JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pengamat politik Ujang Komarudin mengulas persoalan "banteng versus celeng" di internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Polemik "banteng vs celeng" muncul setelah munculnya suara-suara di internal PDIP yang menginginkan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu mengusung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.
Istilah "celeng" dimunculkan oleh Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah (Jateng) Bambang Wuryanto yang dikenal sebagai pendukung Puan Maharani.
Pacul -panggilan beken Bambang- menyematkan sebutan celeng kepada kader PDIP yang mendeklarasikan dukungan untuk Ganjar Pranowo.
Menurut Ujang, langkah elite PDIP menyudutkan para pendukung Ganjar Pranowo justru membawa keuntungan bagi Gubernur Jawa Tengah itu. "Sebutan celeng bisa menguntungkan Ganjar karena pendukungnya menjadi pihak yang terzalimi," kata Ujang kepada JPNN.com, Sabtu (16/10).
Meski begitu, dosen Universitas Al Azhar Indonesia itu memprediksi Megawati akan mengusung Puan Maharani sebagai calon presiden. "Apakah (dukungan untuk Ganjar, red) akan mengubah keputusan Megawati, saya punya keyakinan tidak," ujar Ujang.
Kang Ujang -panggilan akrabnya- mengatakan Ganjar yang memiliki elektabilitas tinggi justru akan kesulitan mendapat restu dari PDIP.
Di sisi lain, lanjut Ujang, Puan yang elektabilitasnya rendah diuntungkan sebagai anak Megawati. "Dia (Ganjar,red) bukan keluarga pemilik saham PDIP. Akan sulit mendapat tiket PDIP karena ada Puan si putri mahkota," tutur dia.
Sumber: Jpnn.com
Editor: Rinaldi