JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyatakan, kunjungannya bertemu dengan Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diharapkan, agar suasana politik jelang Pemilu 2024 berjalan kondusif. Airlangga tak menginginkan adanya perpecahan antar anak bangsa, karena perbedaan pilihan.
"Saat ini kedua partai tempat duduknya sedang berbeda, satu berada dalam pemerintahaan, Partai Golkar ada di pemerintahan dan Demokrat ada di opsisi," kata Airlangga usai bertemu SBY di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/4).
"Kemudian dalam kontestasi Pemilu, Partai Golkar membangu Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Partai Demokrat dengan Koalisi Perubahan," sambungnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini menyampaikan, Partai Golkar terus membuka silaturahmi dan dialog dengan partai-partai politik. Sebab, penting bagi bangsa Indonesia, agar seluruh partai membangun suasana yang kondusif.
"Kita memasuki pesta politik tidak dengan tegang, tapi pesta politik dengan kebahagian. Tentu kebahagiaan dalam pesta politik hanya bisa terjadi kalau komunikasinya antar parpol itu apakah berasal dari koalisi yang sama atau berbeda tetap komunikasinya intens. Itulah yang ingin kita bangun, karena Indonesia adalah negara besar dan tidak mungkin satu parpol bisa menyelesaikan semua persoalan di negeri ini. Kita harus bersama-sama," tegasnya.
Airlangga tak memungkiri, Partai Golkar mempunyai filosofi yang sama dengan Demokrat. Mengingat, Partai Golkar dan Partai Demokrat sempat bersama-sama pada 2004 sampai dengan 2014.
"Ke depan partai Golkar dan partai demokrat sepakat bahwa pemilu itu bukan the winner take it off. Artinya kita ini kan Indonesia Raya, kita bukan seperti Amerika, demokrasi yang kebarat-baratan itu demokrasi yang the winner take it off. Sedangkan kita demokrasi Pancasila, jadi siapapun yang menang mari kita bersama-sama membangun negeri," ungkap Airlangga.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan, pihaknya berkomitmen untuk menghadirkan perubahan di Indonesia. Hal ini tentu menjadi pembicaraan saat pertemuan antara Airlangga dengan SBY.
"Kita ingin menghadirkan perubahan yang lebih baik bagi negeri kita dari berbagai aspek, tentunya ekonomi, kesejahteraan hukum, dan juga demokrasi. Nah di sini lah kami tadi cukup panjang berbicara bagaimana demokrasi di Indonesia akhir-akhir mengalami kemunduran," papar AHY.
AHY juga menyinggung terkait isu sistem Pemilu proporsional terbuka yang tengah digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk kembali menggunakan sistem proporsional tertutup. Ia menegaskan, sistem Pemilu proporsional terbuka saat ini sudah baik, sehingga seharusnya tidak diubah.
"Menghadapi tantangan-tantangan yang serius, sistem pokitik yang kemudian dicoba diutak atik, untuk mengubah sesuatu yang sebetulnya tidak perlu diubah, contoh bagiamana sistem pemilu yang sanpai saat ini juga masih menyisakan tanda tanya besar," cetus AHY.
Putra sulung presiden RI keenam ini juga menyatakan, pihaknya turut membicarakan terkait persiapan jelang Pemilu 2024. AHY tak menginginkan, ke depan pesta demokrasi hanya digunakan untuk berbagi kekuasaan.
"Tentu semangatnya adalah bagaimana Indonesia ini semakin maju dan semakin sejahtera, demokrasinya juga semakin berkeadaban dan kitavbeharap tidak ada hak warga negara yang dikebiri, baik itu hak untuk memilhi maupun hak untuk dipilih dalam kontestasi pemilihan presiden maupun pemilihan anggota legislatif 2024 mendatang," pungkasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman