TOKYO (RP) - Pemerintah Jepang berencana menghapus penggunaan tenaga nuklir pada 2030. Kebijakan utama ini ditempuh setelah terjadinya bencana bocornya PLTN Fukushima tahun lalu akibat gempa. Dalam proposal yang diajukan oleh sebuah panel pemerintah, reaktor akan ditutup sepenuhnya tahun 2040.
Sebelum bencana Fukushima, tenaga nuklir memasok sekitar sepertiga dari kebutuhan energi Jepang. Dengan kebijakan ini, Jepang bakal meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan melakukan impor lebih banyak minyak, batubara dan gas untuk kebutuhan listriknya. Padahal, sebelum bencana nuklir, Jepang telah ingin meningkatkan penggunaan energi nuklir hingga 50 persen pada 2030.
Namun, pasca peristiwa tersebut, penggunaan energi nuklir telah menjadi isu kunci publik di Jepang. PLTN Fukushima sendiri ditutup untuk pemeriksaan keamanan setelah gempa bumi dan tsunami bulan Maret 2011 yang menyebabkan bencana nuklir di wilayah sekitarnya.
Akibatnya, penyalaan ulang reaktor kota Ohi pada Juli lalu memicu protes publik yang besar. Menurut laman BBC (15/9), panel itu mengatakan kebijakan energi akan dirombak berdasarkan realitas atas insiden Fukushima.
Dengan belajar dari kecelakaan itu, pemerintah telah memutuskan untuk meninjau kembali strategi energi nasional dari awal. Salah satu pilar utama dari strategi baru tersebut untuk mencapai masyarakat yang tidak tergantung pada energi nuklir sesegera mungkin.
Reaktor nuklir akan ditutup setelah 40 tahun dan yang baru tidak lagi dibangun. Pemerintah mengatakan pihaknya berencana untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan. Di sisi lain meningkatkan investasi dalam energi terbarukan dan mencari sumber-sumber lebih murah dari LNG dan bahan bakar fosil lainnya. (Esy/jpnn)