Realisasi PMA-PMDN Tembus Rp395,6 T

Riau | Kamis, 01 Agustus 2019 - 11:06 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Turbulensi ekonomi global diyakini tidak berpengaruh banyak pada kondisi ekonomi Indonesia pada 2019. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi pada semester satu 2019 naik 9,4 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Berdasar data BPKM, total realisasi investasi periode Januari hingga Juni 2019 mencapai Rp395,6 triliun. Terdiri atas realisasi PMDN (penanaman modal dalam negeri) Rp182,8 triliun dan PMA (penanaman modal asing) Rp212,8 triliun.

Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, tren pemulihan investasi terus berlanjut di Indonesia sejak akhir 2018 di kuartal pertama dan kedua tahun ini. ”Kepercayaan (investor, red) mulai pulih. Perusahaan multinasional mulai menyesuaikan dengan perang dagang atau minimum dampak negatif bisa dikelola atau dibatasi sehingga investasi mulai pulih,” urainya di kantor BKPM seperti dikutip JPG, Rabu (31/7).


Sedangkan dari sisi ekonomi digital, pertumbuhan start-up dan e-commerce memang sangat tinggi. Sayang, jika ada suntikan dana dari investor, modalnya tidak langsung masuk ke Indonesia. Penyebabnya, kantor induk usaha mereka tidak berada di Indonesia. Misalnya tiga unicorn dari Indonesia, yakni Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka, serta satu decacorn Go-Jek yang induk usahanya ternyata berada di Singapura.

”Sering kali masuk (dana, red) itu ke induk usaha di Singapura. Singapura bayar ke Indonesia (dalam bentuk, red) sewa kantor, iklan, sewa motor mitra. Itu arus modal masuk pembayaran langsung dari induk unicorn ke vendor Indonesia bukan bentuk PMA,” terang Lembong. Unicorn adalah sebutan bagi start-up bervaluasi lebih dari 1 miliar dolar AS atau Rp14 triliun. Sedangkan decacorn disematkan kepada perusahaan rintisan dengan nilai lebih dari 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp140 triliun.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, realisasi investasi tersebut melebihi ekspektasi lantaran pilpres berjalan kondusif sehingga menjadi salah satu faktor investor tidak ragu untuk menanamkan dana di Indonesia. ”PMA masih berjalan cukup lambat. Berbeda dengan PMDN, ada proyek-proyek yang dikerjakan oleh BUMN, bisa menjadi penopang. PMA seharusnya lebih tinggi lagi dengan adanya insentif fiskal,” imbuhnya. Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah menjadi pendorong stabilnya iklim investasi di Indonesia.

Sementara itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani Indrawati menguraikan, kondisi sistem keuangan Indonesia masih terjaga. Hal tersebut ditopang industri perbankan yang tetap sehat dan pasar keuangan yang kondusif.

”Selain itu, juga kenaikan imbal hasil investasi portofolio dan aset keuangan domestik serta membaiknya persepsi terhadap prospek ekonomi seiring peningkatan rating Indonesia,” papar Sri Mulyani kemarin.(jpg)

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu melanjutkan, berbagai perkembangan positif tersebut mendorong aliran modal asing masuk ke Indonesia. Hal itu berdampak pada penguatan nilai tukar rupiah dan meningkatkan kinerja pasar obligasi serta pasar saham. Meski begitu, KSSK tetap mewaspadai beberapa perkembangan eksternal dan domestik. Dari eksternal, salah satunya adalah berlanjutnya ketegangan hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.(jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook