PERINGATAN HARI AUTIS SE-DUNIA 2012 DI RIAU

Farhan Nyanyi ”Iwak Peyek’’ Diiringi Orgen Tembang Lawas Handika

Riau | Senin, 02 April 2012 - 08:48 WIB

Laporan, Eka Gusmadi Putra, Kota ekagusmadiputra@riaupos.co

Tak henti dipegangi orang tuanya, Farhan (13), berhasil meloloskan diri. Ia langsung menuju MC dan menarik mikropon, “Ingin nyanyi,” ujarnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Suara pelan dan gerakan tangan yang bergoyang  ia pun menembangkan lagu Iwak Peyek. Sementara di depan piano, Handika tampak asyik mengutak-atik orgen tersebut menembangkan lagu lawas.

Kemeriahan di acara peringatan Hari Autis Sedunia yang berlangsung pertama kali di Pekanbaru, Ahad (1/4) kemarin, tampak jelas dari tingkah polah anak-anak penyandang autis tersebut.

Meskipun Farhan menembangkan Iwak Peyek dan pemain orgennya, Handika yang juga penyandang autis memainkan not-not nostalgia, namun sesudah duet tersebut berhasil menuntaskan sebuah lagu Melayu, Hang Tuah, yang langsung mengundang tepukan seisi ruangan Gedung Darma Wanita pagi kemarin, usai jalan santai.

Farhan memang terlalu aktif. Bisa dibilang begitu. Makanya setiap kali lepas dari genggaman sang ayah, Ia berlari kesana kemari. Bahkan, saat staf ahli Gubri, Teguh Indarmaji, sedang memberikan kata sambutan, Ia pun berlari ke atas panggung dan mengitari panggung untuk kemudian turun dengan sendirinya.

Tidak itu saja, saat pembukaan acara, sebelum pelaksanaan jalan santai, saat Ketua Forum Pengembangan Anak Penyandang Autis (F-PAPA), Septina Primawati Rusli menggunting pita pertanda dimulainya acara, Farhan berkali-kali menyalami istri Gubernur Riau tersebut sehingga mengundang tawa hadirin di halaman parkir Gedung Darwa Wanita tersebut.

“Ia (Farhan, red) memang terlalu aktif, saya harus menjaganya 24 jam penuh, kalau tidak bisa kemana-mana dia,” sebut sang ayah, Kasim menceritakan.

Farhan yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kulim ini memang sudah bisa baca, tulis, bahkan disebutkan Kasim untuk berhitung Ia tergolong jago bagi anak seusianya. Namun, karena terlalu aktif, Farhan bisa dikategorikan nakal.

Bagaimana tidak, belum selesai tawa pengunjung melihat dia berulang kali menyalami Septina, Ia pun menangkap tali dari kumpulan balon yang sudah siap lepas ke udara setelah dipotong Ketua Harian PB PON yang juga hadir dalam kesempatan tersebut, Syamsurizal. Tangkapannya tepat memegang tali tersebut sehingga tepukan pengunjung pertanda dimulainya acara berubah menjadi gelak tawa.

Sementara terkait duetnya dengan Handika yang memang tampak serius ketika berhadapan dengan keyboard piano, mencoba memahami alat tersebut karena yang dimilikinya di rumah jauh lebih kecil dan tombolnya juga lebih sedikit.

Ia mencoba memahami sebelum akhirnya bertepuk tangan sendiri. Kemudian baru memahami dan menekan not lagu-lagu nostalgia yang biasa didengarnya dari kumpulan lagu sang orang tua, Asmi, di rumah. Handika mendengar suara dari Farhan yang menyanyikan penggalan bait lagu Iwak Peyek yang dipopulerkan Trio Macan, Ia pun kembali bingung karena tidak sesuai nada.

Alhasil setelah koordinasi duet pemain orgen dadakan ini melalui panitia dan orang tua, mereka pun menghibur seluruh pengunjung dengan tembang melayu berjudul Hang Tuah. Layaknya pemain orgen profesional, keduanya saling mengisi lewat suara dan nada. Septina dan hadirin lainnya memberikan aplaus meriah kepada dua penyandang autis tersebut.

“Handika memang kalau sudah berhadapan dengan piano Ia langsung diam, dan kemudian melupakan aktivitas lain, dan Ia juga sudah paham dengan tinggi rendahnya nada dan masuk atau tidaknya nada dengan suara,” cetus ayah Handika, Asmi, saat anaknya tengah asik memainkan piano tersebut.

Diceritakan Asmi, anak kesayangannya yang berusia 14 tahun tersebut meminta berhenti sekolah sejak kelas tiga SD. Hal ini dikarenakan karena saat ujian, jawaban Handika benar namun disalahkan oleh guru sehingga Ia tidak mau lagi sekolah.

“Setelah berhenti sekolah, Ia mengatakan ingin main musik, dan memilih piano, lalu saya belikan orgen di rumah, setelahnya Ia hanya menikmati alat musik tersebut dan sekarang semua lagu nostalgia sudah bisa dikuasainya, bagi kami yang penting anak bahagia dan senang saja,” lanjutnya.

Farhan dan Handika merupakan dua dari ratusan penyandang autis yang hadir dalam kegiatan memperingati Hari Autis se-Dunia yang jatuh pada 2 April ini. “Karena harinya jatuh pada Senin, maka digelar hari ini (Ahad, red), dan tidak di Pekanbaru saja, namun juga dilaksanakan di seluruh dunia,” sebut Septina.

Memang, anak-anak penyandang autis ini selalu fokus dengan sesuatu hal yang dikuasainya, namun penguasaan mereka tersebut lebih hebat dibanding anak-anak normal. Sehingga dengan kegiatan pelaksanaan ini, F-PAPA ingin menumbuhkembangkan potensi penyandang autisme ini dan diharapkan dapat diminimalisir sehingga bisa berkurang.

Sebab, satu hal yang ditunjukkan sifat autisme ini adalah dimana mereka tidak pernah diam dan selalu ingin bergerak dan tampil aktif dengan sekehendak mereka. Tak salah, jika kegiatan pagi kemarin juga langsung dihadiri para orang tua peserta yang setia mendampingi.

Menurut Sekretaris F-PAPA, Rovanita, berharap dengan kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat menimbulkan kepedulian masyarakat agar dapat menerima penyandang autis di tengah-tengah mereka, sebab autisme bisa ditekan dan dikurangi dampaknya dengan pendekatan secara persuasif dan mengajak mereka berteman.

“Kegiatan ini baru pertama kali digelar di Pekanbaru, semoga ke depan bisa menekan angka autisme di Riau dan sedikit memberikan manfaat kepada penyandangnya agar bisa lebih baik lagi karena jika bisa diterima tentunya mereka merasa ada di tengah-tengah masyarakat umum,” sebutnya.

Saat ini diperkirakan untuk wilayah Riau tercatat ada sekitar 700-an anak-anak penyandang autisme berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Riau tahun 2011 lalu.

Dimana hanya separuhnya saja yang bisa terlayani oleh klinik-klinik autisme dan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada.

Karenanya, F-PAPA ingin menekan angka tersebut, dimana selain acara kemarin, juga akan dilaksanakan seminar pada 4 April mendatang di gedung Perpustakaan Soeman HS dengan mendatangkan psikolog dari Jakarta agar bisa memberikan informasi yang tepat dan jelas untuk menyikapi autisme di tengah masyarakat tersebut.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook