DURI (RIAUPOS.CO) - Praktik politik uang alias money politic diyakini masih akan ikut memainkan peranan dalam Pemilihan Legislatif pada 17 April 2019 mendatang. Prediksi tersebut disampaikan pemuka masyarakat Mandau, Irawanto di Duri, Senin (14/1).
Politikus senior sebuah parpol di Duri ini mengaku, di tengah kesulitan ekonomi seperti saat ini, sebagian rakyat masih akan tergiur untuk menikmati sejumlah uang dari caleg dan atau timnya sebagai kompensasi dari suara yang mereka berikan kepada calon tertentu.
“Kecenderungan itu masih tetap ada dan mungkin akan selalu ada. Tugas kita bersama adalah bagaimana meminimalisirnya. Untuk itu, mari kita jadikan politik uang itu sebagai musuh bersama,” ajak Irawanto.
Ditambahkannya, money politic dalam pemilu merupakan bentuk pelacuran dalam politik. Yang terlibat adalah caleg dan atau timnya serta rakyat sebagai calon pemilih.
“Kepada rakyat kita harapkan, jangan lagi mau menerima apalagi meminta sejumlah uang sebagai kompensasi penyerahan suara kepada seseorang caleg atau partai. Apalagi nilainya sangat kecil. Kalau satu suara dihargai Rp100 ribu untuk masa lima tahun, maka per harinya hanya Rp55,5 saja. Bon-bon sebijipun tak dapat. Malah ada kawan bilang, harga anak babi saja jauh lebih mahal dari satu suara rakyat. Kalau pun terpaksa melacurkan suara karena kondisi darurat, minimal harus Rp50 ribu per hari. Bukan Rp55,5,” ujarnya.
Tak hanya rakyat, para caleg dan partai pun diminta Irawanto tidak menyuburkan praktik money politic itu.(sda)