(RIAUPOS.CO) -- Peringatan Hari AIDS Sedunia atau biasa dikenal dengan HAS diperingati setiap tanggal 1 Desember. tetap buka. Sebagaimana tahun sebelumnya setiap peringatan HAS, issu tentang HIV dan AIDS kembali mencuat ke publik. Berbagai macam cara melalui berbagai kegiatan dilaksanakan dalam peringatan ini. Peringatan HAS tahun 2019 mengambil tema Bersama Masyarakat Meriah Sukses!
Masyarakat luas menjadi salah satu stakeholder yang berperang penting dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Karena memiliki peran yang penting, tentu menjadi strategis untuk terlibat serta secara aktif dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Oleh sebab itu sudah tepat jika tema peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) tahun 2019 adalah Bersama Masyarakat Meraih Sukses.
Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat yang dapat didorong untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS termasuk di Kota Pekanbaru?Menurut Penulis terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mendukung upaya penanggulangan AIDS yaitu sebagai berikut :
Pertama, secara individu dan kelompok terkecil keluarga, dapat mengupayakan dengan mewujudkan ketahanan keluarga. Melalui ketahanan keluarga diharapkan dapat saling mendukung sesama anggota keluarga untuk dapat menghindari perilaku yang berisiko terinfeksi HIV. Saling sayang terhadap sesama anggota keluarga menjadi penting. Masing-masing anggota keluarga dapat memerankan peran masing-masing.
Suami menjadi lebih nyaman dirumah, istri dapat optimal berperan sebagai istri yang baik, anak-anak juga dapat lebih banyak melakukan perilaku yang positif dengan bimbingan orang tua. Keimanan dan ketaqwaan juga dapat terpelihara melalui ketahanan keluarga.
Kedua, kelompok masyarakat dapat lebih peka dengan lingkungan sekitar melalui kelembagaan Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Aktivitas yang berisiko bisa diantisipasi jika masyarakat secara bersama berkolaborasi dalam melakukan kampanye pencegahan dan penanggulangan AIDS, termasuk antisipasi lokasi beresiko. Pemberian informasi pada masyarakat luas dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh masyarakat. Misalnya adalah kegiatan arisan dan wirid masyarakat. Informasi tentang perlunya melakukan upaya penanggulangan AIDS bisa disampaikan dalam pertemuan-pertemuan tersebut. Kelompok masyarakat dengan berkoordinasi dengan Ketua RW dan RT dapat menginisiasi untuk menghubungi pihak terkait lain seperti Dinas Kesehatan melalui puskesmas atau instansi dan lembaga lainnya yang terkait dengan penanggulangan AIDS.
Upaya melalui cara ini diharapkan tidak saja efektif tetapi juga efisien. Karena pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat pada tingkatan RT dan RW sudah rutin dan biasa dilakukan. Artinya ada atau tidak ada agenda sosialisasi tentang epidemi HIV dan AIDS pertemuan tetap berlangsung. Masyarakat tetap berkumpul dengan kebiasannya selama ini. Tidak ada pembiayaan khusus yang diperlukan, Kalaupun ada, hanya sebatas mobilisasi para pihak yang akan menyampaikan informasi. Pada beberapa kesempatan, justru kelompok masyarakat ini yang sebagian besar adalah ibu-ibu, merasa senang ketika kegiatan rutin mereka diisi dengan hal-hal seperti itu.
Hal yang sama dapat dilakukan pada kelompok masyarakat lain yang berbasis pada kesamaan tertentu. Seperti kelompok masyarakat yang berbasis kesamaan asal kampung halaman, almamater sekolah/pendidikan, pensiunan dan kelompok masyarakat lainnya. Sebagai sebuah kelompok tentu ada saat tertentu melaksanakan pertemuan baik formal maupun informal. Melalui pertemuan inilah kembali dapat dilakukan upaya pencerahan kepada masyarakat untuk mewaspadai epidemi HIV dan AIDS.
Ketiga, kegiatan dan upaya penanggulangan AIDS juga dapat dilakukan pada kelompok profesi yang bersentuhan langsung dengan public atau masyarakat. Seperti penyuluh agama, penyuluh KB, guru BK, pendamping sosial masyarakat dan kelompok lainnya. Dengan melaksanakan kegiatan penanggulangan pada kelompok-kelompok ini diharapkan dapat disampaikan ke masyarakat pada saat melaksanakan tugasnya. Termasuk guru BK yang diharapkan menyampaikan kepada siswa sekolah untuk mewaspadai HIV dan AIDS. Untuk lebih efisiien upaya ini dapat dilakukan dengan pola yang sama pada kelompok masyarakat. Artinya dengan memanfaatkan pertemuan-pertemuan internal kelompok profesi tersebut.
Keempat, khusus pada usia produktif upaya penanggulangan juga dapat dilakukan dengan pendekatan pada instansi atau tempat kelompok usia produktif berkumpul dalam hal ini tempat kerja. Tempat kerja dimaksud tidak hanya perusahaan atau dunia kerja tetapi termasuk juga perkantoran pemerintah. Pada perusahaan upaya penanggulangan dapat dilakukan ketika perusahaan melaksanakan pertemuan internal perusahaan antara lain pada saat safety meeting atau management meeting.
Beberapa perusahaan memanfaatkan pertemuan tersebut untuk menyampaikan informasi tentang banyak hal. Tidak ada salahnya pada saat pertemuan tersebut disampaikan tentang HIV dan AIDS dengan mengundang pihak terkait. Ditambah lagi secara regulasi upaya penanggulangan ditempat kerja sudah diatur dalam beberapa peraturan pemerintah antara lain Peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 68 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja.
Hal yang sama dapat dilakukan pada instansi pemerintah yaitu pada saat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pegawai, termasuk pada saat pra jabatan. Materi tentang HIV dan AIDS termasuk narkoba dapat disisipkan menjadi materi tambahan dengan tidak mengurangi materi utama. Upaya yang sama dapa dilakukan pada saat upacara atau apel rutin dan insidentil. Untuk itu, kembali diperlukan koordinasi dengan instansi terkait antara lain Dinas Kesehatan. Begitu juga pada kegiatan pelatihan informal lainnya seperti kursus calon pengantin yang dilaksanakan untuk calon pasangan suami istri.
Upaya-upaya ini dapat menjadi terobosan yang dapat meminimalisir kendala yang dihadapi selama ini. Salah satu kendala yang selama ini dikeluhkan oleh banyak pihak adalah ketersediaan anggaran. Memang diperlukan komitmen dan niat baik semua pihak termasuk para pihak yang selama ini melakukan upaya penanggulangan. Kalau hal ini tidak terjadi alternatif upaya-upaya di atas sulit diwujudkan. Sikap optimis tetap harus kita pasang dalam upaya mengurangi epidemi HIV dan AIDS khususnya pada masyarakat luas. Semoga.***