PENANGANAN BENCANA ASAP DI RIAU

Andalkan Pusat, Dana Bantuan Daerah Nol

Riau | Senin, 02 September 2013 - 10:11 WIB

PEKANBARU (RP) — Penanganan bencana asap di Riau selama ini ternyata tanpa dukungan dana daerah. Secara keseluruhan, alokasi dana penanganan bencana asap di Riau berasal dari APBN melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau Said Saqlul Amri mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dan bekerjasama dengan BNPB pusat dan pihak terkait dalam upaya penanganan kabut asap di Riau.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hanya saja, dia mengaku malu dengan BNPB pusat, karena sama sekali tidak ada dukungan dana dari pemerintah daerah untuk bencana asap yang terjadi di Bumi Melayu Lancang Kuning.

‘’Alhamdulillah sampai saat ini sejak terjadi bencana kabut asap di Riau, kami mendapat respon yang sangat tinggi justru dari BNPB, baik moril maupun materil. Sementara dari Riau sepeserpun tidak ada membantu BPBD untuk penggulangan kabut asap,’’ urai mantan Kepala Dinas Sosial itu, Ahad (1/9).

Dia mengaku miris dengan kondisi tersebut. Padalah, berkali-kali BPBD Riau mengajukan permohonan anggaran dana tanggap darurat/on call yang tersedia di kas daerah. Sampai saat ini usulan itu tidak kunjung direspon.

‘’Sudah saya sampaikan, bahkan Gubri sudah menyetujuinya. Saya juga telah sampaikan langsung ke Wagubri, namun dana untuk penanggulan asap tidak kunjung turun. Terkadang, kami dari tim BPBD malu dengan pusat, karena semua suport dana datangkan dari pusat. Terus terang saja, yang membuat tim kita bergerak hanya dengan semangat dan dibantu pembiayaan dari pusat. Dari daerah nihil perhatiannya,’’ sebut mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah itu.

Dia juga mengatakan, salah satu kendala yang masih ditemukan adalah belum berubahnya peraturan gubernur tentang Pusdalkarhutla.

‘’Di Indonesia, hanya Riau yang belum mengubah peraturan struktur organisasi yang menangani bencana ke BPBD. Ini juga telah kami usulkan, namun tidak juga direspon,’’ imbuhnya.

Lebih jauh saat ditanyakan mengenai hotspot yang terpantau, dia mengatakan hasil pemantauan versi Satelit NOAA diketahui nihil hotspot di Riau.  Satelit Terra/Aqua masih menemukan 209 titik api di beberapa daerah di Riau.

‘’Berdasarkan arahan BNPB, kami menggunakan data satelit NOAA. Memang terdapat perbedaan dengan Satelit Terra. Salah satu perbedaannya adalah titik api terpantau di Satelit NOAA pada suhu 60 derajat, sementara di Satelit Tera sudah terpantau di suhu 40 derajat. Selain itu, perbedaan juga ditemukan dalam pembagian luas areal yang menjadi pantauan hotspot,’’ terang Saqlul

Sementara itu, staf tenaga pendukung teknis penanganan darurat BNPB, Heri Heryadi kepada Riau Pos,  Ahad (1/9) mengatakan, alokasi dana yang telah digelontorkan pusat untuk penanganan asap di Riau mencapai Rp40 miliar.

Alokasi dana tersebut termasuk untuk mendukung operasional di posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau dan bantuan ke BPBD kabupaten/kota se-Riau.

‘’BNPB sesuai instruksi presiden tetap melakukan penanganan bencana di daerah yang tergolong darurat. Protapnya, tanggung jawab bencana ada di daerah, yakni kabupaten/kota. Provinsi turun bila terjadi kekurangan dan ketidakmampuan daerah. Kalau tidak baru BNPB turun. Dalam hal ini, BNPB akan mendukung upaya penanganan bencana asap di Riau,’’ ujarnya di posko BPBD Riau, Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru.

Menurutnya, proses penanganan asap di Riau dilakukan hingga Oktober mendatang. Beberapa langkah penanganan terus dilakukan.

‘’Bahkan kami sudah menambah satu armada lagi untuk melakukan bombi bucket dengan kapasitas 5 ton air,’’ sebutnya.

Tambahan armada itu menambah kemampuan pemadaman api setelah disiagakan tiga unit heli bolco dan satu unit sikorsky untuk melakukan water bombing dengan kapasitas 3,5 ton air.

Selain itu juga tersedia dua unit pesawat Cassa dan Hercules untuk TMC hujan buatan.

Bahkan, BNPB sudah mempersiapkan armada baru heli berif 200. Armada ini memiliki kemampuan bombi bucket mencapai 12 ton air sekali penyiraman.

Kondisi ini menjadi perhatian, karena bulan September diprediksi menjadi puncak kabut asap di Riau. Pusat menilai langkah penanganan idealnya dapat dilakukan secara bersinergi. Baik untuk penanganan maupun dukungan dana dalam mendukung upaya penanganan kabut asap di Riau.(rio)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook