Jika Ingin Menang, PDIP harus "Lepas" dari Soekarno

Politik | Rabu, 30 Oktober 2013 - 05:59 WIB

JAKARTA (RP) - PDI Perjuangan disarankan berani mengambil sikap untuk memajukan Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden (capres) agar bisa memenangi Pemilu Legislatif 2014 mendatang. Namun, konsekuensinya, partai berlambang kepala banteng bermoncong putih itu harus melepas trah Soekarno.

Menurut pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi, melihat dari hasil survei, Jokowi dimungkinkan akan menjadi pemenang di jika dimajukan sebagai capres 2014 nanti. "Dan itu harus disikapi oleh PDIP yang dengan rela tidak akan memajukan Megawati ataupun trah Soekarno lainnya sebagai pendamping Jokowi," kata Ari kepada INDOPOS di Jakarta, Selasa (29/10).   

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Menurut Ari, selain karena nama Megawati sudah mulai meredup, mantan presiden itu dinilai tidak lagi bersemangat untuk maju sebagai capres di tahun mendatang pasca-wafatnya sang suami, Taufiq Kiemas. "Sejak meinggalnya Pak TK (Taufiq, red), Mega sangat terlihat sudah tidak bergairah lagi untuk maju sebagai capres," tuturnya.

Lalu, bagaimana dengan adanya wacana dari sebagian internal PDIP agar Jokowi dipasangkan dengan Prananda Prabowo, putra kedua dari Megawati? Menurut Ari, wacana itu tidaklah tepat.

"PDIP akan blunder jika menduetkan Jokowi-Prananda. Dalam kalkulasi politik, PDIP akan lebih mantap di parlemen jika berkoalisi dengan parpol lain daripada menduetkan sesama kader.Jadi intinya, PDIP harus rela melepas trah Soekarno di 2014 nanti," imbuhnya.

Ari pun memprediksikan PDIP maupun Megawati Soekarnoputeri sengaja "menyimpan" nama Jokowi rapat-rapat. Nama Jokowi sengaja akan dilesatkan pada saatnya nanti.

"Saya kira tinggal tunggu momentumnya saja yang tepat, timing yang tepat serta melihat kondisi perpolitikkan terkini. Saya anggap ini cara PDIP yang elegan," ungkapnya.

Dia menjelaskan, sikap PDIP menyimpan Jokowi itu akan membuat banyak politikus yang berhasrat jadi capres seperti cacing kepanasan. "Bahkan ada capres dari partai lain yang mendegradasi nama Jokowi sebagai cawapresnya padahal dalam berbagai survei, capres tersebut terpaut jauh dari nama Jokowi. Sepertinya semua parpol menunggu strategi "injury time" yang sengaja dimainkan PDIP," tandas pengajar program S1 dan S2 UI itu. (jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook