Nasdem Kesal Surya Paloh Disebut Deklarasi Anies sebagai Capres 2024

Politik | Kamis, 25 Juli 2019 - 11:23 WIB

Nasdem Kesal Surya Paloh Disebut Deklarasi Anies sebagai Capres 2024
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (foto/jpnn.com)

JAKARTA(RIAUPOS.CO) - Syarif Abdullah Alkadrie menyesalkan berbagai macam tudingan miring soal pertemuan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Sekretaris Fraksi Partai Nasdem di DPR itu mengatakan bahwa tidak seharusnya penyataan Paloh dianggap seolah-olah telah mendeklarasikan Anies sebagai calon presiden 2024. Bahkan, kata dia, Paloh dituding seolah-olah memunculkan polarisasi baru. Syarif menyesalkan Paloh seolah-olah hendak dibenturkan dengan Presiden Jokowi.


Syarif mengatakan bahwa soal berita yang menyebutkan Surya Paloh mendukung Anies sebagai capres 2024 hanya bahasa di media yang muncul setelah bosnya di Partai Nasdem itu menjawab pertanyaan wartawan.

Menurut dia, Paloh tidak mendeklarasikan mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu sebagai calon orang nomor satu di Indonesia pada Pilpres 2024.

Anggota DPR dari daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Barat (Kalbar) itu menjelaskan, Paloh sebenarnya menyatakan bahwa kalau semua orang memiliki keinginan tentu harus berproses. “Artinya, berproseslah. Kalau memang dalam kenyataan Anies mendapat tempat untuk itu tidak menjadi halangan bagi Partai Nasdem untuk mendukung. Artinya, tetap berproses, selesaikan pekerjaan sebagai gubernur. Kalau lebih tinggi nanti, itu kan pertanyaan teman-teman wartawan, bukan mendeklarasikan langsung Anies sebagai presiden,” kata Syarif, Rabu (24/7).

Sebelumnya diberitakan, PDIP mengaku kaget dan kecewa atas sikap Partai Nasdem yang menyatakan siap mencalonkan Anies sebagai presiden pada Pilpres 2024.

Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari justru khawatir manuver Partai Nasdem tersebut akan membuat polarisasi baru pasca-Pilpres 2019, padahal Jokowi tengah bekerja keras menghilangkan pembelahan di masyarakat.

"Manuver Pak Surya Paloh dengan mendukung Anies Baswedan tentu mengagetkan dan mengecewakan, walau itu hak beliau sih. Saya khawatir bikin polarisasi baru dan mewadahi residu-residu yang potensial mengganggu konsolidasi Pak Jokowi," kata Eva kepada wartawan, Rabu (24/7).

Lebih lanjut Syarif mengatakan, salah persepsi kalau Paloh dianggap mendeklarasikan Anies sebagai presiden, sehingga membuka polarisasi baru di masyarakat pasca-Pilpres 2019. Menurut dia, ada pihak yang seperti bawa perasaan alias baper melihat pertemuan Paloh dan Anies.

“Kedua, ada juga yang baper. Ini ada bahasa seolah-olah ingin dibenturkan ke presiden. Bahkan, seolah-olah Bang Surya telah menyatakan mendukung Anies, dan akan membuka polarisasi baru ini. Jadi, ini pikiran sempit, kenapa memprovokasi ke situ,” sesal anggota Komisi V DPR itu.

Syarif menegaskan bahwa Partai Nasdem sekarang ini justru berupaya bagaimana merangkul banyak pihak dalam rangka konsensus nasional untuk persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu, dia heran dan menilai tudingan menciptakan polarisasi baru. Dia menilai hal tersebut merupakan pemikiran yang sempit dan salah.

Sebaiknya, kata dia, pikiran-pikiran semacam itu dihilangkan. Lebih baik, kata dia, melanjutkan pembangunan bangsa ini. “Tugas sekarang bagaimana mempererat, memperkuat konsensus nasional, termasuk seperti pertemuan yang dilakukan Megawati Seoekarnoputri dan Prabowo Subianto, itu juga dalam konteks makro untuk kepentingan nasional dan bangsa,” kata Syarif.

Menurut Syarif lagi, pertemuan Anies dan Paloh adalah hal biasa. Dia mengatakan, hubungan emosional Anies dan Paloh sudah terbina lama. Syarif menjelaskan, saat Nasdem yang masih berbentuk organisasi kemasyarakatan (ormas), Anies-lah yang membacakan deklarasi dan manifesto ormas yang didirikan Paloh tersebut. “Manifesto Ormas Partai Nasdem itu Anies yang membacakannya,” tegasnya.

Karena itu, dia menegaskan, pertemuan Paloh dan Anies jangan diartikan macam-macam. Menurut dia, pertemuan ini dalam rangka Partai Nasdem menggali kekuatan bangsa yang ada. Bagaimanapun, kata dia, Anies merupakan gubernur DKI Jakarta. Sementara ibu kota Jakarta, merupakan barometernya Indonesia.

“Cerminan republik ini adalah Jakarta. Jadi, kami berupaya untuk membangun suasana kebangsaan ini. Karena itulah, jangan diinterpretasikan macam-macam, termasuk tudingan akan membawa perpecahan. Jadi, harus hati-hati, jangan membawa suasana menjadi tidak baik,” katanya. (boy)

 

Sumber: JPNN.com
Editor: Deslina

 

 

   









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook