JAKARTA (RP) - Sekretaris Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat, Farhan Effendy, menilai pernyataan politisi Partai Golkar, Bambang Soesatyo, yang menilai miring pidato Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di Sentul, Jawa Barat, Sabtu (26/10) kemarin, benar-benar tidak mendidik.
Bahkan dinilai hanya pepesan kosong, terkesan bodoh dan materialistik. Karena dari pernyataan pria yang akrab disapa Bamsoet tersebut, menurut Farhan, tak ada isi dan subtansi gagasan yang dikembangkan dalam berpolitik
“Lama kelamaan saya jadi heran memerhatikan sosok politisi se-kaliber bapak Bambang Soesatyo yang ternyata hanya seorang politisi 'kardus' belaka,” katanya di Jakarta, Minggu (27/10).
Selama ini kata Farhan, sebanyak dan sesering-nya Bamsoet memberi statemen, selalu hanya menyerang dan menyerang. Sayangnya yang diserang juga bukan sasaran yang tepat.
“Saya sarankan Bamsoet kursus mengenai peristilahan dan filsafat bahasa lebih dahulu. Masa membedakan curhat (curahan hati) dan penjelasan situasi saja tidak bisa. Curahan hati itu sifatnya personal. Bukan urusan-urusan yang berdomain publik, apalagi berbau kebijakan dan kebijaksanaan,” katanya.
Farhan menegaskan, pidato SBY dihadapan ribuan kader Partai Demokrat, di Sentul kemarin, jelas bukan curhat. Namun memaparkan situasi yang terjadi. Karena itu ia menyarankan Bamsoet membaca ulang buku ‘Komposisi’ yang ditulis Goris keraf. Buku tersebut merupakan standar pegangan mahasiswa S1 di Indonesia.
“Politik itu harus menginspirasi, mencerdaskan dan membebaskan, itulah yang dikandung dalam maksud imbauan pak SBY 'politik jangan gaduh'. Masa gitu saja pak Bamsoet nggak paham,” katanya.
Menyangkut soal tuduhan Bamsoet ihwal adanya menteri berkampanye menggunakan biaya pemerintah, Farhan meminta juga ditelusuri terlebih dahulu kebenarannya. Karena jika tidak, pernyataan dapat berubah menjadi fitnah.
“Pendapat SBY sibuk mengurusi partai, itu memang benar dan sepantasnya. Karena pak SBY ketua umum partai kami. Tapi meski demikian, pak SBY tidak mau korupsi waktu, apalagi fasilitas untuk kepentingan partainya. SBY jelas-jelas memberi teladan pada semua politisi dan pejabat di Indonesia bagaimana bersikap dan bekerja untuk bangsa,” katanya.
Anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo, sebelumnya menyatakan, setahun jelang berakhirnya pemerintahan SBY, publik kembali disajikan dengan keluhan dan curhat SBY dalam acara temu kader nasional Partai Demokrat, di Sentul Internasional Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (26/10). Ia menilai pidato SBY terkesan provokatif. Hal ini jelas bertolak belakang dengan imbauan SBY agar semua pihak menjaga iklim politik menjelang pemilu tanpa kegaduhan.
"Sama seperti halnya ketika presiden meminta para menteri parpol agar fokus pada tugas pemerintahan. Faktanya, presiden sendiri sibuk mengurus partai dan membiarkan sejumlah menteri terlibat jauh dalam konvensi partai Demokrat sehingga tugas-tugas pemerintahan terbengkalai," ujarnya.(gir/jpnn)