PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia (RI) merilis data partisipasi pemilih pada Pilkada serentak 27 Juni lalu. Hasilnya, Riau menjadi daerah terendah kedua setelah Kalimatan Timur.
Menanggapi hasil tersebut, Ketua KPU Riau Nurhamin mengakui tingkat partisipasi pemilih memang rendah. Bahkan cukup jauh dibanding target sebesar 77,5 persen. Namun ia menolak jika alasan rendahnya partisipasi pemilih karena penyelenggara tidak berupaya.
“Secara kuantitatif memang partisipasi pemilih rendah. Tapi itu kan ada banyak faktor dan harus dikaji secara komprehensif penyebabnya,” sebut Nurhamin kepada Riau Pos, Senin (16/7).
Ia memaparkan, selama ini KPU telah berupaya melakukan sosialisasi pemilihan kepada masyarakat. Bahkan ada beberapa tahapan sosialisasi, mulai dari pencocokan dan penelitian (coklit) hingga penyebaran baliho pasangan calon (paslon). “Coklit itu langsung mendatangi rumah pemilih. Masyarakat langsung diinformasikan bahwa pada 27 Juni 2018 ada Pilgubri 2018,” ungkapnya.
Selain itu ada juga serangkaian sosialisasi lainnya. Mulai mengadakan seminar dan diskusi. Hingga pada masa kampanye pihaknya juga telah melakukan penyebaran baliho. Ditambah dengan debat kandidat paslon.
Namun jika dinilai dari kualitas pemilihan, ia mengaku lebih baik dibanding pemilihan sebelumnya. Ia merasa beberapa faktor yang membuat partisipasi pemilih rendah, terletak dari komunikasi paslon atau parpol dengan masyarakat. Karena pemilih nantinya akan tergerak untuk datang ke TPS dikarenakan sosok yang akan dipilih.(nda)