Laporan SYAHRUL MUKHLIS dan M ALI NURMAN, Pekanbaru
DEBAT publik Calon Gubernur Riau Sabtu malam (24/8) di Hotel Labersa berlangsung seru. Kemampuan berargumen masing-masing kandidat terhenti gong penanda waktu yang disediakan habis. Sebagian besar pasangan calon kurang memperhatikan waktu yang tersedia.
Acara debat publik yang dipandu presenter Alvito Dinova dan Elvira Khairunnisa itu dihadiri lima pasangan calon dan disiarkan langsung oleh TV One . Formatnya presenter memberikan pertanyaan dari masyarakat yang sudah direkam kepada masing-masing pasangan calon.
Pada kesempatan itu masing-masing calon membawa pendukung dengan berbagai warna kostum partai politik, namun tidak ada perselisihan dan gesekan yang terjadi. Herman Abdullah dan Agus Widayat sebagai pasangan calon nomor urut 1 mendapatkan pertanyaan dari tokoh pendidikan Riau, Soemardi Taher tentang dunia pendidikan. Tentang nasib guru-guru yang tidak pernah mendapatkan kepastian.
Setelah diberikan satu menit untuk menjawab dengan spesifik pertanyaan dari Soemardi Taher tersebut, Herman Abdullah kemudian diingatkan oleh Alvito untuk menjawab tidak keluar dari topik permasalahan.
Kemudian masing-masing pasangan calon lainnya menanggapi jawaban yang disampaikan Herman Abdullah dengan menyampaikan pertanyaan.
‘’Kami fokus memberikan pendidikan gratis yang berkualitas, mulai dari gurunya dulu. Gurunya dihonorkan atau dipercepat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) sehingga mutu pendidikan lebih baik. Guru perlu disejahterakan,’’ kata Herman.
Pasangan Annas Maamun dan Arsyadjuliandi Rachman mendapatkan pertanyaan tentang perambahan hutan yang disampaikan oleh masyarakat bernama Hamidah melalui sebuah tayangan film pendek.
‘’Pembalakan liar dan perambahan hutan itu salah, harus ditangkap. Usaha selanjutnya adalah Hak Pengelolaan Hutan (HPH) yang sudah habis jangan disambung lagi, jadikan lahan masyarakat. Tapi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)-nya harus jelas, jangan kecamatan dianggap hutan, jangan pemukiman masyarakat dianggap hutan. Itu yang harus dilakukan oleh Menteri Kehutanan,’’ kata Annas yang tadi malam selalu tampil spontan.
Pasangan nomor urut 3, Lukman Edy dan Suryadi Khusaini mendapatkan pertanyaan dari seorang mahasiswa Riau, Yopi Pranoto yang mempertanyakan infrastruktur jalan.
‘’Kami akan menggiring dana pembangunan menjadi dana keuangan desa sehingga desa bisa membangun desanya sendiri. Kalau jalan provinsi sudah hampir tertangani, tapi pemeliharaan jalan nasional yang tidak pernah dibantu pemerintah pusat ini menjadi perhatian. Kami akan bersatu dengan gubernur-gubernur se Sumatera untuk menuntut ke pusat untuk mengalihkan kewenangan agar daerah bisa lebih berperan membangun jalan,’’ kata Lukmana Edy.
Pasangan nomor urut 4, Achmad dan Masrul Kasmy mendapatkan pertanyaan dari seorang juru parkir bernama Rizal Asanawi yang ingin bebas dari kabut asap karena hampir setiap tahunnya Riau dilanda kabut asap.
Achmad menyatakan untuk menyelesaikan permasalahan itu, maka harus ada pemetaan daerah rawan dan memberdayakan masyarakat. ‘’Kami akan memberdayakan masyarakat yang ada di sekitar hutan-hutan dan memberikan pemahaman, memberdayakan pemadam kebakaran,’’ kata Achmad.
Sementara pasangan nomor urut 5, Jon Erizal dan Mambang Mit, mendapatkan pertanyaan dari seorang pedagang Fauziyah yang mempertanyakan tentang tindakan-tindakan mereka terkait penyeludupan yang membuat perekonomian masyarakat Riau melemah.
‘’Basmi itu importir ilegal, kami akan memberdayakan sumber daya lokal untuk membuat produksi yang lebih kompetitif. Tentunya produk-produk lokal akan lebih diminati bila diproduksi dengan lebih baik,’’ kata Jon Erizal.
Informasi Terbaik
Secara keseluruhan, jalannya debat publik tadi malam menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ir H Tengku Edy Sabli tetap yang terbaik, yang bisa diinformasikan oleh KPU Riau kepada masyarakat Riau.
‘’Masyarakat bisa melihat langsung bagaimana mereka menanggapi dan bagaimana dialog yang terjadi serta bagaimana bahasa tubuh masing-masing calon gubernur itu,’’ kata Edy Sabli.
Edy mengatakan dengan melihat langsung bahasa tubuh masing-masing calon Gubernur Riau dan Wakil Gubernur Riau tersebut melalui siaran televisi dan mendengarkan cara menanggapi pasangan lainnya, masyarakat semakin mengenal calon Gubernur Riau.
‘’Dengan demikian, masyarakat bisa mengetahui calon mana yang akan mereka pilih,’’ kata Edy. Soal apakah tanya jawab dan debat tersebut akan memperuncing persaingan ke arah negatif, Edy menyebut dengan demikian masyarakat juga akan mengerti calon-calon yang akan dipilih.
‘’Saat acara kita lihat semua masih belum melampaui batas-batas kesopanan yang ada, jadi tinggal masyarakat menilai,’’ imbuh Edy.
Penilaian kritis datang dari pengamat komunikasi politik Universitas Riau, Belly Nasution MA yang menilai, para calon gubernur dan wakil gubernur belum maksimal memanfaatkan ajang debat sebagai salah satu jalan menjaring calon pemilih. ‘’Para calon belum mampu menyampaikan program khasnya dengan baik,’’ ujar Belly, Sabtu (24/8) tadi malam.
Belly juga melihat, cara merespon pertanyaan dari masyarakat maupun pertanyaan dari kandidat lain tidak fokus. Hal ini menyebabkan jawaban atas pertanyaan jadi bias.
Dalam debat tersebut juga, ada ketegangan yang berlebihan dari tiap pasangan calon sehingga ritme emosi pada paparan yang dilakukan dan juga saat menjawab pertanyaan tidak terjaga. ‘’Sehingga secara umum saya yakin mesyarakat menjadi bingung,’’ jelas dosen ilmu komunikasi Fisip Unri ini.
Sebaiknya para kandidat kata Belly fokus pada detail pertanyaan yang diterima. ‘’Jangan memberikan jawaban yang melebar dan normatif serta hanya bersifat umum saja. Harus ada pembedahan masalah, dan solusi yang konkret juga,’’ terangnya.(rul/ali)