Dakwah Budaya di Helat Tepian Langit

Riau | Jumat, 02 November 2012 - 09:58 WIB

PEKANBARU (RP)- Kegiatan-kegiatan kebudayaan seperti Helat Budaya di Tepian Langit: Ketika Laut Embun Bercerita sejatinya adalah dakwah dalam bentuk lain yakni dakwah budaya.

‘’Helat Budaya di Tepian Langit ini bernuansa Melayu. Hampir semua tradisi Melayu sarat nilai-nilai Islam. Maka saya melihat, Helat Budaya di Tepian Langit ini merupakan dakwah dalam bentuk lain, yaitu dakwah budaya,’’ ujar Kepala Kantor Kementerian Agama Pelalawan, Drs H Zulkifli, Kamis (1/11) di Pangkalankerinci.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Menurut Zulkifli, acara yang insya Allah akan diadakan pada 3- 4 November 2012 di Desa Rantaubaru, Kecamatan Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan tersebut juga akan menyadarkan dan memperkenalkan kepada publik tentang tapak-tapak historis Islam di tanah Pelalawan.

‘’Di Rantaubaru misalnya, merupakan gerbang lahir dan berkiprahnya ulama-ulama sufi terkemuka di kawasan Kampar Hilir. Jejak itu masih jelas sampai kini. Sehingga tidak salah kalau dahulunya muncul semacam pameo dalam masyarakat di Kampar Hilir, bahwa kalau ingin menjadi pejabat, datanglah ke Kampung Pelalawan, kalau mau jadi pedagang tinggallah di Kuala Terusan, kalau mau jadi ulama menetaplah di Rantaubaru atau Melaka Kecil,’’ ungkapnya.

‘’Melihat keadaannya sebagai basis tarekat Naqsyabandiyah, maka negeri ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan keagamaan di Kabupaten Pelalawan atau di Kampar Hilir,’’ lanjut Zul tentang helat yang juga disponsori oleh Yayasan Sagang tersebut.

Ia berpandangan, melalui helat budaya seperti ini, pembangunan bidang agama dan kebudayaan yang serius perlu menjadi perhatian Pemda Pelalawan dan Pemprov Riau ke depan.

Bukan saja di Rantaubaru tapi di seluruh kantong-kantong budaya di Pelalawan. Orang-orang yang berkiprah di bidang agama dan kebudayaan ini perlu didukung.

‘’Jangan satu atau dua lembaga saja. Tapi semua orang atau lembaga yang punya keinginan yang sungguh-sungguh dan memiliki komitmen jelas perlu mendapat perhatian Pemda Pelalawan ke depan khususnya, Pemerintah Riau umumnya. Kalau tidak begitu, maka Visi Riau 2020 itu hanya khayalan belaka,’’ kata Zul.

Pembangunan bidang budaya dan agama, demikian Zul, merupakan satu bentuk pengamalan kemanusiaan yang adil dan beradab.

‘’Seniman, terutama sastrawan itu dalam pandangan saya merupakan golongan manusia pertama yang memperjuangkan secara radikal nilai-nilai kemanusiaan yang berkeadilan, demi menuju kebudayaan yang beradab, yaitu peradaban yang berlandaskan nilai ketuhanan,’’ tutur tokoh agama asal Langgam ini.

Sementara itu, H Fadhli Rahman SAg, salah seorang tokoh muda Kabupaten Pelalawan menyambut gembira helat tersebut karena acara ini bisa memberikan pengenalan awal bagi kaum remaja khususnya bahwa Kabupaten Pelalawan atau kawasan Kampar Hilir adalah negeri beradat dan berbudaya tinggi.

‘’Saya melihat kondisi anak muda Pelalawan sekarang sudah banyak yang berperilaku menyimpang dari adat budayanya. Helat ini saya pandang mangkus untuk menyadarkan kaum muda di sini bahwa kawasan Kampar Hilir ini merupakan orang-orang yang menjunjung tinggi adat-budaya. Maka saya berharap mereka mau kembali kepada ajaran agama dan budaya mereka,’’ kata Fadhli bersemangat.(nhk)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook