KAMPAR (RIAUPOS.CO) - Bantuan perdana Pemerintah (Pemkab) Kabupaten Kampar untuk warga empat desa di Kecamatan Kamparkiri Hulu, akhirnya tiba, Selasa (31/12) sore lalu.
Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar harus melintasi jalan berlumpur dengan medan ekstrem dan curam untuk bisa melihat kondisi warga di desa yang terancam rawan pangan akibat terisolasi karena banjir.
Lebih parahnya lagi, tim yang berangkat dari Bangkinang ini menempuh perjalanan selama tujuh jam, karena harus melalui Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar). Itu pun baru bisa sampai di Desa Kebuntinggi. Belum lagi bila menuju tiga desa lainnya, Desa Pangkalankapas, Desa Tanjungpermai dan Desa Lubukbigau.
Kondisi yang tak kalah ekstrem juga dialami Riau Pos yang mencoba menelusuri jalur melewati Lipatkain ke empat desa tersebut menggunakan sepeda motor. Waktu tempuh lima jam untuk melewati jalan berlumpur, berliku dan naik turun Bukit Barisan itu baru sampai Desa Batusasak, yang berbatasan dengan Desa Lubukbigau, Selasa (31/12).
Riau Pos tiba di Desa Batusasak hampir pukul 19.00 WIB dan memutuskan beristirahat di sana. Sementara menuju Desa Lubukbigau, menurut Ismail (62), salah seorang warga yang rumahnya menjadi tempat menginap, akan melewati sekitar sembilan jembatan kayu yang rusak parah dan tidak bisa dilalui kendaraan roda empat itu.
Kerusakan jembatan akibat banjir ini yang menjadikan empat desa itu terancam rawan pangan karena sulitnya mobilisasi bahan pokok.
Sementara tim BPBD Kampar yang melewati jalur Kabupaten Limapuluh Kota terdiri dari Kasi Rehabilitasi BPBD Kampar H Sariun dan Kasi Kedaruratan Muhammad Nasir SE serta empat orang Tim Reaksi Cepat (TRC).
Rombongan berangkat dari Bangkinang pukul 11.00 WIB menempuh jalur melalui Payakumbuh menggunakan dua unit mobil Rescue dan tiba di Desa Kebuntinggi pukul 18.00 WIB.
Setibanya di lokasi, diketahui bahwa banjir sudah mulai surut. Tim langsung membagikan 70 paket keperluan pokok kepada warga yang juga disaksikan aparat desa setempat.
‘’Luar biasa medan yang ditempuh, jalan penuh lumpur. Mobil berkali-kali terperosok ke dalam sungai. Namun kami terus berusaha dan berdoa, dan yakin bahwa untuk kebaikan Insya-Allah dilancarkan oleh Allah. Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga di lokasi,’’ sebut Nasir kepada Riau Pos, Rabu (1/1).
Usai membagikan paket bantuan, tim kemudian berbagi tugas untuk melakukan pendataan tentang jalan dan jembatan yang rusak. Dari hasil pendataan, diketahui bahwa antara Desa Tanjungpermai sampai ke Batusasak, sebanyak 10 jembatan kayu harus segera dibangun karena kondisinya rusak berat.
Selain itu, pada jalur yang sama juga perlu dibangun delapan unit gorong-gorong untuk menghindari kerusakan jalan yang lebih parah karena dialiri air.
Muhammad Nasir menambahkan, rombongan kembali ke Kampar pada pukul 00.00 WIB dari Kebuntinggi dan tiba di Bangkinang pada pukul 07.00 WIB kemarin.
‘’Ketika akan berangkat, kami berpesan kepada masyarakat untuk mendoakan agar perjalanan kami lancar,’’ ujar Nasir.
Sebelumnya diberitakan, 3.600 jiwa terisolasi dan terancam rawan pangan di empat desa di Kamparkiri Hulu yakni Desa Kebuntinggi, Desa Pangkalankapas, Desa Tanjungpermai dan Desa Lubukbigau.
Ini akibat rusaknya sembilan jembatan yang menjadi akses ke daerah tersebut. Selain itu, jalan sepanjang 19 Km juga mengalami kerusakan parah. Kondisi ini yang dikhawatirkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kampar akan terjadi rawan pangan di akibat terisolasi karena kesulitan mengirimkan bantuan.
Pada kesempatan terpisah, anggota DPRD Kampar Repol SAg ketika dihubungi Riau Pos, Rabu malam (1/1), membenarkan rusak parahnya kondisi jalan di wilayah Kecamatan Kamparkiri Hulu.
Untuk itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencarikan solusi, salah satunya dengan penganggaran dana untuk pembangunan dua box culvert dan tiga jembatan di APBD Kampar 2014.
Sedangkan sisanya diharapkan bisa dibangun dari dana tanggap darurat yang ada BPBD Kampar.
‘’Kami berharap pemerintah dapat menggunakan dana tanggap darurat sehingga jembatan yang rusak itu bisa segera diperbaiki. Karena ada aturan yang memperbolehkan untuk penggunaan dana bila dalam keadaan tanggap darurat,’’ ujar Repol.
Pada kesempatan terpisah, Camat Kamparkiri Hulu Yasnimar sebelumnya sudah mengatakan bahwa pihaknya berharap ke depan dapat dibangunkan jembatan permanen atau boleh juga sebagian dibuat dalam bentuk box culvert, sesuai dengan kondisi yang ada.
Bila bangunan yang dibuat sudah permanen, maka permasalahan jembatan ambruk setiap tahun tentu tak terjadi lagi. ‘’Kami khawatir, kalau jembatan yang dibangun kelak masih jembatan kayu, maka tentu takkan bertahan lama,’’ ucapnya.
Pemprov Segera Tinjau Daerah Terisolasi
Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Pekerjaan Umum dalam waktu dekat ini menurunkan tim meninjau daerah yang terisolasi di Kecamatan Kamparkiri Hulu. Ini dilakukan untuk melihat kondisi riil di areal yang terganggu akses transportasinya karena bencana banjir.
‘’Saya sudah instruksikan anggota di lapangan untuk melihat kondisi di daerah tersebut. Jika perlu akan dilakukan langkah-langkah darurat seperti pembuatan akses sementara untuk membantu meringankan beban masyarakat,’’ tutur Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, SF Hariyanto kepada Riau Pos, Rabu (1/1) malam melalui telepon selulernya.
Menurutnya, peninjauan diperlukan untuk menjadi dasar melakukan tindaklanjut untuk permasalahan infrastruktur tersebut. Langkah itu ditempuh agar tidak menjadi kendala di kemudian hari.
‘’Ya kami harus lihat dulu, akses transportasi itu masuk dalam tanggung jawab kabupaten atau provinsi. Kalau sudah jelas arealnya, dapat dilakukan penanganan cepat secara proporsional,’’ urainya.
Ia mengharapkan kondisi yang menimpa masyarakat tersebut dapat segera teratasi secara benar. Pemerintah Kabupaten Kampar juga diharapkan melakukan koordinasi untuk kondisi yang terjadi di arealnya.
‘’Yang paling dekat dan tahu daerahnya kan Kabupaten Kampar. Nanti kita akan koordinasikan,’’ imbuh Hariyanto.
Sementara itu, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Kaifi Azmi saat dikonfirmasi Riau Pos mengaku belum mendapatkan informasi secara detail. Namun, ia mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Kampar untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat bencana banjir di areal tersebut.
‘’Untuk penanganan bencana ini dilakukan berjenjang. Pada awalnya ya ditangani oleh BPBD dan Dinas Sosial di kabupaten/kota, kemudian jika kondisinya meluas kabupaten/kota dapat melaporkan dan meminta bantuan ke provinsi,’’ tuturnya.
Saat ditanyakan mengenai dampak banjir yang menyebabkan daerah tersebut terisolir, Mantan Kepala Bagian Penerangan Biro Humas Setdaprov Riau itu mengatakan pihak BPBD provinsi secara prinsip siap mensuport masyarakat yang terkena imbas bencana. Kendati demikian, mekanisme bantuan juga memerlukan tahapan yang berjenjang dan sistematis.
‘’Kalau memang mendesak, kita dapat berikan bantuan. Selama ini, sudah hampir seluruh daerah yang terkena banjir di Riau sudah diberikan bantuan dari provinsi. Mungkin di Kamparkiri Hulu itu juga sudah, saya lupa datanya. Tapi, kalau masih meluas, kita akan inventarisir untuk proses penyaluran bantuan ke lokasi tersebut,’’ urai Kaifi.(why/rio/*4/esi/fia)