Golkar-PDIP Tak Percaya Survei LSI

Politik | Jumat, 30 November 2012 - 07:37 WIB

JAKARTA (RP) - Hasil riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengenai kualitas personal di mata 237 opinion leader ditanggapi dingin oleh partai. Di antaranya, elite Partai Golkar dan PDIP. Maklumlah, jago dua parpol besar itu berada di level bawah.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, misalnya, berada di urutan ke-7 dengan skor 68. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) lebih parah.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Ical bahkan terdepak dalam 18 besar nama yang dirilis LSI. Skornya di bawah 60 alias tidak lulus. Masih lumayan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto yang memperoleh skor 61 dan berada di urutan ke-16.

Wasekjen DPP Partai Golkar Nurul Arifin mengatakan, responden survei LSI kali ini terbatas pada kelompok superminoritas yang sangat terdidik. Di antaranya, berpendidikan minimal S-3. Selain itu, ada pemimpin redaksi (pemred), pengusaha, dan purnawirawan berpangkat minimal letnan jenderal (letjen).

"Saya kira kurang relevan jika hasil penelitian ini digunakan sebagai pijakan untuk mengukur suara rakyat," kata Nurul di Jakarta kemarin (29/11).

Menurut dia, ada gap atau perbedaan antara cita-cita dan harapan rakyat banyak dengan kelompok opinion leader yang superminoritas itu. "Ada jurang yang lebar antara ekspektasi mereka dan rakyat," tegas anggota Komisi II DPR tersebut.

Karena itu, lanjut Nurul, survei tersebut menghasilkan temuan yang bertolak belakang dengan hasil survei yang menjadikan masyarakat biasa sebagai responden.

"Kalau menggunakan responden publik biasa, kita melihat hasil survei yang pada umumnya selalu menempatkan empat besar antara Megawati, Prabowo, Jusuf Kalla, dan Aburizal Bakrie. Sementara itu, di opinion leader yang muncul adalah Mahfud M.D., Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, dan Sri Mulyani," bebernya.

Wakil Ketua DPR dari PDIP Pramono Anung mengatakan, model survei LSI tersebut merupakan terobosan baru. Dia menganggap, survei semacam itu tetap bisa menjadi referensi bagi parpol. Tetapi, Pram -begitu dia biasa disapa- ragu bahwa persepsi dari opinion leader bisa memengaruhi konstituen.

Pram menyebut opinion leader dan rakyat merupakan dua kelompok yang berbeda. Rakyat pada umumnya juga memiliki kepentingan yang menjadi dasar penentuan pilihannya. "Sekali lagi, saya belum melihat opinion leader bisa memengaruhi konstituen," tegasnya. (pri/c6/agm)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook