yang berusia sekitar satu pekan hingga usia satu bulan.

‘’Banjir merendam sekitar 4.593 hektare sawah masyarakat yang sudah ditanam dan yang siap tanam,’’ ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan Kuansing Ir H Hardison MP melalui Kabid Produksi Anida kepada Riau Pos.

Sekarang, meskipun banjir tidak lagi merendam rumah atau pemukiman dan sawah masyarakat.

Akan tetapi, banjir yang merendam empat hari pemukiman masyarakat tersebut, juga berhasil merusak dan sekaligus memporak-porandakan sejumlah infrastruktur di pedesaan, terutama jalan dan jembatan.

Sementara itu, Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (CKTR) Kuansing Fakhruddin ST kepada Riau Pos, saat ditemui di DPRD Kuansing, Kamis lalu mengakui banyaknya sejumlah infrastruktur di desa yang diterjang banjir. ‘’Memang benar banyak jalan-jalan desa yang rusak, dan kita sedang mendatanya,’’ kata Kadis.(jps)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook