Pegamat Politik: Aneh, Fachrul Razi Ditunjuk Jadi Menteri Agama

Politik | Sabtu, 26 Oktober 2019 - 21:10 WIB

Pegamat Politik: Aneh, Fachrul Razi Ditunjuk Jadi Menteri Agama
Jenderal (Purn) Fachrul Razi (foto/jpnn.com)

JAKARTA(RIAUPOS.CO) - Pengamat politik TB Massa Jafar merasa aneh dengan langkah Presiden Joko Widodo menunjuk sejumlah nama untuk membantunya di Kabinet Indonesia Maju. Pasalnya, beberapa nama bukan berlatar bidang yang sesuai dengan jabatan yang di emban.

Contoh, menteri agama. Jokowi mempercayakannya pada Jenderal (Purn) Fachrul Razi yang notabene mantan wakil panglima TNI. "Agak aneh juga, terutama untuk menag, apakah dia memahami persoalan dinamika keagamaan? Ini kan persoalannya sangat kompleks, sementara dia selama ini sangat terikat pada tata tertib dan disiplin militer," ujar Jafar kepada JPNN.com, Sabtu (26/10)

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Menurut Direktur Program Doktoral Ilmu Politik Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional (Unas) ini, persoalan keagamaan di Indonesia cukup pelik. Dalam satu agama saja bisa berbeda satu kelompok dengan kelompok lain ketika bicara aspirasi. Sementara ada cukup banyak kelompok keagamaan dan agama di Indonesia.

"Di semua lini agama kan begitu. Bisa enggak memahaminya. Ini kan sama rumitnya dengan dinamika politik. Apalagi ini berhimpitan dinamika sosial, keagamaan dan politik. Apakah seorang Fachrul Razi itu bisa," ucapnya.

Jafar mempertanyakan kemampuan Fachrul Karena tidak terlihat latar belakangnya yang bersentuhan dengan keagamaan. Terutama terkait pendidikan dan pengalaman.

"Latar belakangnya kan tak terlihat pernah bersentuhan dengan itu (persoalan keagamaan). Maksud saya, pejabat publik itu penting punya track record yang bisa dibaca," katanya.

Sebagai seorang akademisi yang mengamati secara empiris, kata Jafar kemudian, track record menjadi pegangan utama untuk membaca tepat tidaknya seseorang dipercaya mengamban suatu jabatan.

"Lalu sekarang, bagaimana mau menebak. Bagi saya yang selalu mengamati secara empiris, tetap berpegang pada track record. Tanpa itu enggak bisa nebak-nebak," pungkas Jafar.

Sumber: JPNN.com

Editor: Deslina









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook